13 - Jia's Dark Side

287 65 4
                                    

Sebenarnya Millo sama sekali tak bisa tertidur malam ini. Itu sebabnya Millo berdiam diri di depan televisi seraya menonton tayangan sepak bola. Millo sama sekali tak menikmati pertandingan antara dua klub yang salah satunya adalah klub liga Italia favoritnya.

Jam di dinding menunjukan waktu. Pukul 01.25 WIB, sudah 20 menit sejak Millo melihat pertandingan sepak bola di tv.

"Millo," suara serak seorang perempuan terdengar mengintrupsi Millo. Mungkin Millo akan menjerit, jika saja ia tak ingat kini ada seorang perempuan yang satu ruangan dengannya.

Millo menolehkan wajahnya saja. Nampak Jia sedang berjalan ke arah Millo seraya mengucek matanya menggunakan tangannya. Jia terlihat melirik ke televisi sejenak, lalu ia mendudukan pantatnya di sofa kosong di samping Millo. "Nonton apa sih? Kok rame banget?" tanya Jia.

Millo terdiam, pikirannya sedang kacau saat ini. Jantungnya berdetak semakin kencang sejak Jia duduk di sebelahnya. Bahkan Jia duduk tanpa jarak sesenti pun dengan Millo, dan saat Jia berbicara dengan suara khas baru bangun tidurnya kepada Millo. Millo sukses memaki cewek itu dalam hatinya. He's normally such a boy with his humanity. Perempuan itu seolah tak sadar jika Millo adalah seorang laki - laki yang bisa saja menerkamnya detik ini juga. Millo menarik - turunkan kerah depan bajunya, seolah ia memang kegerahan.

"Emangnya gerah ya? Dingin gini, atau emang gue yang salah ngerasa?"

Millo tersenyum dengan terpaksa. "Hehe iya, gerah gue."

Jia melihat ke arah televisi kembali. "Apa serunya liat pertandingan sepak bola kayak gini?"

"Eum seru aja, ya pokoknya gitu deh." Millo menjawab dengan asal - asalan.

"Cowok kok banyak yang suka nonton kayak ginian sih, apa serunya nonton satu bola diperebutin banyak orang?" tanya Jia.

"Shit!" umpat Millo tanpa suara saat Jia meletakkan kepalanya di bahu Millo. Millo kini persis seperti patung. Ia tak bisa bergerak, ketahuilah Millo sangat lemah dalam skinship. Bahkan seumur - umur saat Millo menjalani suatu hubungan, osok itu hanya pernah berpegangan tangan dengan mantan pacarnya. Dan sepertinya memang itu yang menyebabkan hubungan Millo selalu berakhir karena si cewek merasa bosan dengan gaya pacaran Millo yang terlalu monoton.

Jia mendongakan wajahnya, ia menatap Millo masih dengan posisi menyender kepada samping kanan tubuh Millo. "Millo kok gak jawab?"

Tarik napas buang, tarik napas buang. Stay calm down Millo.

"Daripada gue nonton Barbie kan? Lebih baik gue nonton sepak bola, iya gak?"

Jia terkekeh mendengar jawaban nyeleneh Millo. Jia kembali melihat ke televisi seraya menyenderkan kepalanya di atas bahu Millo. "Kenapa belum tidur? udah jam satu lho," kata Jia.

"Gak bisa tidur," jawab Millo jujur. "Kalau lo kenapa bangun?"

"Suara televisi bangunin gue."

"Sorry," ujar Millo merasa bersalah Iya lupa tak mengecilkan volume televisi tadi. Seharusnya Millo lebih teliti. Jika Millo teliti pastinya saat ini Millo tak perlu berada dalam suasana yang awkward dengan Jia.

"No problem, lagian gue gak mungkin marahin lo. Toh, ini apartemen lo. Gue gak ada hak buat mengutarakan kekesalan gue kan?"

"Bilang aja keganggu."

Jia tertawa kecil, ia lalu tersenyum seraya mendongakkan kepalanya menatap Millo.

CUP

Millo menegang di tempat duduknya, ia cukup syok karena baru saja Jia mengecup pipinya.

"Makasih, udah ijinin gue nginep malam ini," ucap Jia dengan tulus.

Millo masih diam matanya memandang lurus ke arah layar televisi. "Millo are you okay?" Jia menggoyangkan lengan Millo.

"Ah, iya gue baik - baik aja kok."

Millo merasa malu, bagaimana bisa ia bersikap seperti ini terhadap seorang wanita. Millo tak lebih seperti seorang cowok cupu.

"Jangan tegang gitu dong, relaks aja. Gue cuman cium pipi lo doang loh."

"Berisik, siapa yang tegang coba?"

"Millo Mahendra ternyata kayak gini ya. Sekali di deketin cewek udah KO duluan," ujar jia.

"Iyain aja."

"Millo gue bisa kok jadi friend with benefits lo."

Millo segera berdiri. Ia memandang Jia aneh. Millo benar - benar tak menyangka Jia bisa mengucapkan kata- kata itu. "Are you insane?"

"I'm not insane, but after you left me. This is my new personality. I'm a girl who people thinking I'm fucking perfect. But in reality I'm not."

***


A/N : Gue sama sekali gak bisa bikin cerita yang all chaper full of sweet thing. Nyatanya gue lebih suka cerita yang agak dark (little bit romance}

Abis ini mungkin lebih parah, karena ini emang bahkan permulaan.

Sorry buat Umji stans, di sini gue bikin Umji nya have a little bit of bad personality. Gue bosen dengan cerita ngayal babu yang bikin tokohnya fucking perfect! Gue cuman mau bikin novel yang imajinasi sama logika jalan.

Point besarnya gue ambil masalah anak SMA jaman sekarang yang life style or relationship style nya westernisasi abis. And then yang gak suka cerita macam gini silahkan lambaikan tangan anda ke kamera, wkwk.

Say Hi! Millo(ve)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang