Meet You |21

3.7K 282 10
                                    

"Nggak bisa tidur?"

Tidak langsung menjawab pertanyaan Dewa. Rere hanya mengerjapkan mata sebelum mengangguk pelan. Sebuah senyum terbit di wajah sayu Dewa. Tangan kananya terulur mengusap puncak kepala Rere lembut.

Usapanya berganti dengan ibu jarinya yang menurun menuju dahi Rere yang tertutup helai poni Rere. Terus menurun menuju puncak hidung Rere dengan jari telunjuknya.

"Dewa.. kebangun?" tanya Rere dengan suara berbisik.

Masih menampakan senyum sayu, Dewa mengangguk. "Kamu kenapa?"

Rere mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Menatap langit-langit kamar Dewa yang putih polos. "Besok kita atur lagi ya, jadwal ke Dokter Ginar."

Dewa memejamkan mata dengan erat, menahan dengusan sebalnya keluar. "Aku sudah atur jadwal ke RSCM hari kamis."

Hening.

"Kenapa nggak ke HMC aja? Mama aja rekomendasi ke sana." jari-jari Rere mulai memilin ujung selimut yang menenggelamkanya sampai batas dada.

Meletakan sebelah lengan di belakang kepala. Dewa menarik nafas dalam. "Aku nggak nyaman dengan Ginar."

"Kenapa? Dokter Ginar teman Dewa kan?"

"Kami putus dengan cara yang buruk." ucap Dewa pelan. Enggan kembali menyebut alasan putusnya hubungan mereka. "Aku tau Kamu juga nggak nyaman. Kita nggak harus ikutin maunya Mama, darl."

Dewa menoleh saat merasakan pelukan dari samping kirinya. Ia menemukan kepala Rere di atas bahu sebelah kirinya. Menenggelamkan wajah di ceruk lehernya.

Sebelah lenganya Ia tarik. Memeluk Rere lembut. "Maaf." bisik Rere.

"For what? Seharusnya Aku yang minta maaf sama kamu Re."

"Maaf, akhir-akhir ini Aku jaga jarak sama Kamu." Aku Rere.

Dewa mendaratkan kecupan di puncak kepala Rere. "Wajar, karna Aku belum sepenuhnya jujur sama Kamu."

Rere menaikan pandangan menatap wajah Dewa. "Mau jujur sekarang?" tawar Rere dengan suara sangat pelan. Tak yakin akan mendapatkan respon positif saat tubuh Dewa menegang dan Rere merasakan itu.

"Kalau belum siap nggak papa kok. Aku.. bisa nunggu."

Dewa mengeratkan pelukanya. Berkali-kali mendaratkan kecupan di puncak kepala Rere. Membisikan kata maaf.

*****

Garis-garis halus melengkung di dahi Rere. Ia sedang menghias salah satu strawberry cheesecake pesanan salah satu teman Bunda. Kegiatan tetapnya selama dua hari terakhir. Ia berusaha untuk tak memikirkan kemungkinan-kemungkinan di kepalanya yang terus merongrong untuk memikirkan mengapa hubungan Dewa dan Ginar bisa berakhir.

Memejamkan mata erat, Rere meletakan mangkuk berisi potongan buah stoberi saat kepalanya kembali berdenyut. Hari ini tubuhnya terasa lemas. Memanjangkan lengan sampai kedua telapak tangannya menyentuh sisi meja. Akhir-akhir ini Rere jarang merasakan nafasnya sesak. Ia bahkan lupa kapan memakai inhealer yang selalu Ia sediakan.

"Kamu sakit?" sapa suara lembut milik Bunda.

Rere membuka kedua matanya dengan berat. "Kepala Rere pusing Bun." keluhnya. Ia semakin menyandarkan sebelah pipinya ditelapak tangan Bunda yang sedang mengusapnya.

"Sana istirahat aja. Ini juga sudah selesai kan? Biar Ina yang lanjutin." Bunda memanggil salah satu karyawannya yang bernama Ina. Mengintruksi sebentar sebelum menuntun Rere ke lantai tiga.

Meet You (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang