26 - UAS

195 38 5
                                    

"Kamu yakin nih gak akan kontekan sama aku?" tanya Millo menanyakan keputusan Jia yang katanya tak akan mengkontek Millo selama UAS berlangsung.

Jia mengangguk, tapi tak lama ujung bibirnya tertarik ke bawah. "Kamu jangan bilang gitu. Nanti aku malah ragu."

"Apa esensinya sih jangan kontekan selama UTS. Nilai kamu juga biasanya tetep bagus," ujar Millo. Dia tak suka keputusan Jia sebenarnya.

"Kalau aku nilainya turun nanti ayah marah. Kamu nanti juga kena semprot soalnya sekarang kamu pacar aku," jelas Jia.

"Oh, iya juga sih. Tapi janji ya aku tetep antar jemput kamu."

"Seminggu ini gak usah jadi driver grab aku."

Millo berekspresi cemberut dia kesal disebut driver grab. "Jahat kamu," ujarnya.

Jia malah tertawa. "Ih gemesin. Jangan gini dong nanti aku malah ragu."

"Ya jangan."

"Udah ah, aku masuk ruangan mau belajar dulu masih ada beberapa menit sebelum bel masuk. Kamu juga belajar sana, jangan genit-genit sama temen sebangku kamu."

Millo mencubit pipi Jia. "Temen sebangku aku cowok lho, sayang. Kamu mau aku belok nih."

Jia mencubit lengan Millo. "Gak bersukur banget punya pacar secantik ini malah mau belok!"

"Haha, iya gak akan. Ya kamu aneh-aneh aja ngomongnya udah tau temen sebangku aku cowok."

"Aku lupa."

"Kamu juga jangan genit," peringat Millo. Dia sebenarnya tau Jia sebangku dengan cewek juga. Millo hanya menggoda kekasihnya saja.

"Millo! Udah sana ke ruangan kamu!" titah Jia seraya memberikan tatapan tajamnya.

"Semangat ya ulangannya sayang," ucap Millo seraya mengacak rambut Jia gemas.

"Iya kamu juga semangat. Tapi ini rambut aku gak usah pake diacak-acak juga!"

"Biar cowok yang seruangan sama kamu pada ilfeel ini tuh."

"Millo!"

***

Seminggu sudah terlewati. UAS sudah usai dan semuanya berjalan baik-baik saja. Teman sebangku Jia yang katanya pernah naksir Millo itu bersikap sangat baik kepada Jia.

Malah cewek itu sering meminjamkan tip-x ketika Jia salah mengisi ljk nya. Dan cewek itu juga banyak tanya kepada Jia jika terdapat pertanyaan yang menurutnya susah.

Tapi tak begitu baik dengan hati Jia. Jia seminggu lalu benar-benar menahan dirinya untuk tidak melakukan segala macam bentuk komunikasi dengan Millo via handphone.

Mereka berdua masih bertegur sapa seperti menyemangati saat mau masuk ruangan ujian. Tapi tetap saja tak cukup.

Makannya sekarang ini Jia menunggu di depan ruangan Millo dengan hati cemas. Dia dan Millo berjanji untuk pulang bersama.

Jia memerhatikan Millo yang masih duduk di kursinya. Cowok itu masih belum selesai mengerjakan soal.

Millo menyadari sedari tadi Jia terus memperhatikannya untuk itu dia menolehkan wajahnya. Dia menatap kekasihnya itu seraya tersenyum.

Setelah melayangkan senyuman untuk Jia, Millo kembali fokus dengan soalnya. Dia memeriksa untuk terakhir kali apakah ada soal yang belum dia kerjakan.

"Maaf ya lama," ujar Millo kepada Jia setelah keluar dari ruangan.

Jia tersenyum. "Gapapa," jawabnya.

"Kamu kenapa kelihatan murung gitu?"

"Kamu mah gak peka, aku tuh rindu banget tau sama kamu!" tutur Jia.

Millo tertawa kecil. "Tuh kan kangen, aku bilang juga apa rindu kan. Tapi kamu gak usah rindu, rindu itu berat biar aku saja."

"Apaansih malah Dilan - Dilanan!"

"Kamu kan Millea aku," ujar Millo.

Millo meraih tangan kanan Jia. Mengamit tangannya untuk mulai berjalan bersisian dengannya.

"Aku gak mau jadi Millea. Mau kamu aku nikahnya sama cowok lain?"

"Lho, emang Millea akhirnya gak sama Dilan."

"Iya, makannya baca novelnya. Aku udah pernah pinjemin juga, kamu malah baca setengahnya."

Millo tertawa. Millo itu typical orang yang tak akan pernah mau membaca novel yang diangkat ke layar lebar walaupun orang bilang versi novelnya lebih seru. Dan kenapa juga dia dan Jia malah bahas Dillan Millea.

Bagi Millo lebih menarik kisah cintanya sendiri daripada si Dilan itu.

***

"Jalan-jalan dulu gak nih?" tanya Millo dalam perjalanan yang masih belum tau kemana arah tujuannya sekarang.

"Gak usah, aku capek mikir. Main aja di rumah aku ya," jawab Jia.

"Ke apartemen aku aja gimana?" tawar Millo.

"Ngapain?"

"Our time, pengin ngobrol aja sama kamu."

"Yaudah iya."

Millo tak membawa Jia ke apartemennya. Dia meneruskan perjalanannya ke rumah Jia. Alasannya karena Jia terlihat sangat lelah.

"Katanya mau ke apartemen kamu dulu?" tanya Jia.

"Kamu istirahat aja. Kamu kelihatan capek banget gitu. Aku gak tega bawa kamu ke apartemen cuma buat ngobrol. Besok aja our timenya. Kita ke rumah orang tua aku, kamu mau kan?"

Jia menganggukkan kepalanya. Dia menatap Millo dengan mata berbinar-binar. "Aku mau banget. Waktu itu kan gak jadi."

"Aku besok jemput ya."

***

A/n : Siapa yang rindu Jia juga Millo di sini? Ayo tunjuk tangan.

Jangan lupa vomment kawan.

Say Hi! Millo(ve)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang