35 - Our Future Promise [END]

331 50 25
                                    

Selamanya kita akan bersama
Melewati segalanya yang dapat pisahkan kita berdua
Selamanya kita akan bersama
Takan ada keraguan kini dan nanti
Raisa feat. Afgan - Percayalah

***

Five months later

Millo berulang kali menenangkan Jia yang tengah menangis. Alasan Jia menangis adalah dia tidak diterima di UI. "Padahal aku pengin ke UI," ujar Jia lagi sambil terus terisak.

"Udah jangan nangis lagi. Mungkin rejeki kamu emang udah di UNJ bukan di UI."

"Ya, tapi nanti Ayah marah."

"Kata siapa ayah marah? Ayah gak marah."

Millo dan Jia menoleh bersamaan ke asal suara.

Ayah sendiri yang menjawab ucapan Jia. Laki-laki yang umurnya sudah kepala lima itu menghampiri Jia dan bibirnya menyunggingkan senyuman.

Millo melepaskan pelukannya dari tubuh Jia. "Tuh kan ayah gak marah," ucapnya kepada Jia.

"Kamu sih enak ngomong gitu, orang kamu diterima di U of T. Sana kamu pergi sekarang aja ke Kanada nya, kesel aku sama kamu."

Millo tertawa kecil.

"Ayah aku mau sekolah ke luar negeri aja, mau bareng Millo."

Millo menggelengkan kepalanya melihat sifat manja Jia yang kambuh.

"Kamu mau belajar apa mau pacaran?" jawab ayah yang kini sudah duduk di samping Jia. Lalu, ayah merengkuh tubuh Jia dari samping, dan memeluk putri keduanya itu dengan penuh kasih sayang.

"Dua-duanya," jawab Jia.

Ayah tertawa begitupun Millo.

"Tanggung jawab Mill. Anak saya jadi jatuh cinta berat sama kamu gini," canda ayah kepada Millo.

"Iya saya tanggungjawab, tujuh tahun lagi saya pinang anaknya om."

Jawaban Millo sontak membuat Jia tersenyum. "Beneran ya, awas aja kalau kamu cari bule di sana!"

"Saya pegang janji kamu," jawab ayah seraya tertawa.

Jia memeletkan lidahnya kepada Millo. "Rasain, udah janji gak boleh diingkari. Aku tunggu tujuh tahun lagi pokoknya."

***

Hari Minggu sebelum hari esok keberangkatan Millo ke Toronto, Kanada untuk menimba ilmu di sana. Hari ini dihabiskan Millo dengan mengajak Jia hangout ke berbagai tempat yang Jia ingin kunjungi.

"Sayang foto dulu," ujar Jia kepada Millo untuk keempat kalinya, dan di antara mereka berdua ada potografer dadakan yaitu Sandy Adhiyaksa.

Sandy mendengus kesal setiap kakaknya menggumamkan kata foto.

"Sabar San, nanti gue beliin itu sepatu yang lo mau di sana." Millo berbisik kepada Sandy. "Beneran ya bang?"

Millo mengangguk.

"Sandy ayo fotoin!" seru Jia.

"Iya, ini gue foto."

Jia dan Millo berdiri berdekatan seraya sama-sama menyunggingkan senyuman terbaik mereka.

"1 2 3," ucap Sandy. "Nih kak." Sandy menyerahkan ponsel digenggamannya kepada kakaknya.

Say Hi! Millo(ve)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang