Meet You |23

3.6K 293 2
                                    

Pukul 09.45

Batin Haikal saat kedua matanya menatap jarum jam di dinding atas televisi. Selesai meneguk segelas air dingin, Ia melangkah menuju kamar yang ada di dekat dapur. Alih-alih mengetuk Haikal langsung menggedor pintu tersebut.

"Wa udah siang, lo nggak ngantor?" seru Haikal. Tidak ada sahutan di dalam. Haikal mengerutkan kening heran. Dewa bukan tipe orang yang susah di bangunkan. Dia tipe orang yang sensitif terhadap suara.

"Wa, lo masih hidup kan? Jangan bikin apartemen gue angker deh." teriak Haikal lagi. Ia menaikan suara dan gedoranya.

Kesal karna tak ada jawaban Haikal berbalik menuju laci-laci yang ada di bawah televisi. Ia meraih mangkuk kaca dan mengubek-ubek isinya. Mencari kunci serep kamar yang di huni Dewa.

Bau pengap dan alkohol menyambut Haikal saat Ia berhasil membuka pintu kamar. Sepasang mata gelapnya menangkap sosok Dewa yang terduduk dengan kepala menunduk di kaki ranjang. Beberapa botol wiski berserakan di bawah kakinya.

"Woi ponsel lo bunyi tuh." seru Haikal kesal melihat Dewa hanya menatap layar ponselnya yang menampilkan panggilan dari Vanya.

Haikal merebut ponsel Dewa dan mengangkatnya. "Halo, Van. Abang lo di apartemen gue nih. Dia kenapa sih? Datang-datang tengah malem mabok pula."

"Tahan Dia ya, bang. Vanya ke sana." tak menunggu jawaban Haikal. Vanya memutuskan panggilan.

Menaikan sebelah alisnya dengan heran. Haikal mengembalikan ponsel Dewa dan bergabung duduk di samping Dewa. "Ada apa, Wa?"

Kepala Dewa terkantuk sekali dan menoleh ke arah Haikal. Dia menampakan raut wajah frustasi dan penyesalan. "Rere kecewa sama gue. Bukan, Dia mungkin benci dan jijik sama gue, Kal." tangan Dewa berusaha meraih botol wiski yang tersisa seperempat botol.

Belum sampai tangan Dewa meraihnya, Haikal mengambilnya dan membuang isinya di wastafel yang ada di dapurnya.

Dewa berkali-kali menggumamkan nama Rere dan meminta maaf.

"Lo boleh cerita setelah mabok lo ilang. Mandi dan tidur dulu, atau terserah lo mau apa. Asal jangan mabok lagi." Haikal menepuk bahu Dewa dua kali sebelum keluar meninggalkan Dewa sendiri di kamar.

*****

Rere mengenakan sweater warna broken white dan celana jeans berwarna krem. Dia mengenakan krim wajah dan mengoleskan sedikit lip gloss di bibirnya. Mengikat rapi rambut Mahogany yang belum sempat Ia ubah cat warnaya.

Mengumpulkan ponsel dan tas slempang yang Ia kenakan kemarin. Rere keluar dari kamar. Ia meraih segelas susu hangat dan mencomot bitterballen di atas piring. Memasukanya beberapa kedalam kotak bekal yang Ia ambil di lemari dapur.

"Kamu mau kemana, Re?" tanya Bunda dari arah tangga. Ia cukup terkejut melihat Rere sudah rapi meski matanya tampak sembab.

"Rere mau pulang, Bun. Tidak seharusnya Rere melibatkan Ayah dan Bunda dengan urusan rumah tangga Rere." ucap Rere dengan suara sengau. Dia berusaha menampakan senyum kecil untuk meyakinkan Bundanya.

"Bunda nggak masalah-"

"Iya Rere tahu, Ayah dan Bunda nggak akan merasa di repotkan dengan masalah Rere. Tapi sebagai istri, Rere tetap harus bersikap dewasa, Bun."

Bunda menghela nafas mengalah. "Hati-hati ya. Perlu di antar?" Rere langsung menggeleng.

"Mobil Rere kalau di sini semua susah, Bun. Rere bisa kok nyetir sendiri. Rere udah merasa baikan."

Meet You (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang