Jia terbangun dari tidurnya dengan tenggorokan yang terasa kering. Dia melangkahkan tungkai kakinya. Berjalan menuruni tangga dengan kesadaran yang masih coba dikumpulkan. Beruntung dia tak terjatuh dari tangga.
Setelah berada di area dapur Jia pun segera mengambil mugnya dan mengisinya dengan air putih hangat dari dispenser.
"Pagi kak," ujar Jia menyapa Erina yang tengah memasak.
Erina menolehkan wajahnya sejenak kepada Jia. "Pagi," jawabnya. "Oh ya, ada kiriman bunga lagi tuh buat kamu," kata Erina, dia menoleh ke meja makan memberitahu jika buket bunga yang akhir-akhir ini dia lihat diletakkan olehnya di sana.
Jia pun melihat ke arah pandangan Erina. Benar di atas meja terdapat bunga yang sama yang belakangan sering Jia terima. Dengan langkah malas Jia berjalan mengambil buket bunga itu dari meja makan.
Jia memeriksa buket bunga itu, mencari apakah diselipkan post it atau surat. Jia menghela napasnya karena lagi-lagi tak ada hint mengenai si pengirim.
"Kamu udah tanya Millo belum? Kali aja itu dari dia," ujar Erina.
Jia menggelengkan kepalanya. "Ini bukan dari dia. Millo gak pernah sekalipun nyindir masalah buket bunga. Biasanya dia kalau kirim aku apa-apa suka nanya besoknya, 'kayak kirimin aku nyampe gak?' Tapi ini nggak sama sekali."
"Eum, secret admirer kamu kali."
"Duh, nggak punya. Emang aku Kak Erina."
Erina terkekeh mendengar penuturan Jia yang terkesan merendahkan diri. Erina tau kok sebenarnya banyak yang menyukai adiknya itu. Tapi Jia yang menutup diri dan tak mau tau dengan perasan mereka yang menyukainya.
Saat Erina sibuk menertawakan Jia dan Jia yang cemberut karena tawa kakaknya itu. Bunda keluar dari dalam kamar mandi utama. Matanya bertemu pandang dengan Jia. "Jia kok kamu belum mandi?" tanya bunda.
"Nanti aja," jawab Jia.
"Cepet mandi sana, nanti Millo ngejemput kamu belum rapi. Kasihan kalau suruh nunggu dulu," ujar bunda.
Jia mengerucutkan bibirnya. "Biasanya juga dia gak apa nunggu," katanya.
Mata bunda langsung menatap tajam putri keduanya itu.
Erina berdecak melihat Jia yang masih saja duduk di kursi meja makan. "Ck, kamu tuh batu banget kalau bunda nasehatin. Udah cepet mandi sana," ujar Erina.
Jia semakin sebal. Buru-buru dia bangkit dari duduknya. Dia berjalan kembali menuju kamarnya dengan langkah kaki tak sabaran.
***
Pukul delapan tepat Millo menjemput Jia. Dan Jia sudah siap dari setengah delapan. Itu membuat Jia cukup sebal kepada kekasihnya itu. Padahal Millo tak salah sama sekali toh janji Millo menjemput Jia memang pukul delapan pas.
"Kenapa telat? Aku udah nungguin dari 30 menit yang lalu. Rese ih kamu mah," gerutuan itu dilayangkan Jia kepada Millo yang baru saja mengetuk pintu.
Millo baru saja akan menjawab. Dia membuka mulutnya tetapi Jia kembali bersuara. "Udah cepetan berangkat," ujar Jia seraya mendorong tubuh Millo dari depan pintu.
Kemudian Jia menarik tangan kiri Millo dengan kasar. "Yang, aku belum pamit sama bunda."
"Gak usah nanti lama," jawab Jia ketus.
"Sekarang tanggal berapa sih?" tanya Millo.
Jia menoleh kepada Millo yang saat ini sudah berdiri di sebelahnya. "Ngapain pake tanya tanggal. Sekarang tanggal berapa aja gak hafal kamu. Kamu anak sekolah apa bukan sih?!" tanya Jia sedikit menaikan nada suaranya.
Millo sudah hafal kenapa Jia seperti ini sekarang. Kekasihnya itu sudah memasuki siklus pramenstruasinya. Beruntung Millo hafal jika tidak, dia sudah sangat emosi sekarang, tentu saja emosi pagi-pagi kekasihnya itu marah-marah tak jelas baru juga datang. Millo hanya bisa mengelus dadanya dan batinya terus menggumakan kata sabar sebanyak-banyaknya.
Di dalam perjalanan Jia hanya tidur, bahkan sejak berangkat. Mungkin cewek itu akan tidur sampai ke rumah Millo. Millo menggerutu sebal, kalau begini dia akan diam saja selama perjalanan. Tidak ada percakapan dan di mobilnya hanya akan terdengar lagu yang diputar dari radio. Apalagi jarak rumah Millo yang jauh cukup memakan banyak waktu tempuh.
Dugaan Millo meleset. Jia tak tertidur cukup lama. Kekasihnya itu membuka matanya saat sudah setengah jalan rute perjalanan ke rumah Millo.
"Udah sampai belum?" pertanyaan itu yang diberikan Jia kepada Millo setelah membuka matanya.
"Belum," jawab Millo. "Kamu tidur lagi aja kalau masih ngantuk."
"Gak mau, kepala aku pusing kalau kebanyakan tidur."
Millo hanya manggut-manggut menanggapi ucapan Jia.
"Udah cukup sering aku ke rumah kamu, tapi tetep aja lama banget sampainya," keluh Jia.
"Emang kalau cukup sering nanti jaraknya jadi di discount makin pendek ya?" tanya Millo bergurau.
Bug..
Jia memukul bahu Millo. "Gak lucu tau gak!" serunya kesal.
"Jangan marah mulu dong. Kamu nanti kalau ketemu orang tua aku jangan galak kayak gini ya. Takutnya kamu di diss dari list calon mantu."
Biasanya Jia akan tertawa mendengar joke dari mulut Millo. Tapi kali ini gara-gara sedang pms Jia menjadi terusik kembali. "Emang yang masuk list calon mantu orang tua kamu itu ada berapa hah?! Jadi bukan cuma aku?!" tanyanya dengan nada kembali naik satu oktaf.
Masya Allah salah deui wae, batin Millo.
"Eh, enggak yang bukan gitu maksudnya," sanggah Millo panik.
"Aku benci kamu! Aku gak mau ngomong ke kamu sampai nyampe nanti." Jia mengalihkan pandangannya dari Millo.
Bohong, Jia berbohong dengan ucapannya. Sepuluh menit kemudian cewek itu malah hahaha hihihi dengan Millo.
Millo hanya bisa mengumpati kelakuan kekasihnya itu dalam hati.
"Aku gak pernah berhenti takjub kalau datang ke rumah kamu. Rumah kamu tuh kayak di crazy rich asian tau gak. Udah mah jalannya juga sepi banget gini, pas masuk gerbang pertama mau ke rumah kamu pake ada penjaganya segala."
Millo tertawa kecil. "Masa sih? Perasaan keluarga aku biasa aja."
"Gak usah merendah diri gitu," tegur Jia.
"Nanti kalau aku jujur kamu malah sebut aku sombong."
"Haha, bagus deh kalau kamu sadar diri."
Millo mengerjapkan matanya. Kalau dia tak takut mati saat ini juga dia menabrakan mobilnya ke pepohonan yang berbaris rapi di sisi jalanan beraspal. Jia yang tengah pms ini menyebalkan sekali.
***
A/n : Tolong kasih tanggapan dong buat cerita ini biar aku semangat buat nulisnya.
Semua tanggapan membangun aku terima.
Jangan lupa vomment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Hi! Millo(ve)
FanficHe will fix her up and she trying open her heart for him. Cast : •Umji of Gfriend as Jiayu Tiara Adhiyaksa. •Shawn Mendes as Millo Mahendra