33 - The Answer

197 41 13
                                    

Hari ini setelah kemarin Millo mendapatkan petunjuk dari Rina. Millo kembali mencari petunjuk yang mengarahkan kepada si peneror buket bunga. Sore hari ini, setelah pulang sekolah dia mencari florist yang tercantum di buket bunga. Beruntung ada beberapa buket bunga yang sepertinya dibeli di tempat yang sama. Dan 3 buket bunga berduri tidak tercantum nama toko atau apapun.

"Yurina Florist," gumam Millo seraya mencocokkan yang tercantum di buket bunga.

Millo keluar dari dalam mobilnya yang terparkir tak jauh dari florist itu.

"Selamat datang di Yurina florist ada yang bisa kami bantu?" pertanyaan itu menyapa telinga Millo ketika memasuki florist.

"Lho Millo," ujar perempuan yang baru saja berbicara itu.

Millo terkekeh kecil ketika melihat perempuan di depannya yang dia kenal adalah teman Jia. "Kak Yuna kan, yang waktu itu Jia datang ke ultahnya?"

Yuna tersenyum, dia tengah berdiri di balik meja kasir. "Iya, ini gue dek. Kenapa baru mampir? Padahal udah dari dulu nyuruh lo mampirnya," ujarnya.

"Oh, jadi ini tok bunga punya lo kak?"

"Iya, usaha kecil-kecilan sembari kuliah."

Millo mengangguk mengerti.

Millo menghela napasnya lega. Kalau seperti ini mungkin dia akan mudah mengetahui identitas si pengirim buket bunga itu. "Kak gue mau tanya, lo tau siapa yang sering beli buket bunga mawar ini?" tanya Millo seraya menyerahkan buket bunga kepada Yuna.

Yuna mengeryitkan dahinya seraya menerima buket bunga itu. "Eum, dek sorry nih gue gak bisa ngasih identitas customer gitu aja. Tapi, kalau lo mau tau. Gue cuman bisa ngasih tau ciri fisiknya aja."

"Iya gapapa kak."

"Akhir-akhir ini emang ada cowok yang sering beli buket bunga kayak gini ke sini. Cowoknya tinggi, mukanya bule-bule gitu. Oh, iya dia bilang dia temen sekelasnya Jia."

Otak Millo beroprasi tepat setelah Yuna mengatakan teman sekelasnya Jia.

"Kalau gitu makasih kak. Makasih udah ngasih informasinya," ujar Millo seraya tersenyum ramah.

"Iya sama-sama," jawab Yuna. "Mau sekalian beli bunga gak dek?" Yuna terlihat menarikturunkan alisnya. Dan diartikan Millo sebagai 'udah-dikasih-tau-beli-dong'.

Millo terkekeh. "Iya iya, gue beli kak.

"Nah, gitu dong."

***

Karena tak kunjung mengetahui siapa pengirim buket bunga itu. Pada akhirnya, Millo memilih menghubungi Shindy.

Millo mencoba mendial nomor Shindy. Beruntung Shindy segera mengangkat panggilannya pada nada dering kedua.

"Hallo," ujar Shindy.

"Shin, boleh minta tolong gak?"

"Apaan? Cepetan deh ganggu aja lo, gue lagi main FIFA18 nih." Shindy terdengar menjawab setengah nyolot.

Emang dasar sahabat Jia yang satu ini kerjaannya selalu sensi kepada  cowok. Dan yang Millo heran kenapa bisa-bisanya Calvin suka cewek macam nenek lampir seperti Shindy.

"Ada cowok bule yang sekelas sama lo gak?"

Shindy tak kunjung menjawab setelah itu terdengar umpatan yang berbunyi. "Shit! Juventus gue kenapa bisa kalah anjir! Woy Sandy lo curang ya?!"

"Woy, Shindy dengerin gue nanya gak sih!" seru Millo kesal.

"Sorry, lo nanya apa?"

Millo menarik rambutnya kasar. Astaga kalau tak punya tujuan Millo tak mau menghubungi Shindy. "Temen sekelas lo yang bule siapa?"

Say Hi! Millo(ve)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang