9 - Our Memories

335 61 6
                                    

Gfriend - Memoria

Millo mengedarkan pandangannya mencoba mencari keberadaan Jia di tempat yang sudah diberitahukan Jia untuk bertemu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Millo mengedarkan pandangannya mencoba mencari keberadaan Jia di tempat yang sudah diberitahukan Jia untuk bertemu. Millo berpikir cewek tersebut tengah mengerjainya, karena hingga 10 menit Jia belum juga menampakan wajahnya. "Gue gak bakal tinggal diam kalau dia ngerjain gue, awas aja. Gue bakal kerjain tuh cewek abis - abisan di sekolah," dumal Millo.

"Tebak siapa?" satu pertanyaan tedengar memasuki indra pendengaran Millo bersamaan dengan telapak tangan yang menutupi matanya. "Jiayu Tiara Mahendra kan? Udah tau gue."

Jia terkekeh, ia lalu menyingkirkan telapak tangannya yang menutupi mata Millo. "Sorry ya lama, abis ke toko buku dulu." Jia mendudukan tubuhnya di kursi yang bersebrangan dengan tempat duduk Millo. Ia meletakan paper bag berisi buku yang baru saja ia beli.

"Kenapa gak tungguin gue? Kan gue bisa temenin lo."

"Takut lo bosen nanti."

"Gue malah bosen kelamaan nungguin lo." Millo mengerucutkan bibirnya, ia memandang Jia kesal.

"Iya maaf, senyum dong. Mesem mulu, nanti tambah ilfil gue liat muka lo."

Millo terkekeh. "Syalan, muka gue ganteng gini lo bilang ilfil. Mata lo siwer kayaknya." Millo melemparkan tisu bersih di meja kepada Jia. "Eits, gak kena." Jia menjulurkan lidahnya.

"Ngapain lo ngajakin gue ketemuan di sini?" tanya Millo heran. Ia belum tau sebenarnya maksud Jia menghubunginya dan meminta Millo datang ke tempat yang sangat familiar untuk Millo maupun Jia.

"Pengen aja, kangen aja ngobrol di sini bareng lo. Ini udah berapa tahun sih sejak kita terakhir kali berdua di tempat ini?"

Millo tersenyum tipis, hati nya senang Jia masih mengingat tempat ini. Termasuk Millo sebagai seseorang yang pernah Jia kenal dahulu. "That Sound heard you want to nostalgia with me?"

"Lo gak mau nih?" Jia mencebikan bibirnya. "Payah, gue doang ternyata yang masih inget lo sebagai temen masa kecil gue," ujar Jia.

"Gue masih inget lo kok. Inget banget dulu lo sering curhat segala hal sama gue waktu SD. Inget banget lo sering nangis gara - gara dibilang gendut sama temen - temen dan lo selalu ngadu ke gue. Baju gue selalu kena ingus lo waktu itu. Dan yang terakhir gue inget ini tempat waktu kita kabur malem - malem karena lo dimarahin bokap lo pas lo dapet ranking 2," jelas Millo panjang lebar mengutarakan sebagian besar kenangannya dengan Jia, temannya semasa SD itu.

Jia tersenyum lebar. "Millo jjang!" ucapnya seraya mengacungkan ibu jarinya.

"Lo dulu emang temen gue terfavorit, tapi enggak buat sekarang. Millo Mahendra sekarang nyebelin banget orangnya, gue gak suka."

"Haha, gue juga gak suka Jiayu yang sekarang. Dia kayak nganggap gue gak pernah ada di hidupnya."

Jia kembali mengerucutkan bibirnya. "Bukannya lo yang gitu. Pas kita ketemu lagi pas kelas 11, lo gak sapa gue sedikitpun. Gue mau nyapa lo, tapi lo cuek bebek sama gue. Gue inget pertama kali lagi ngomong sama lo itu. Pas lo dengan nyebelinnya bilang gue terlalu ikut campur urusan orang lain."

Millo tersenyum miring sambil terus mendengarkan ucapan Jia. "Karena gue gak suka lo ikut campur urusan gue. Lo ikut campur karena Kaelyn temen lo. You said I must take a mirror for reflection myself and I never get girl better than your best friend. Gue nolak dia karena dia bukan cewek yang gue suka. Gue gak bermaksud jelekin sahabat lo itu. I know every boy at our high school trying to close with her. But, I'm not like those kinds of boys. She's not my type."

"Gue tau, tapi lo kan bisa gak ngasih harapan ke dia." Jia berbicara dengan nada yang tak terkesan menyulut emosi. Lagipula, Jia kesini bukan untuk itu. Jia malas mengingat hal yang membuat hubungannya dengan millo memburuk.

"You asking me to came here, just for hear you advice isn't?"

Jia menggelengkan kepalanya. "Nope, I'm not meaning for give you an advice. That just flow from my mind. I'm sorry," ujar Jia merasa tak enak.

Duh gue kenapa sih? Fokus Jia lo minta dia kesini karena pengin memperbaiki hubungan lo sama dia doang.

Millo masih berpura - pura menatap Jia tajam. Ia sebenarnya tak marah kepada Jia. Namun Jia terlihat lucu ketika Millo menyidirnya dan perempuan itu malah meras terpojok seolah merasa bersalah. "Pfft." Millo tak bisa lagi menahan tawanya. Ia tertawa menertawakan raut wajah cemas Jia. "Jia, its okay, you're not wrong. Gue gak pernah nyalahin lo, ya cuman gue kesel aja waktu itu. Gue minta maaf."

Jia mengerucutkan bibirnya sebal. "Lo jahat tau gak."

Millo mengernyitkan dahinya. "Kok lo nangis, lo gak salah JIa."

Jia menggeleng. "Gue nangis soalnya lo jauhin gue padahal lo cuman kesel doang. Kebukti kan lo yang emang gak nganggep gue ada." Jia mengusap air matanya menggunakan lengana bajunya.

Millo berdecak, "Ck, gue jauhin lo karena gue kira lo gak mau temenan lagi sama gue." Millo mengambil beberapa lembar tisu dari tempat tisu di meja. Ia memberikannya kepada Jia. "Susut ingus lo, geli banget gue liatnya. Tisu ada masih aja pake baju."

Jia malah mencondongkan wajahnya. "Lap'in," ujarnya dengan nada seperti anak kecil.

"Sakarepmu Jiayu," balas Millo kesal. Ia meletakan tisu yang ia ambil di atas meja.

Jia tertawa kecil. "Jahat lo mah," ucapnya. "Tapi, lo mau kan jadi temen gue lagi?" tanya Jia.

"Iya."

"Pinky promise." Jia mengacungkan jari kelingkingnya tepat di depan Millo.

"Gak mau tangan lo ada ingusnya."

Jia menatap Millo dengan puppy eyes nya. "Millo ayo ih, abis ini gue janji gak bakal marahin lo lagi."

"Beneran?"

Jia mengangguk lalu tersenyum lebar. "Pinky promise?"

Millo juga akhirnya tertawa karena tingkah menggemaskan Jiayu. Ia menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Jia. "Promise," ucapnya.

But, I'm promise not to be just your friend again.

Say Hi! Millo(ve)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang