8 - Friendship

348 56 3
                                    

"Shindy sekolah gak hari ini?" Jia menganggukan kepalanya menanggapi pertanyaan Kaelyn. "Yeay, gue gak kesepian lagi," timpal Jia namun dengan nada yang tak semangat.

Kaelyn mengernyitkan dahinya. Cewek itu menatap sahabatnya yang kini tengah menempatkan kepalanya di meja. Lebih tepatnya seolah tak memiliki semangat hidup. "Jangan ngeliatin gue gitu, gue emang lagi males hari ini. Males ngapa – ngapain, pokoknya gue lagi badmood," ujar Jia memperingatkan Kaelyn untuk tidak banyak bertanya. Bukan karena apa – apa, hanya saja Jia sedang mengalami pramenstruation dan sebagaimana biasanya perempuan yang mengalami pramenstruation Jia adalah salah satu darinya.

"Bu ketu, lo dicariin bu geo tuh. Katanya ambil buku paket di perpus terus nanti bagiin," ujar seorang cowok yang berhasil membuat Jia medongak kepadanya. Jia diam sejenak seraya menunjukan ekspresi datarnya. "Kenapa gak lo aja yang ambil? Lo kan wakil ketua kelas, kenapa harus selalu gue?" tanya Jia ketus, kini ia menatap tajam cowok yang tak lain kekasih Kaelyn.

Nolan mengernyitkan dahinya, ia menatap Jia aneh karena kelakuan cewek itu berbeda dari biasanya. Nolan mengalihkan pandanganya kepada kekasihnya dan Kaelyn menyadari itu. "Kamu aja yang ambil, dia lagi pms. Jangan diganggu!" ujar Kaelyn dengan nada bicara yang pelan. Kaelyn tak mau melihat ke-savage'an Jia lagi. Ia sudah cukup tau kelakuan Jia saat sedang pms, Kaelyn cuma mau cari aman.

."Oke gue yang ngambil bukunya, Kae temenin yuk," ucap Nolan.

"Tapi Jia?"

"Udah sana," suruh Jia sambil menggerakan telapak tangannya-gerakan mengusir. Kaelyn mendengus."Jia rese ya kalau lagi pms, bikin gue gemes." Lalu Kaelyn mencubit pipi sebelah kanan Jia. "Aww," ringis Jia.

Jia mencebikan bibirnya dan matanya menatap punggung Kaelyn dengan tatapan kesal. "Kaelyn tuh yang nyebelin bukan Jia," dumalnya.

Jia kembali menempatkan kepalannya di meja dengan pipi kiri yang menempel. Matanya menatap ke pintu masuk. Teman sekelasnya tengah berkumpul di depan kelas, namun Jia enggan keluar dan bercakap – cakap dengan mereka hari ini. Toh ini masih pagi, dan Jia tak mau mendengar percakapan yang meaningless.

Namun, bibir Jia tertarik ke atas ketika melihat seorang anak perempuan memasuki kelasnya. Jia segera berdiri. "Shindy!" pekiknya histeris hingga membuat teman sekelas memandang kearahnya.

"Jia masih pagi jangan teriak – teriak," ujar salah satu perempuan teman sekelasnya.

Jia menatap teman sekelasnya itu sinis. "Biarin daripada lo ghibah mulu," jawab Jia sarkas yang sudah dipastikan membuat temannya itu kesal. "Anjir ya tuh cewek, mulutnya makan cabe apa gimana?"

Suruh siapa ganggu pagi – pagi, batin Jia.

Setelah itu Jia kembali menyunggingkan senyuman nya kepada Shindy. Tapi, berbeda dengan sikap Jia yang sangat heboh, Shindy malah terkesan sebaliknya. Perempuan itu tak terlihat semangat sama sekali. Ia menatap Jia sendu. "Jia," lirih Shindy setelah berada di depan Jia.

Dahi Jia sukses tercetak dengan kerutan saat ini. Ia menatap Shindy heran. "Lo kenapa sih? Ayo semangat dong ini kan hari pertama lo sekolah lagi," pinta Jia.

Shindy menggelengkan kepalanya. "Gimana gue mau senyum, gue baru putus."

Mata Jia seketika membulat. Mulutnya terbuka, ia lalu mengubah raut wajahnya menjadi khawatir. Ia khawatir kepada Shindy yang penampilannya terlihat acak – acakkan. "Lo duduk dulu deh." Jia menarik tangan Shindy hingga membuat Shindy duduk di bangkunya. "Kok bisa sih? Kak Daren gue lihat sayang lo banget lho, lo yang putusin ya? "

Shindy mendecak kesal dangan ucapan Jia. "Gue gak mungkin putusin dia Ji, dapetin dia aja susah. Lo juga kan tau perjuangan gue salaama ini. Masa gue putusin dia?"

Say Hi! Millo(ve)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang