"Mama akan jemput Kamu tiga hari lagi. Jangan lupa makan yang teratur dan jangan kebanyakan makan es krim. Kamu sedang flu."
"Iya. Mama hati-hati di Bogor."
"Aku titip Diego ya." ucap Ginar pada Rere yang masih mengenakan piyama.
Setelah perdebatan panjang tempo hari, Ginar mengalah dan menerima apapun pertanggung jawaban yang ditawarkan Dewa dan Rere. Ia berfikir keras dan mulai berdamai pada diri sendiri saat kalimat-kalimat Rere terasa benar dan tepat menghantam harga dirinya.
Meski canggung dan sangat kaku. Baik Ginar atau Rere berusaha mencairkan interaksi mereka. Saat ini mereka berdua sama-sama menjadi Ibu untuk Diego, dan bersikap saling membenci akan mempengaruhi mental Diego. Ginar tak ingin Diego seperti itu.
"Maaf sedikit mendadak. Temanku juga baru mengabari tadi malam."
Hari ini Ginar akan ke Bogor untuk mengisi seminar di sebuah universitas swasta. Dia menitipkan Diego pada Rere karena Ibunya sedang pergi ke Malang mengunjungi adiknya disana.
"Tidak masalah. Diego juga anak Aku-" Rere berdehem pelan. "-maksudku anak Dewa." koreksinya.
Ginar hanya mengendik bahu. "Jangan nakal ya."
"Iya. I love you, Ma." Diego mengecup pipi Ginar sebelum wanita itu masuk kedalam mobil.
*****
Tangan Dewa menggaruk rambutnya yang tidak gatal saat mendapati Diego berlari mendekatinya untuk minta di ajari berenang. Dewa menatap Rere sebentar, menanyakan 'apa yang terjadi' lewat tatapan mata.
"Ginar harus ke Bogor dan Mamanya sedang ke Malang jadi Dewa tiga hari akan menginap disini." jelas Rere. "Diego habiskan sarapan dulu ya. Biar Papa Dewa ganti baju dulu."
Tanpa disuruh dua kali, Diego berbalik dan kembali menekuri nasi goreng dengan sepiring nugget ayam. Sementara Dewa yang belum sepenuhnya memahami situasi ini mendekati Rere. Mengecup pipi Rere dalam. Ucapan selamat pagi.
"Jadi berapa hari Diego nginep disini?" tanya Dewa setelah mengucap terimakasih saat Rere mengulurkan segelas air putih.
"Tiga hari. Nggak papa kan?" Rere memandang Dewa dengan binar harap yang terlihat jelas.
Dewa tak tahan untuk mengecup sudut bibir Rere karena gemas dengan ekspresi wajah Rere. "Boleh. Tentu saja boleh."
"Kalau begitu nanti malam Kita kamping di halaman belakang, ya?" bujuk Rere. Wanita itu melingkarkan kedua lenganya pada pinggang Dewa.
"Oh God." desah Dewa gemas. "Bagaimana Aku bisa nolak kalau Kamu minta dengan ekspresi yang menggemaskan seperti itu, darl?" seru Dewa. Laki-laki itu mendaratkan kecupan pada pipi Rere tanpa henti.
"Sengaja."
"Ehm.. Tante, Diego udah selesai sarapan." Rere menoleh cepat pada Diego. Pipinya bersemu merah saat Ia sadar kelakuanya dengan Dewa didepan Diego.
"Ayo ganti baju. Pakai minyak angin ya biar nggak masuk angin." Rere buru-buru meleaskan pelukanya pada pinggang Dewa. "Mau makan dulu?" tanya Rere sebelum beranjak menemani Diego.
"Nanti aja."
Setelah Dewa berlalu menuju kamar utama, Rere ikut berjalan menemani Diego menuju kamar tamu yang akan ditempati Diego.
"Tante." panggil Diego pelan saat Rere tengah mengoleskan minyak angin di tubuhnya.
"Kenapa?"
Diego tersenyum dan melingkarkan lenganya pada leher Rere yang sedang berjongkok. "Temen Diego pernah cerita kalau orang tuanya selalu memberikan ciuman selamat pagi setiap hari dan hari ini Diego seneng bisa lihat juga apa yang diceritakan teman Diego." tubuh Rere sedikit tersentak saat Diego mengeratkan pelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You (TAMAT)
General FictionMarried By Accident. Alasan mengapa Rere dan Dewa menikah. Bukan, mereka bukanlah remaja yang 'apes' karna pergaulan bebas di kota metropolitan. Mereka menikah memang setelah 'Accident' yang sebenarnya. Rere yang notabene perempuan intovert yang m...