1 - Poor Me

837 107 42
                                    

Jiayu Tiara Adhiyaksa, perempuan berpipi chubby itu keluar dari dalam cake shop dengan riang. "Macaroon, black forest, sama cheesecake nya udah." Dia mengabsen semua pesanan bundanya seraya melihat isi paper bag yang ia pegang. "Tinggal beli apa lagi nih?" tanyanya kepada dirinya sendiri, ia mencoba mengingat pesanan bundanya.

"Duh lupa," rutuknya. Tangan kanannya yang tak memegang paper bag mencoba merogoh ponselnya di dalam rok. Ia ingin memeriksa isi pesan dari bundanya kembali, namun nihil benda krusial yang ia cari tak ada di dalam rok abu-abunya.

"Kok gak ada ya?" tanyanya panik. "Tadi perasaan di dalem toko ada kok, kenapa sekarang gak ada?" Dahi Jia tercetak jelas dengan kerutan tanda ia kebingungan. Jia terdiam sejenak, matanya melihat ke sembarang arah di depan sana bersamaan dengan peluh keringat gugup mulai membasahi dahinya.

Jia menoleh ke dalam cake shop. Jia menghela nafasnya sejenak. "Gak mau masuk lagi," ucapnya. Tak lain karena Jia melihat seorang cowok yang ia kenal masih berada di balik meja kasir. Tidak bukan Jia malu, melainkan cowok itu adalah cowok super nyebelin di kelasnya. Jia saja harus berpikir dua kali masuk ke dalam cake shop favorit bundanya itu. Cowok itu adalah anak pemilik cake shop yang memang cukup terkenal di Jakarta. Dan sialnya cowok itu entah kenapa ada di toko sore ini, menjadi kasir dengan seragam putih abu yang masih melekat di tubuhnya.

"Masuk? Nggak? Masuk? nggak? Masuk? Nggak? Iih, kalau nggak masuk nanti hp gue gak ketemu," gerutu Jia. Ia tak menghiraukan keadaan sekitar, padahal banyak orang yang memandangnya aneh karena terus berbicara sendiri.

"Oke masuk," ucap Jia meyakinkan dirinya. Ya, walaupun dirinya tak yakin.

***

Jia mendorong pintu kaca, matanya terus melihat ke arah si cowok tinggi di depan sana. Cowok itu juga terlihat mengarahkan tatapannya pada Jia. Namun, bedanya cowok itu kini tersenyum miring.

"Mana hp gue?" Jia bertanya tanpa basa-basi, dengan mata yang terarah ke atas meja kasir. Ia mencoba mencari ponselnya.

"Apaan lo? Datang-datang langsung tanya hp. Maaf mbak, ini bukan toko handphone ini toko kue."

Jawaban menyebalkan terdengar keluar dari mulut si cowok yang mendapat julukan dari Jia, 'tampang dan kelakuan tak sinkron'. Jia mendongankan wajahnya, ia memandang cowok di hadapannya kesal. "Nyebelin mulu lo, gak di sekolah gak di luar kelakuannya sama aja."

"Masa sih?" tanya cowok itu dengan senyum miring dan alis yang terangkat. Tentunya cowok itu sedang menggoda Jia.

Jia menarik nafas dan menghembuskan kembali udara yang ia hirup. Ia sedang mencoba mengontrol emosinya. "Millo Mahendra, tolong sekarang serahin hp gue. Jangan buang waktu gue!" seru Jia marah.

"Lucu," ujar Millo. "Lo lucu kalau marah."

Jia mendengengus. Ia ingin menjambak rambut Millo, namun ia sadar ini di tempat umum dan sedari tadi banyak pengunjung cake shop yang memperhatikannya dengan Millo. "Millo, balikin ponsel gue gak." Jia menggertakkan giginya.

Millo terkekeh, tangan kanannya merogoh celana abu-abunya dan benar saja dugaan Jia, ponselnya berada di tangan Millo. Jia sama sekali tak beruntung, karena baik hilang ataupun berada di tangan Millo sama saja konteks nya.

"Mau ini?" Millo mengangkat ponsel Jia ke depan wajah cewek itu. Tangan Jia mencoba merebut paksa ponselnya, namun Millo lebih cekatan. "Eits, gak semudah itu Jiayu."

"Millo, siniin hp gue!"

"Nggak bisa dong, suruh siapa ketinggalan di sini."

Jia berdecak kesal. "Oke, lo mau apa?"

"Kerjain semua tugas akuntansi gue," ujar Millo dengan senyum yang masih terpatri di bibirnya.

"Nggak mau, ogah. Lo pikir gue kacung lo apa!"

"Oh, yaudah kalau gak mau berarti ponsel lo di gue selama 3 hari."

Dengan reflek mata Jia membulat. "Apa-apaan gak bisa gitu dong!" serunya kesal. Cowok itu benar-benar menyebalkan bukan?

"Yaudah kalau gitu, deal ya ponsel lo gue sita?"

Oke, Jia benar-benar sudah muak. "Oke gue terima syaratnya, tapi janji balikin hp gue." Jia mengulurkan telapak tangannya, ia berusaha mendapatkan kembali yang menjadi miliknya.

Millo kembali tersenyum dan sepertinya itu bukan senyuman dalam arti baik untuk Jia.

Kenapa gue harus berurusan sama cowok nyebelin ini?

"Gue balikin nanti jam 5.30 di rumah lo. Jadi, sekarang lo pulang aja." Millo berucap seenak jidatnya. Jia benar-benar kesal saat ini, kenapa dirinya yang sering mendapat ranking 1 bisa dibodohi dengan cowok ranking 20'n itu. Jia benar-benar tak habis pikir dengan cowok itu.

"Kenapa dipersulit? Itu hp gue bego!"

"Bodo."

"Mas Millo, beneran mau jadi kasir atau nggak sih?" tanya seorang perempuan yang merupakan karyawan di toko kueh milik Mamahnya.

"Nggak deh mbak, gue mau pulang aja. Sorry, gak bisa bantu."

"Yeh, si Mas ini katanya mau belajar. Kok malah ribut sama pacarnya?"

"Besok aja deh mbak. Gak tau nih mbak. Cewek gue lagi pms kali."

Jia hanya bisa diam mendengar percakapan antara Millo dan seorang karyawati dengan mulut menganga. "Awas kemasukan buaya," sindir Millo.

Jia mencebikan bibirnya. Kalau begini Jia sepertinya harus pasrah dengan persyaratan bodoh Millo. "Oke, balikin ponsel gue jam 5.30 tepat. Awas aja kalau gak datang, gue datangin rumah lo bawa polisi sekalian."

"Iya, iya bawel lu ah.

"Tapi, Millo lo bisa tolong liat chat bunda gue gak. Gue disuruh belanja sama dia."

Sejurus kemudian Millo langsung menghidupkan ponsel Jia. Dia membuka pesan antara Jia dan Bundanya. "Macaroon, black forest, cheescake, 2 vanilla latte ice di Starbucks, juga satu lusin donat di J.co."

Jia manggut-manggut seraya mengingat pesanan lain yang harus di belinya.

"Wih mau hajatan lo, pantesan lo berisi gitu. Di kasih makan mulu sama nyokap lo."

"Berisik. Pokoknya jam 5.30 datang ke rumah gue!" peringat Jia galak.

"Oke, sayang. Tenang sih gue bakal inget selalu kok. Tunggu gue ya," ujar Millo dan ia mengedipkan matanya.

"Najis!"

***

A/n : Seru gak sih ceritanya. Kasih kritik dan saran, please.

Say Hi! Millo(ve)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang