24 - Millo Itu Bucin

260 42 5
                                    

"Buat yang belum ambil kartu ujian, bisa ambil di TU dengan syarat pembayaran spp semester 1 harus sudah dilunasi. Sekian dan terima kasih." Jia yang memberikan informasi tersebut. Dirinya baru saja keluar dari rapat khusus yang diperuntukkan bagi ketua kelas dari kelas 10 sampai kelas 12, mendiskusikan mengenai beberapa informasi untup persiapan UAS semester 1.

"Gue mau bagiin beberapa kartu ujian yang uang bayarannya udah lunas," ucap Jia lagi. Perempuan itu mulai mengabsen satu persatu sang pemilik kartu ujian yang dipegangnya.

"Punya aku mana?!" tanya Millo, cowok itu berdiri di belakang Jia yang tengah berdiri di depan kelas. Jia yang tak menyadari kedatangan Millo dengan tiba-tiba. Ia tersentak kaget. "Ih ngagetin tau gak!" seru Jia sewot.

Tangannya mencubit kecil lengan Millo berulang - ulang. "Aw cakit cayang..."

Millo berekspresi seolah ingin menangis, tangannya mengelus bekas cubitan Jia. Dan Jia pun tersenyum miring, ia ikut mengelus lengan Millo.

Plak...

"Anjir Jia!" pekik Millo.

Jia terkekeh. Ia lalu kembali memusatkan perhatiannya kepada teman sekelasnya. Terlihat beberapa temannya juga ikut cekikikan. "Ya, mohon maaf atas ketidaknyamanan nya. Sampai siapa tadi?"

"Sampai lo geplak tangan Millo," celetuk Kaelyn.

"Bukan itu pinter," ujar Shindy seraya menoyor kepala Kaelyn.

Jia terkekeh, ia menoleh kepada Millo yang masih berdiri di belakangnya. Kekasihnya itu menatap Jia tajam dan Jia dengan sengaja menjulurkan lidahnya.

***

"Aku sebenernya masih marah sama kamu, berani-beraninya pukul tangan aku. Ya tapi kamu gemesin, makanannya aku mau diajak kamu kemana aja," tutur Millo.

Saat ini Millo sedang menemani Jia berbelanja salah satu butik yang berada di dalam PIM. Jia sibuk memilih-milah beberapa dress yang menarik perhatiannya.

Millo berdecak karena Jia tak menghiraukannya. "Terus aja terus cuekin aku," sindir Millo.

Jia menolehkan wajahnya. "Bagusan ini apa ini?" tanya Jia dengan tangan kanan memegang dress berwarna putih dan tangan kirinya memegang dress berwarna pink.

Millo tersenyum lebar dengan terpaksa, ia menarik napasnya sebelum berbicara. "Yang putih cantik," jawab Millo.

"Ih tapi yang pink juga cantik."

Astagfirullaaladzim, batin Millo.

"Apapun bagus kalau dipakai kamu." Millo memilih jawaban aman dan benar saja Jia menyunggingkan senyuman sangat sangat manis.

"Tapi nanti uang aku abis kalau beli dua-duanya."

"Iya aku yang bayarin, asal..."

"Asal apa?"

Millo tersenyum penuh arti. "Kamu nikahnya sama aku nanti," ujarnya.

"Heuh dasar, gak jadi deh. Yang putih aja, gak mau kalau harus jadi istri kamu." Jia bercanda tentunya. Jia mau kok di masa depan nanti menjadi pendamping hidup Millo.

"Oh gitu, yaudah aku cari cewek lagi."

Jia mengangkat kepalan tangannya ke depan wajah Millo. "Awas aja kalau berani, aku hajar muka kamu yang sok tampan ini." Jia menepuk pipi Millo sekilas.

"Aku beneran tampan, terlalu tampan malahan yang."

Jia terkekeh, iya Jia mengakui ketampan Millo kok. Tapi dia tak mau mengatakannya, ia tak mau hidung mancung Millo bertambah panjang. Gak lucu nanti kayak pinokio. "Hmm, masa?" tanya Jia. Jia berjalan menuju ruang pass, dan Millo mengekori Jia.

"Iya, kalau aku gak tampan. Kenapa kamu suka aku coba?"

Jia tertawa kecil, ia memasuki ruang pass. "Aku suka kamu bukan karena kamu ganteng atau kamu keren. Aku suka kamu, karena hati kamu baik dan kamu bisa nuntun aku di jalan yang benar."

Millo tersenyum, ia menoleh ke sampingnya dan ada seorang karyawan butik yang tengah senyum malu-malu. Mungkin karyawan itu mendengar percakapan Millo dan Jia.

Millo menggaruk tengkuknya. "Jia, kamu nyatain perasaan kamu gak tau tempat ya."

Jia membuka pintu ruang pass. "Kenapa gak romantis ya?"

Bukannya menjawab, Millo malah terpesona dengan penampilan Jia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukannya menjawab, Millo malah terpesona dengan penampilan Jia. Millo bahkan lupa untuk mengedipkan matanya dan hampir saja ia juga lupa bernapas.

"Hai, Millo." Jia menjetikan jarinya di depan wajah Millo.

"Bagus gak?"

Millo mengangguk. "Kamu cantik banget!" puji Millo, dia mengacungkan dua jempolnya dan tersenyum lima jari.

Millo memang terkadang tak ragu memuji Jia. Tapi gak musti pakai toa juga, ini tempat umum. Jia malah malu dipuji, ya gimana gak malu. Jia lihat beberapa karyawan di butik mesem-mesem waktu Millo puji Jia.

"Aku ganti aja dressnya kalau gitu."

"Lho kenapa?"

"Nanti kak Yuna marah kalau dia kalah cantik, abis kamu bilang aku cantik banget."

Millo terkekeh. "Kalau kak Yuna yang pake lebih cantik kayaknya yang."

"Ih rese, kenapa malah muji kak Yuna?"

"Lho tadi? Udadeh terserah kamu, cewek tuh cuman mau ke birthday party doang ribet ya."

"Iya emang. Aku kan bukan kaum kamu yang pakai kemeja sama celana jeans juga jalan. Kalau kamu mau gak ribet cari pacarnya yang sejenis sama kamu aja sono."

Millo melongo akibat ke-savagean kekasihnya. Setelah itu ia baru sadar dengan kalimat terakhir yang dilontarkan Jia. "Jiayu! Gak gitu juga ya! Astaga, aku masih waras. Gapapa kamu mau seribet apapun tiap ada event, aku ikhlas nemenin kamu kemana aja. Aku rela nunggu kamu milih baju sampe lumutan pun aku jabanin."

Jia cekikikan karena kalimat yang mencerminkan Millo sudah menjadi bucinnya itu. Jia menepuk bahu Millo. "Nah gitu dong, ini baru namanya pacar aku. Oh ya, abis ini anterin aku ke forever 21 dulu. Terus ke salon juga."

Millo manggut-manggut dalam hati ia meratapi nasibnya. Millo yakin jika Calvin atau Nolan mengetahui apa ysng terjadi hari ini kepada Millo dua sahabatnya itu akan cekikikan lalu mengejek Millo habis - habisan.

***

A/n : Selamat hari senin, jangan lupa bahagia sayang.

Jangan lupa sarapan juga, yang belum sarapan sok monggo sarapan... Beli sendiri ya, jangan minta traktir karena kita terpisah jarak dan waktu, lol.

No revisi revisi club, maaf kalau ada typo.

Say Hi! Millo(ve)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang