30 - Afektif

209 41 19
                                    

Millo lebih terbiasa diam saat ada yang salah. Konteks diam di sini adalah untuk relasi dirinya dengan setiap orang. Begitupun kini dimana setelah Kaelyn memberitahu bahwa kekasihnya sering menerima buket bunga dari pengirim yang indentitasnya samar-samar.

Di hari ketiga setelah mengetahui hal itu Millo memilih diam. Tak munafik Millo sedikit marah kepada Jia karena sampai sekarang perempuan itu masih belum memberitahunya apapun. Jia tetap bersikap seperti biasa seolah tak ada apa-apa.

Saat jiwanya mulai melayang jauh karena otaknya berpikir cukup keras, Millo mendengar suara passcode dimasukkan lalu pintu apartmennya terbuka, mengembalikan kesadarannya dari sesi melamunnya.

Millo yang tengah duduk di single sofa yang terletak di ruang santai reflek menolehkan wajahnya ke arah pintu. Hanya beberapa orang yang diberinya akses memasuki apartmentnya : keluarganya, Calvin, Nolan, dan Jiayu.

"Millo.." terdengar lirih suara yang familiar ditelinganya.

Millo menarik bokongnya, dia berdiri. Menyeret kakinya untuk melangkah dari posisi santainya. Berjalan menuju asal suara.

Dan sepersekon matanya membulat setelah berhadapan dengan Jia. Kekasihnya itu berdiri membelakangi pintu masuk dengan sekujur pakaian yang dikenakannya basah kuyup.

"Kamu kenapa hujan-hujanan?!" tanya Millo setengah berteriak.

Jia bergeming. Dia menatap Millo dengan tatapan yang sama sekali tak bisa diartikan oleh Millo.

Millo menarik tangan Jia, membawa gadis itu masuk lebih dalam ke apartemen miliknya yang didominasi oleh warna gelap.

"Maafin aku," permintaan maaf terdengar di telinga Millo.

Millo menoleh kepada Jia. "Buat apa?" Kedua alisnya bertautan menunjukkan bahwa Millo tengah bingung dengan perkataan Jia.

"Maafin aku," ulang Jia kembali.

"Kamu buat salah ke aku?"

"Maafin aku."

"Iya buat apa Jiayu?!" nada dari pertanyaan itu meninggi bersamaan dengan Jia yang menarik paksa tangannya dari genggaman Millo.

"Maafin aku karena bohongin kamu," ujar Jia seraya menangis tersedu-sedu. Tubuhnya luluh, dia duduk dengan kedua kakinya menumpu tubuhnya.  Duduk menghadap kaki Millo.

Millo menjambak rambutnya liar. Kenapa perempuan selalu saja bersikap mendramatisir untuk setiap keadaan? Kenapa Jia tak langsung saja bicara mengenai apa yang membuatnya meminta maaf seraya menangis tersedu-sedu. Sikapnya itu malah menyebabkan Millo menduga-duga yang tidak perlu.

Millo mengikuti Jia untuk duduk. Matanya menelisik wajah Jia, terdapat lelehan air mata mengalir dengan deras di sana.

"Dua hari lalu aku ketemu Keanu, mantan aku itu,"

Syaraf-syaraf Millo yang mengendur kembali menegang kembali. Omong kosong apa ini pikirnya. Millo membisu, dia membiarkan Jia membuka mulutnya kembali.

"Aku ke Kemang bukan buat ketemu Kak Erina tapi Keanu. Aku janjian ketemu dia di sana. Maafin aku baru kasih tau kamu sekarang."

Millo tak tau harus berkata apa. Dia merasa dicurangi di sini. Kenapa Millo terlalu percaya diri mengira seiring berjalannya waktu dan hubungannya dengan Jia semakin dalam. Lelaki brengsek itu telah hilang dari ingatan Jia. Millo mengira dirinya sudah bisa menggantikan laki-laki itu di hidup Jia, bahkan dengan hubungan yang lebih baik.

Jia kembali menangis seraya kembali mengatakan, "Aku minta maaf." Wajahnya tertunduk bersama penyesalannya.

"Jadi, buket bunga itu juga dari Keanu?"

Say Hi! Millo(ve)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang