17 - Friends Talk

242 41 12
                                    

"JANCUK!" umpat Calvin dan dengan sengaja tangannya memukul kepala belakang Millo.

"Fuck, kenapa lo geplak pala gue anj!" seru Millo kepada Calvin karena tiba-tiba memukul kepala bagian belakangnya.

"Hari ini hari Jum'at Mill."

Millo menepuk dahinya. "Lah iya lupa gue, bawa sajadah gak lur?"

"Boro - boro bawa sajadah, ini hari Jum'at aja gue hampir kelupaan," balas Calvin.

"Pinjem gih sama anak cewek kelas lo, kali aja ada yang bawa."

Kebetulan memang posisi mereka berdua tak jauh dari kelas Millo.

Millo segera berjalan menuju ke kelasnya dan tepat saat itu Jia keluar dengan membawa beberapa kertas. Cewek itu berjalan menuju tong sampah, ia memasukan kertas - kertas itu ke dalam tong sampah.

Jia menolehkan wajahnya ketika mendengar langkah kaki dari sisi kanannya. Ia menaikan alisnya ketika Millo berhenti tepat di depannya.

"Bawa sajadah gak?" tanya Millo.

Jia menggelengkan kepalanya. Ia tak pernah membawa sajadah karena biasanya Jia solat dengan meminjam perlengkapan solat di Masjid. "Kok belum turun, anak cowok sekelas udah turun 3 menit yang lalu," ujar Jia.

"Kelupaan dia, lupa hari ini Jum'at." Calvin yang menjawab.

"Oh," kata Jia seraya mengangguk.

"Vin pinjem yang punya masjid aja deh."

"Hooh, itu juga kalau kebagian."

***

"Kenapa cowok lo?" tanya Shindy setelah Jia duduk di kursinya kembali.

"Gak bawa sajadah."

Shindy hanya ber-oh ria.

"Ada acara gak nanti malam?" tanya Jia.

Shindy dan Kaelyn saling berpandangan, mereka sama-sama diam karena bingung pertanyaan Jia untuk siapa. "Nanya gue atau Kaelyn?"

"Dua duanya," ujar Jia, jari telunjuknya menunjuk Shindy dan Kaelyn bergantian.

"Gue gak ada," kata Shindy. "Sama gue juga," lanjut Kaelyn.

"Temenin gue dong cari kado buat Sonya."

"Ayah sama Bunda lo kemana?" tanya Shindy.

"Ayah lagi di medis court, Bunda lagi ke Paris."

"Pengen ke Paris juga, beda ya emang desainer mah."

"Crazy Rich Yogyakarta, Jia mah," ujar Kaelyn kepada Jia yang memang berasal dari keluarga kaya dari Yogyakarta. Ayah dan bunda Jia adalah orang Yogyakarta, namun Jia lahir di Jakarta.

"Lo mah Crazy Bitch Metropolitan ya Kae," canda Shindy kepada Kaelyn.

Kaelyn memanyunkan bibirnya. "Cup cup cup jangan ngambek Kae, tapi emang cocok sih," timpal Jia.

"Ye, lo berdua mah."

"Peace." Jia mengacungkan dua jarinya.

"Beneran ya nanti malam anter gue?" tanya Jia kembali seraya memainkan pensil Shindy yang di letakkan di meja.

"Tumben gak sama Millo."

"Masa sama Millo terus? Kasian lagi dia, gue gak tau sih. Tapi dia kayak gak terlalu deket sama keluarganya, gue taunya dia deket sama Sonya doang. Ya mungkin karena orang tuanya sama - sama sibuk kayak orang tua gue."

"Iya sih, gak enak emang punya orangtua yang ngejar materi doang. Mereka kiranya kita bahagia soalnya setiap bulan jumlah saldo di rekening kita nambah," ujar Kaelyn yang memang bernasib sama seperti Jia dan Millo.

Jia mengangguk setuju dengan perkataan Kaelyn. "Itu dia. Kadang gue ngerasa down banget tau gak sih. Gue tuh kayak dijadiin ambisi orangtua gue khususnya bokap. Dia selalu planning setiap step yang harus gue ambil. Pas awal bokap tau, gue ambil jurusan IPS dia marah banget. Karena bokap maunya gue masuk IPA, bokap maunya gue setelah lulus masuk kedokteran UI. Padahal itu bukan passion gue, dan masuk UI gak semudah balikin telapak tangan. Dia pikir gue super genius kayak dia yang diterima di Harvard jalur beasiswa. Dan bokap juga bilang kalau gue nanti ambil jurusan kedokteran otomatis gue kerjanya gampang, tinggal kerja doang di rumah sakit keluarga."

"Bokap lo emang super wow sih," celetuk Kaelyn.

"Iya wow insane, mungkin karena didikan oma gue di Yogya. Gue beruntung sih gak di didik ala putri solo gitu."

Kaelyn tertawa menanggapi ucapan Jia. Namun Shindy hanya tersenyum tipis, Shindy sedikit tak mengerti dengan masalah keluarga semacam keluarga Jia dan Kaelyn. Karena Shindy sendiri bukan dari kalangan anak dengan penghasilan orang tua beratus - ratus juta bahkan milliar per bulannya. Shindy hanya berasal dari keluarga yang sederhana, berkecukupan dan tak kekurangan harta untuk pendidikan atau pun kasih sayang yang didamba - dambakan Jia dan Kaelyn.

"Gue iri deh sama Shindy," ujar Jia menyuarakan yang ada dalam hatinya.

"Iri kenapa?"

"Ya lo gak kekurangan apa - apa sama sekali."

"Alhamdulillah." Shindy tersenyum canggung.

***

A/n : Mau tanya dong, kalian suka cerita ini apa karena Umji visualisasinya atau alur ceritanya juga?

Let's be honest!

Say Hi! Millo(ve)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang