28 - Truly Madly Deeply

207 41 2
                                    

"Tante abis ini diapain?" tanya Jia kepada mamah Millo.

Jia saat ini tengah membantu mamah Millo membuat kue bolu. Ini memang yang paling dasar tetapi Jia merasa kesulitan daripada satu bulan yang lalu dia membuat brownies. Mungkin karena mood Jia kini tengah tidak baik makannya dia merasa ingin nangis ketika dirinya salah sedikit. Misal tadi dia lupa memasukan margarin ke dalam adonan putih telur dan gula yang sudah tercampur.

Mamah Millo tentunya menyadari bahwa mood Jia sedang tidak bagus. "Kamu katanya mau keliling-keliling rumah sama Millo," ujar mamah.

"Tapi kan aku lagi bantuin tante," jawab Jia.

"Udah gapapa biar tante aja yang nyelesain. Itu Millo kayaknya bosen soalnya kamu sama tante terus."

Jia melihat ke arah Millo yang tengah duduk di kursi meja makan. Pandangan kekasihnya itu terfokus pada ponsel hanya sebentar karena yang selanjutnya dilakukan Millo adalah menempatkan kepalanya di atas meja. Jia tertawa, benar Millo memang terlihat tengah bosan.

"Yaudah tante, aku nemenin Millo aja ya. Maaf gak bisa bantu lebih banyak," ujar Jia yang merasa sedikit bersalah karena kali ini tak bisa menuntaskan kegiatan membuat kuenya.

"Iya gapapa, nanti kamu tinggal makan aja. Kamu ke sini aja tante udah seneng." Mamah Millo membelai pipi Jia sekilas seraya tersenyum hangat.

Jia membalas senyumannya, ia sangat bahagia bisa diterima sebaik ini oleh orang tua Millo. Ya walaupun dulu juga sudah kenal, tapi kan statusnya berbeda. Dulu Jia hanyalah teman Millo semasa kecil. Gadis kecil yang sering menyusahkan Millo.

Jia pun berjalan menghampiri Millo. Millo masih dalam posisi beberapa saat yang lalu. Jia terkekeh, "Millo," ujarnya seraya menepuk bahu Millo.

Millo mendongakkan kepalanya. Dia melihat kepada Jia yang sudah berdiri di sebelahnya. "Udah bikin kuenya?"

Jia menggeleng. "Suruh mamah nemenin kamu aja," jawabnya. "Aku mau ke danau yang kamu ceritain itu," lanjut Jia.

Seketika mata Millo berbinar. "Akhirnya," ucapnya.

"Apa?"

"Berduaan sama kamu."

Pipi Jia langsung saja merona. "Biasanya juga berdua," jawab Jia seraya menatap ke sembarang arah.

Millo tertawa melihat tingkah menggemaskan kekasihnya itu. Dia segera berdiri dan mencubit pipi chubby Jia. "Yuk, kita keliling."

Millo meraih jemari Jia, kemudian digenggamnya. Perlakuan Millo yang seperti ini sukses selalu membuat Jia salah tingkah. Padahal sudah sering Millo menggenggam tangan Jia tetapi getaran seperti tersengat tegangan listrik masih saja selalu Jia rasakan.

Itu tandanya Jia sudah menyukai Millo sepenuhnya. Ralat bukan hanya suka, Jia juga jatuh cinta dan menyayangi Millo Mahendra. Jia menyukai setiap kasih sayang yang dicurahkan kepadanya, Jia menyukai bagaimana cara Millo memperlakukannya, dan Jia menyukai setiap Jam, menit, bahkan detik yang dilaluinya bersama laki-laki itu.

***

Untuk menempuh danau yang terletak cukup jauh dari rumah Millo. Jia dan Millo mengendarai sepeda.

Mereka berdua tidak boncengan seperti yang dilakukan sepasang kekasih dalam film-film romantis. Mereka berdua memilih menaiki sepeda masing-masing dan saling berlomba menuju danau.

"Taruhannya apa nih?" tanya Miloo disela kayuhan sepedanya.

Jia berada tepat di samping Millo. "Rahasia, nanti aku kasih tau kalau udah sampai sana," balas Jia.

Say Hi! Millo(ve)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang