18 - Sister's Day

241 44 0
                                    

On mulmed : Sonya Mahendra a.k.a Somi Jeon

***

"Abang ayo ih, nanti keburu sore!" seru Sonya kepada Millo.

Perempuan itu mencebikan bibirnya, ia benar - benar kesal kepada abangnya yang masih saja bersantai di sofa seraya menonton tv, padahal Sonya sudah memerintahkan abangnya itu untuk mengganti seragamnya. Bukan tanpa sebab, Sonya sore ini minta diantar ke butik langganan keluarganya untuk mengambil dress yang akan ia gunakan besok malam.

"Bawel lu somay, astaga. Emang demen lu mah gangguin gue!" seru Millo. Ia berdiri seraya menatap adiknya kesal. Millo benar - benar menjadi badmood sore ini. Ah, ini semua karena Jiayu Tiara Adhiyaksa. Cewek itu setengah mati membuat Millo tak nyaman.

Tapi memang apa salahnya jika Millo memberikan satu barang untuk tujuan yang baik? Toh barang yang Millo berikan adalah seperangkat alat solat, kenapa Jia sampai terlihat sangat kesal saat menerima mukena dan sajadah dari Millo tadi saat pulang sekolah. Cewek itu bahkan tak berbicara hingga mobil Millo sampai di rumah orang tua Jia.

Millo yang sudah berjalan hendak menuju kamarnya yang berada di lantai dua, kini kembali berbalik dan nampak Sonya yang mengekorinya mengangkat sebelah alisnya reflek. "Dek, kalau lo dikasih mukena juga sajadah sama pacar lo marah ga?"

Sonya terdiam sejenak, ia mencoba mencerna pertanyaan tiba - tiba abangnya yang cukup ambigu baginya. "Lo mau ngelamar cewek?"

Millo hanya menggeleng tak berniat mengeluarkan perkataan yang menyulut emosi. "Jawab, aja."

Sonya mengetuk - ngetuk dagunya dengan jari telunjuknya. Ia memikirkan jawaban yang tepat. "Tergantung sih, gue bakal seneng kalau emang rajin solat, karena artinya gue dapat mukena baru dari pacar pula. Tapi, kalau gue gak rajin solat, gue bakal kesel. Itu kayak lagi nyindir tapi pake cara halus gitu lho. Emang kenapa sih bang?"

Millo tersenyum tipis, ia menggelengkan kembali kepalanya. Lalu kembali berbalik dan meneruskan langkah kakinya yang sempat terhenti. Jadi itu alasan Jia kesel sama gue.

***

Kini Sonya dan Millo sudah keluar dari butik langganan keluarga Mahendra. Dan Sonya mengajak abangnya itu untuk berjalan - jalan untuk membeli es krim kesukaan Sonya yang kedainya tak terlalu jauh. Seraya terus berjalan Sonya terus mengajak Millo berbincang. Millo terkadang hanya menjawab pertanyaan bawel adiknya dengan deheman.

"Bang, besok lo balik lagi ke apartemen apa gimana?" tanya Sonya kepada Millo. "Nggak kayaknya, senin aja. Mau ngehabisin waktu sama adik kesayangan abang yang sehari lagi 17 tahun."

Sonya mengacungkan jempolnya seraya tersenyum.

Abangnya itu memang cukup sering setelah kelas 3 tak pulang ke rumah yang cukup jauh dari sekolahnya. Millo lebih sering menghabiskan waktunya di apartemen karena memang jika, ia tinggal seperti biasa di rumahnya pasti akan memakan waktu lama untuk sampai ke sekolah.

Millo memang pindah ke tempat yang cukup jauh dari pusat ibukota. Bahkan seluas mata memandang di sekitar rumahnya hanya terdapat pepohonan. Ya karena rumah Millo yang sekarang cukup terisolasi. Millo tinggal di rumah yang sudah dibangun beberapa tahun lalu, bahkan sejak Millo berada di kelas 4 SD. Dan rencana pindah dari rumahnya yang dulu sudah menjadi wacana sejak lama. Hingga setelah kelas 6 dan rumah impian yang dibangun kedua orang tuanya telah rampung, Millo pindah dan Sonya yang sejak kecil dirawat oleh neneknya di Kanada kembali ke tanah air dan keluarga Millo kembali bersama.

Pada awalnya Millo merasa nyaman, namun lama kelamaan saat kelas dua SMP, Millo merasa ada yang kurang dalam dirinya. Ia merasa hampa tanpa Jia. Mungkin karena Millo dulu masih anak - anak dia tak terlalu menghiraukan harus berpisah dengan Jia dan ayahnya memerintahkan memutuskan semua komunikasi dengan teman masa kecil yang kini menjadi kekasihnya itu. Awalnya ia kira semuanya akan baik - baik saja. Namun tidak, Millo benar - benar merasa hampa dan diliputi rasa bersalah saat di SMP. Dan akhirnya saat SMA ia memilih nekat sekolah di SMA yang sama dengan Jia. Bagaimana ia tau dengan hal itu? Millo menghubungi kakak Jia - Erina - setelah UN di SMP usai. Beruntung, kedua orang tuanya mengijinkan Millo bersekolah di tempat yang cukup jauh. Karena memang SMA di mana sekarang Millo mengenyam pendidikan adalah sekolah ternama yang akreditasinya tak diragukan lagi.

"Bang, liat deh itu cewek ngeliatin lo mulu."

"Yang mana?" Millo yang sedang berjalan bersisian dengan Sonya mengedarkan pandangannya mencari orang yang Sonya sebut.

"Yang pake baju merah kurang bahan itu," jawab Sonya sambil menunjuk ke arah kanan Millo. Sonya dengan sengaja menatap sinis cewek itu, ia lalu memegang tangan abangnya lalu menjulurkan lidahnya.

"Jahat lo dek, siapa tau dia fans gue."

"Ih mau banget di sukain cewek kayak gitu. Masih bagusan kak Jia kemana - mana."

Millo terkekeh. "Itu mah jelas paling great dek, Jia mah gak bakal bisa dibandingin sama siapapun," tutur Millo yang diangguki oleh Sonya.

"Iya tau deh, yang lagi kasmaran mah beda."

Tak terasa Millo dan Sonya sudah berdiri di depan kedai es krim favorit Sonya. Millo dan Sonya segera memasuki kedai es krim yang sudah berdiri lama itu dan cukup terkenal di kalangan penyuka makanan dingin nan manis itu.

"Gue pesenin ya kak," ujar Sonya. "Iya, gue rasa vanilla aja."

Tak lama Sonya sudah datang dengan dua cone es krim di kedua tangannya.

"Nih." Sonya menyodorkan satu cone es krim dengan rasa vanilla.

"Oh ya kak, gue lupa gak bilang ke lo."

"Apa?" Alis Millo terangakat. "Gue ngundang dia," jawab Sonya dengan suara pelan.

Millo terdiam sejenak, otaknya masih memikirkan siapa yang diamaksud 'dia' oleh adiknya. Seketika mata Millo langsung membulat mengetahui siapa orang yang bahkan namanya pun enggan di sebut Sonya. Tak lain lagi pasti cewek itu, piker Millo. "Sonya, lo kenapa ngundang dia. Gue gak mau ketemu tuh cewek lagi!" protes Millo.

"Ini permintaan papah, sorry kak."

Millo menghela napasnya lelah. Lagi - lagi papahnya berusaha mendekatkan Millo dengan cewek itu. Millo tak pernah suka dengan cewek itu mau dengan cara apapun cewek itu mendekatinya dan betapa kerasnya papah Millo menyuruh membuka hatinya utuk cewek itu.

***
A/n : Akhirnya aku update. Maaf ya baru update. Kemarin sibuk sama real life.
Sibuk porak dan ngurusin gebetan baru, kkk.

Sedih dikit soalnya ranking nya jadi kedua. Tapi lebih sedih gak ketemu degem kesayangan sampai dua minggu.

Maaf malah curhat.

Say Hi! Millo(ve)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang