20 - Nice to See You Tonight

270 43 2
                                    

"Gue ke rumah lo, pokonya awas aja kalau belum mandi!" gerutu seorang cewek dari ujung telepon.

Jia mencebikkan bibirnya, tangan kanannya yang semula memegang ponsel kini meraih laptop yang ia letakkan di atas kasur, sebelum itu ia mengapit ponselnya di antara telinga dan bahunya. "Iya Kaelyn, gue mau mandi nih," jawab Jia. Laptop yang beberapa menit lalu masih menampilkan film yang tengah ia tonton saat ini sudah ia letakan di meja belajar dengan layar yang sudah meredup.

"Gue sampai 30 menit lagi sama Shindy."

"Iya, oke." Setelahnya Jia menutup sepihak telepon dari Kaelyn. Masa bodoh jika nanti saat sahabatnya itu datang akan menampilkan raut wajah masam, yang jelas jika Jia tak segera menutup panggilan dari Kaelyn wajah Jia yang akan masam.

Jia berjalan menuju kamar mandinya dengan langkah ogah - ogahan. "Apa lagi?" Jia berseru kesal ketika mendengar nada dering ponselnya kembali berbunyi. Tangan Jia yang memang masih memegang ponselnya dan memang hendak membawanya ke kamar mandi, ia segera memeriksa layar ponselnya. Jia malah tersenyum ketika melihat nama kontak si penelpon. "Millo," gumam Jia.

Tanpa banyak berpikir Jia segera menggeser layar yang berwarna hijau. "Hallo."

"Mau gue jemput gak?" tanya Millo.

Jia reflek menggeleng. "Gue bareng sama Kaelyn juga Shindy."

"Oh, okay."

Kini Jia sudah memasuki kamar mandi, ia berjalan menuju wastafel. Jia menatap pantulan dirinya di cermin. Ia tersenyum ingatannya melayang mengingat kejadian kemarin sore.

Jia menghidupkan kran wastafel, air mulai turun dari kran menemani kesunyian yang tercipta antara dirinya dan Millo. Millo memang masih belum menutup sambungan teleponnya, cowok itu hanya terdiam dan Jia tersenyum saat mendengar hembusan napas cowok itu. "Millo," ujar Jia.

Terdengar deheman yang menandakan Millo masih berada di ujung telepon dan menunggu Jia kembali berbicara. "Makasih," ucap Jia.

"For what?"

Jia terkekeh, jika sekarang ini Jia sedang berhadapan denagn cowok itu Jia pastikan dirinya melihat kerutan di dahi Millo. "Perlengkapan solatnya."

"Kemarin lo kelihatan marah, kenapa sekarang malah say thank you?"

"Kemarin soalnya diri gue ngerasa kesentil gitu sama lo. Iya solat gue emang sering bolong - bolong. Apalagi kalau sekolah, dan karena emang gue males bawa mukena soalnya berat. Thanks udah kasih gue mukena sama sajadah," ujar Jia dengan tulus.

"You're welcome. Dipakai ya, bawa terus ke sekolah, kalau ke apartemen gue juga dibawa. Di apartemen gue cuma ada taplak meja doang soalnya, gak mungkin kan lo harus pakai taplak meja pas solat yang ada nanti gue ngakak hard core."

Jia kembali terkekeh. Ini yang Jia suka dari Millo, cowok itu menyindirnya dengan cara halus. Bukan dengan cara langsung, kemarin pun sama sebenarnya. Millo memberikan Jia seperangkat alat solat dengan sopan dan dengan perkataan yang halus. Namun Jia saja yang terburu terbawa emosi, mungkin karena Jia mengakui dirinya sering kali lalai menjalankan solat wajib 5 waktu. Dan saat Millo mengatakan, "Gue mau ibadah lo berkualitas, peralatan solat di mushola sekolah kita emang masih bagus, tapi gak ada salahnya kan kalau lo bawa sendiri biar waktu mukena yang di mushola gak dalam keadaan baik lo bisa pake mukena yang gue kasih ini." Jia yang semula menunjukan raut wajah tak bersahabat malah terdiam dengan wajah datar seraya memandang Millo.

"Iya nanti gue bawa selalu, mukenanya ringan ini. Pokoknya gue bakal selalu selipin mukenanya di tas."

"Sip. Oh, ya lo di mana? Emang sekarang hujan, kok gue ngedenger suara air jatuh?"

Say Hi! Millo(ve)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang