22 - Morning Apologize

252 41 4
                                    

Jiayu T. Adhiyaksa : Good morning

Dengan sengaja pagi ini Jia mengirimkan ucapan selamat pagi kepada Milllo. Biasanya ia tak mau menjadi orang pertama yang mengirim pesan. Mungkin kali ini karena efek first kiss nya kemarin dengan Millo.

Entahlah apakah Jia sudah mulai menyukai Millo atau tidak, tapi setelah Millo menciumnya kemarin suasana hati Jia semakin bagus, Jia bahagia. Dia tak apa karena ini murni karena Jia menyukai cara Millo memperlakukannya malam itu, atau tubuh Jia hanya merindukan satu hal itu.

Tak berselang lama layar ponsel Jia yang semula sudah meredup kembali menyala.

Millo Mahendra : Gue di depan.

Mendapat balasan itu Jia segera berjalan keluar dari kamar. Mencari tahu apakah isi pesan Millo itu hanya sebuah candaan.

Kaki Jia melangkah cukup cepat, dan bahkan berlari kecil menuju ruang tamu. Dan yang Jia temui malah kakaknya yang sedang lovey dovey dengan calon suaminya. Jia mendengus ketika dua pasang kekasih yang dipertemukan melalui perjodohan itu, kini tengah dusel - dusel manja.

Gak tau umur, batin Jia mencibir baik Erina maupun Danish. Okay, Jia tahu Erina menerima pria yang lebih tua darinya 4 tahun itu disebabkan pria itu tampan dan mapan. Sesuai dengan kualifikasi pria yang pantas dijadikan calon suami. Dan Jia kini berpikir Erina menjadi materialistis setelah putus dengan mantannya dua tahun lalu.

Dan satu lagi Jia akui Danish memang tampan, hot, mapan, dan baik. Jia tak mempermasalahkan jika rencana pernikahan Erina dan Danish dua bulan lagi benar - benar terselenggara. Sialnya Jia malah ingat percakapan tempo hari yang lalu bersama Shindy. Yang katanya Danish Jonatan itu mirip Christian Grey, namun Jia tak berharap Erina mirip Anastasia Steele. Hello, pacaran macam apa itu?

Pagi-pagi kenapa mata gue udah gak suci Ya Rabb? Otak gue juga, tolong dibenerin. Batin Jia.

"Kak Erina ada adikmu di sini, bisa berhenti dulu gak ndusel - ndusel manjahnya."

Erina yang semula menyender pada dada bidang Danish seraya mendongak menatap pria itu, mau tak mau harus menghentikan kegiatan rutinnya akhir - akhir ini saat libur.

Erina mengalihkan pandangannya kepada Jia. "Kenapa dek?" tanya Erina.

"Liat Millo gak?"

"Oh, bukannya stocknya masih ada di kulkas. Tadi malam kakak baru beli, di lemari juga ada."

Jia mencebikan bibirnya. "Bukan milo yang itu Erina! Pagi - pagi bikin kesel aja, udah lovey dovey gak tau tempat malah ngejek nama pacar Jia."

Danish cekikikan melihat selisih paham konyol kakak beradik itu. "Adik kamu lucu juga ya," ujarnya kepada Erina.

Erina mendongakkan wajahnya kembali memandang Danish. "Lucuan juga aku."

"Iya aku tau kok," jawab Danish.

Dan selanjutnya Jia benar - benar muak melihat kemesraan tak tahu malu dua orang itu. "Sadar dong, ini di Indonesia bukan Amerika!" seru Jia, ia lalu membuka pintu dan keluar dari rumah orangtuanya. Dengan kaki dihentak - hentakan.

***

Baru saja keluar Jia sudah melihat Millo di atas motor sport berwarna putihnya di depan gerbang rumah Jia. "Pagi," sapa Jia.

"Pagi," jawab Millo.

Jia mengeryitkan dahinya. Tak nampak senyuman tersungging di bibir Millo saat menjawab sapaan Jia, dan kini pun cowok itu masih memasang ekspresi datarnya.

"Lo kenapa?"

"Maaf."

"Buat apa?"

"Kemarin malam."

"Yang mana?"

"Kissing, I'm sorry for my desire. I can't control myself not to kiss you that night."

Jia tersenyum. "I've waiting for your apologize. Gue sebenarnya gak keberatan buat tadi malam. Tapi entah kenapa walaupun gue seneng lo ngelakuin itu sama gue, di lubuk hati gue bilang kalau gue nyesel lo gitu sama gue."

"Gue bener - bener minta maaf. Gue ngerasa bodoh banget udah lakuin itu ke lo."

Jia tahu Millo pada akhirnya akan menyesali kejadian tadi malam. Jia juga tau Millo adalah cowok yang baik yang selama ini Jia butuhkan. Dan Jia menerima Millo bukan untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya, Jia menerima Millo untuk memperbaiki rohaninya yang lama sudah rusak. "Gue seneng lo inget tujuan lo pacarin gue," ujar Jia.

Alis Millo terangkat, ia heran dengan perkataan Jia. "Tujuan gue pacarin lo, apa?"

"Ngubah gue jadi pribadi yang lebih baik kan?"

"Gue pacaran lo bukan cuma mau ngerubah lo. Kalau gitu gue bisa aja cuman jadi sahabat lo. Gue suka lo Jia, lo kira perasaan gue cuman bercanda ya?" tanya Millo sedikit kesal. Ia menatap Jia dengan tatapan tajam.

Jia mengangguk. "Lo beneran suka gue ternyata, gue kira cuman candaan."

"Gue gak lagi mau ribut sama lo, mending lo cepet naik motor gue sekarang."

"Ngapain? Gue belum mandi tau."

"Pantesan bau asem."

"Lo tuh yang asem, ngapain si ke sini? Gue males liat muka lo pagi ini." Jia berkata dengan nada jutek, sebenarnya ia hanya sedang mempertahankan harga dirinya saja karena diejek bau asem oleh Millo. Sejujurnya Jia benar-benar tak pede sekarang ini, bahkan ia khawatir di matanya masih ada belek atau di sekitaran mulutnya ada noda putih.

"Bukan kangen? Muka gue bisa jadi vitamin loh pagi ini, biar aktivitas lo berjalan dengan lancar."

"Apa hubungannya tolol! Udah ah sana, gue mau di rumah aja hari ini."

Millo terkekeh. "Yaudah oke, gue mau balik ke rumah. Mau ada acara keluarga."

"Gak nanya."

"Cuman kasih tahu. Biar lo nanti gak uring - uringan cari kabar gue."

"Idih pede!"

"Bye, jangan kangen sayang." Setelah itu Millo mengenakan helmnya dan menyalakan mesin motornya. Cowok itu melambaikan tangannya sebelum meninggalkan Jia yang saat ini hanya bisa melihat punggung cowok itu yang semakin terlihat kecil.

Say Hi! Millo(ve)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang