Mangkuk terakhir Rere letakan di meja makan, mengelap tanganya sebelum Ia melepas celemek biru tua yang Ia pakai untuk memasak tadi.
Tepat saat celemek biru tuanya Ia kembali cantolkan di samping kulkas, bel rumahnya berbunyi. Rere bergegas membuka pintu utama. Sebuah kecupan di dahi Rere terima dari si penekan bel saat pintu terkuak sempurna. Dewa, suaminya.
"Masak apa, Re?" Ucap Dewa setelah memberikan tas kerjanya kepada Rere.
"Ayam goreng sambal inggris sama lalapan. Maaf ya, tadi Aku ketiduran jadi nggak sempet belanja bulanan." Ucap Rere pelan. Ia masih menundukan kepalanya dengan tangan yang memilin tali tas kerja milik Dewa, suaminya.
Dewa menghela nafas pelan, bukan karna kecewa dengan masakan yang Rere buat. Dewa hanya merasa Rere selalu merasa 'bersalah' di sepanjang satu tahun ini, usia pernikahan mereka.
"Kamu tau aja kalo Aku lagi pengen Ayam goreng." Hibur Dewa. Rere mendongakan kepala menatap Dewa. Ada cengiran khas Dewa yang menghiasi wajah lelah Dewa.
Rere menyunggingkan senyum kecil menanggapi ucapan Dewa. Selalu seperti ini, Dewa seakan tahu bahwa Rere selalu merasa 'bersalah' sejak awal pernikahan mereka. Bahkan Rere masih menganggap pernikahan ini adalah kesalahan akibat kebodohannya.
*****
"Re, Ayo." Seru Dewa saat mendapati Rere masih di luar mobil.
Setelah makan malam yang cukup sunyi selesai, Dewa menawarkan diri untuk mengantar Rere belanja bulanan. Seperti biasanya juga, Rere menolak cepat tawaranya. Dia beralasan Dewa pasti lelah setelah bekerja seharian di kantor.
"Maaf ya, jadi ngerepotin Dewa." ucap Rere sambil memasang seat belt-nya. Ia tak ingin menambah kecerobohan dengan teguran Dewa karna Ia lupa memasangnya.
"Nggak repot kok, Re. Apa salahnya mengantar Istri sendiri belanja?" Goda Dewa yang sukses membuat pipinya memerah. Jelas Dewa akan mengantar Rere belanja sekalipun harus memaksanya. Dia tidak ingin kecolongan Rere menggunakan uang pribadinya untuk belanja bulanan. Lagi. Selama empat bulan usia pernikahan mereka, Rere dengan polosnya membayar keperluan mereka berdua. Dia memilih menggunakan uang pribadinya dari pada kartu kredit yang diberikan Dewa di awal pernikahan mereka. Pantas saja Dewa tidak mengalami perubahan keuangan setelah menikah.
"Dewa pengen makan apa besok?" tanya Rere saat Dewa meraih troli yang Ia pegang.
Dewa terkekeh mendapati pipi Rere yang masih saja berwarna merah. Ibu jarinya mengusap pipi halus Rere dan membiarkan istrinya melangkah menghindar karena malu. Menggoda Rere menjadi rutinitasnya satu tahun terakhir ini.
Rere mematung saat merasakan hembusan nafas Dewa yang ada didekat telinganya. "Makan kamu boleh?" bisik Dewa. Kekehan Dewa kembali menyadarkan Rere. Dia berdehem untuk menetralkan debaran yang tak Ia sukai.
"Masak rendang? Mau?"
"Kapan sih Aku nolak masakan yang kamu buat, Re?" goda Dewa lagi. Kali ini Dewa dibuat takjub.
Rere menampakan wajah kesal dengan meniup poni yang selama ini menutupi dahinya. Senyum Dewa melebar, ini jelas respon langka dari Rere.
"Pengen apel dong, Re."
Rere menoleh dan mengangguk. Ia memilih beberapa apel untuk ditimbang. "Sekilo cukup?" tanya Rere.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You (TAMAT)
General FictionMarried By Accident. Alasan mengapa Rere dan Dewa menikah. Bukan, mereka bukanlah remaja yang 'apes' karna pergaulan bebas di kota metropolitan. Mereka menikah memang setelah 'Accident' yang sebenarnya. Rere yang notabene perempuan intovert yang m...