EPILOG

11.8K 380 19
                                    

Dengan wajah kusut Dewa membenarkan tali Drafting tube yang sedikit melorot. Hari ini adalah hari yang berat. Karena kecerobohanya, Ia menumpahkan kopi pada rancangan gedung yang sudah Ia kerjakan tiga hari penuh dengan tidur dan makan yang asal-asalan.

Tidak hanya mendapat teguran dari arsitek senior, Dewa juga mendapat komplain dari klien saat Dewa mengatakan bahwa rancanganya rusak karena kopi sialan itu.

"Let's begin again." bisik Dewa pasrah.

Setelah menyegarkan diri dengan mandi dan berganti baju, Dewa kembali ke kantor untuk mengerjakan rancangan ini dalam dua hari. Sesuai permintaan klien.

Hampir tiga jam Dewa berkutat tanpa istirahat. Ia juga melewatkan jam makan siang. Saat jarum pendek jam dinding menunjuk angka empat Dewa menyerah pada perutnya yang terasa melilit. Membereskan pekerjaanya sebentar, sebelum Ia beranjak menuju kafetaria Mega Buana yang ada di lantai 2.

"Boleh ya, Yah? Please."

Dewa mendengus mendengar suara perempuan yang sedang memohon pada Ayahnya. Ia yakin perempuan itu sedang menginginkan sesuatu. Dan saat ini sedang merengek pada Ayahnya.

*****

Golden cafe malam ini tampak lenggang. Setelah menerima kopi miliknya, Dewa memilih kursi di deretan ujung. Ia memutuskan untuk menunggu hujan reda karena hari ini menggunakan motor untuk ke kantor.

"Akhh.. " pekik Dewa saat kopi pada gelas yang dipegangnya tumpah.

Dewa terkejut saat mendapati seseorang sedang tiduran di sofa panjang di ujung ruangan. Sebagian wajahnya tertutup oleh helaian rambut pirang merahnya yang lebat.

Meski pekikanya cukup keras, tapi tidak mampu membangunkan wanita berambut pirang kemerahan itu. Sosok itu masih tenang berbaring diatas sofa.

Dewa melangkah mendekati wanita itu. Dahinya mengernyit saat melihat sisi wajah yang tak asing pada wanita yang tertidur itu.

"Ah benar, Dia." bisik Dewa pelan.

"Maaf mas, jangan diganggu dulu mbak yang sedang tidur." ucap seorang pelayan perempuan.

"Oh nggak kok. Saya cuma terkejut karena tadi Dia nggak kelihatan." Dewa menunjuk wanita itu dengan dagu. "Itu kenapa?"

"Menunggu Ayahnya yang tinggal di Senopati Suites Apartemen."

Dewa tersenyum mendengar penjelasan dari pelayan cafe. Lucu. Satu kata untuk wanita itu. Bukankah lebih nyaman untuk menunggu di apartemen mewah itu dari pada tidur di cafe yang sewaktu-waktu bisa saja ramai?

Ngomong-ngomong, Dia kelihatan cantik. Sangat.

*****

Gadis itu lagi. Batin Dewa saat melihat wanita yang tidur di Golden cafe. Kali ini rambutnya di ikat jadi satu dan berwarna dark blue. Terlihat segar dan kulitnya lebih pucat. Dahi Dewa mengerut saat mendapati gadis itu lagi-lagi ada di Mega Buana Tower.

Apa Dia salah satu karyawan digedung ini? Batin Dewa langsung buyar saat kedua matanya tak melihat lanyard yang menggantung di leher gadis itu.

Keheranan Dewa semakin bertambah saat hampir setiap hari Ia melihat gadis itu ada di cafetaria kantor dengan dua menu makanan. Selama dua minggu mengamati, Dewa belum pernah mendapat jawaban siapa yang gadis itu tunggu.

Dan selama dua minggu ini, Dewa rutin pergi ke cafetaria untuk makan siang dan mencuri lihat gadis dengan rambut warna-warni itu. Rasa penasarannya beralih menjadi rasa tertarik saat melihat wajah cantik milik gadis itu. Sorot matanya kadang tampak sendu, dan tiba-tiba berbinar hanya karena mendapati sebuah nama yang mengguncang ponselnya. Entah panggilan dari siapa.

Meet You (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang