***Sudah sekitar tiga bulan hubungan Jia dan Millo berjalan. Semua orang berpendapat Jia semakin berubah. Maksudnya berubah menjadi lebih baik. Mungkin positif thinking kini menyelimuti pemikiran Jia. Bunda juga tau akan itu, bunda sewajarnya seorang ibu yang selalu memperhatikan anaknya.
Bunda selalu tersenyum ketika setiap satu hal baik ditampakkan oleh putrinya itu. Dan pagi ini saat Jia berlari ke dalam rumah karena dia lupa membawa mukenanya. Bunda merasa Jia sudah cukup dewasa dan mulai menjadi pribadi yang baik. Bukan, bukan Jia dulu tak baik. Tapi bunda merasa Jia yang ini adalah Jia kecil dalam umur yang lebih dewasa, anak manis yang selalu membuat bunda terkagum dengan kepintaran dan pribadinya.
"Dah, bunda. Assalamualaikum, Jia berangkat dulu ya," ucap Jia lagi, lalu perempuan itu kembali berlari dengan langkah yang riang.
"Pagi, kang Ujang!" sapanya kepada salah satu pekerja di rumah orangtuanya, yang merupakan tukang kebun.
"Pagi neng!" sapa kang Ujang kembali yang sebenarnya masih heran kenapa putri majikannya menjadi sangat bersahabat belakangan ini.
"Assalamualaikum ya akhy," ujar Jia setelah memasuki mobil milik Millo. "Waalaikum'salam, ukhty," jawab Millo seraya tersenyum.
"Sekarang udah dibawakan?"
"Udah dong." Jia menyimpan tote bag dengan mukena di dalamnya di atas pangkuannya.
"Hari ini aku mulai les," ujar Jia sesudah Millo mulai mengendarai mobilnya. "Bagus dong," balas Millo. Matanya fokus ke jalanan.
"Kamu nanti kangen gak?" tanya Jia.
Millo terkekeh. "Biasa aja, kita masih bisa ketemu pas sekolah, pas akhir pekan kita masih bisa jalan," jelas Millo. Sebenarnya ia sedikit kesal dengan fakta Jia akan segera les di badan les yang cukup ternama. Karena itu akhirnya Millo tak akan sering belajar bersama Jia lagi. Oh ya mengenai pembayaran yang ditawarkan Millo kepada Jia saat dulu. Jia menolaknya, Jia bilang tak perlu. Walaupun Jia seringkali meminta ditraktir Millo dan menyebabkan uang Millo kembali terkuras.
"Oh, oke." Jia yang semula tersenyum lebar kini ekspresinya berganti dengan bibir mengerucut.
Millo menatap Jia dari ekor matanya. Millo tersenyum lalu mengarahkan tangan kirinya, ia mengacak rambut Jia seraya berkata, "Jangan ngambek."
"Doyan banget sih berantakin rambut aku!" pekik Jia. Jari - jarinya menyisir helaian rambutnya dengan perasaan kesal.
"Kamu akhir - akhir ini beda ya," tutur Millo.
"Kamu orang ke 100 yang bilang gitu ke aku. Emang aku beda kenapa sih?"
"Kamu makin cantik tapi manja."
Jia tertawa. "Masa aku manja sih? Nggak gitu perasaan."
"Iya kok," balas Millo.
Jia hanya tersenyum. Ia memilih diam dan mulai memandangi wajah Millo. "Aku udah bilang gak sih kalau aku ngerasa beruntung punya kamu?"
Hati Millo menghangat. Tiga bulan hubungannya berjalan dengan Jia, Millo menyadari memang banyak perubahan baik dari Jia secara personal ataupun hubungan percintaan dirinya dengan gadis itu. Millo merasa yakin bahwa Jia sudah mengijinkan dirinya memasuki hati perempuan itu.
"Aku sayang kamu, kamu jangan pernah tinggalin aku ya. Aku gak bisa kayak gini kalau tanpa kamu."
"Jiayu, bisa diem gak. Kamu mau bikin aku tabrakin ini mobil?" tanya Millo kesal, sebab konsentrasinya menjadi buyar karena kata - kata manis yang terus-menerus dilontarkan oleh Jia.
Jia cekikikan. "Sorry," ucapnya.
"Et, tapi bener lho aku emang ngerasa beruntung punya kamu di hidup aku. Aku sayang kamu, I really love you Millo" Dengan sengaja jari telunjuk Jia menusuk - nusuk pipi Millo.
"Jia, just sit at your couch!"
***
A/n : Special update.
Aku tak bisa berkata-kata, Sunrise 😍❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Hi! Millo(ve)
FanfictionHe will fix her up and she trying open her heart for him. Cast : •Umji of Gfriend as Jiayu Tiara Adhiyaksa. •Shawn Mendes as Millo Mahendra