"Dewa." panggil Rere pelan.
"Hm, kenapa?" Dewa kembali menunduk untuk menatap wajah Rere yang terbenam di dadanya.
"Mama tadi nyuruh Aku periksa." Dewa langsung bangkit. Sebelah tanganya Ia tempelkan di dahi Rere.
"Kamu kenapa? Nafasnya sesek lagi?" tanya Dewa khawatir.
Rere tersenyum lebar melihat kekhawatiran Dewa. Ia jelas sangat bahagia di khawatirkan sedemikian besar. "Bukan sakit, Aku sehat kok. Mama nyuruh kita periksa karna Aku belum hamil-hamil."
Dewa menarik nafas lega. Dia kembali membuka kedua matanya dan menatap wajah Rere yang masih mendongak menatapnya. Dewa menunduk untuk mencium dahi Rere dalam. "Aku tau Kamu mungkin belum yakin dengan pernikahan Kita. Bahkan Kamu belum jawab pernyataan cinta Aku." Dewa terkekeh pelan merasakan remasan pelan di piyama bagian dada. "Kalau Aku ditanya pengen punya anak dari Kamu jelas Aku jawab mau tanpa pikir panjang sayang."
"Tapi yang terpenting disini, Kamu nyaman. Tanpa ada rasa sungkan dan bersalahmu itu."
Rere memundurkan kepala untuk menatap wajah Dewa. "Aku.. Sayang sama Dewa." ucap Rere pelan. Sangat pelan.
Tapi Dewa mendengarnya dengan jelas. Ia masih diam mematung. Otaknya seakan merasakan kelumpuhan. "Kamu serius kan, Re?" tanya Dewa tak kalah pelan.
Rere memajukan wajah sampai sejajar dengan wajah Dewa. Dikecupnya dahi Dewa lembut. "Iya, Aku sayang Dewa." Senyum lebar menghiasi wajah cantik Rere.
Senyum itu menular ke Dewa. Dia menarik Rere dalam rengkuhan. Dipeluknya Rere erat-erat. Lega luar biasa menyiram Dewa, setelah sekian lama menantikan jawaban Rere.
"I love you, Re." bisik Dewa tepat didepan bibir Rere. Diraihnya bibirnya diatas bibir Rere lembut. Dewa mencium Rere dalam. Menyalurkan rasa sayangnya yang tak terbendung. Memperlihatkan betapa leganya Dewa menerima balasan Rere.
"Sepertinya malam ini si baby akan terbentuk." bisik Dewa setelah mengakhiri ciumanya.
*****
Kerutan halus terbentang didahi Ayah Rere saat melihat putri semata wayangnya di kantor pagi-pagi. Wajah Rere terlihat pucat, tak seperti biasanya.
"Ayah." sapa Rere ceria. Dia mencium kedua pipi Ayahnya dengan senyum yang masih tersungging di wajahnya.
"Tumben ke kantor pagi-pagi."
Rere tersenyum lebar. "Rere nanti mau keluar sama Dewa pas jam makan siang jadi nggak bisa makan siang bareng Ayah. Sebagai gantinya kita sarapan bareng yuk. Rere belum sarapan."
Bukanya menjawab ajakan Rere, Ayahnya menatap Dewa yang masih berdiri di samping Rere. "Rere maksa mau sarapan bareng, Yah." Jawab Rere cepat.
"Rere tadi lagi males masak kok Yah. Alesan aja mau sarapan diluar." Rere berbisik kepada Ayahnya meski Dewa masih bisa Mendengarnya.
Senyuman lebar menghiasi wajah Ayahnya. "Ke cafetaria aja yuk. Disana ada soto medan kesukaan kamu."
"Nanti udangnya Dewa yang makan ya." Dewa tersenyum dan mengangguk.
Dewa meraih mangkok soto Rere, memindahkan udang yang ada diatasnya. Sebenarnya bilang kepada penjualnya untuk tidak menaruh udang di mangkuknya jelas lebih mudah, tapi Rere tak ingin melakukanya.
"Sudah di pikirkan ucapan Ayah tempo hari, Wa?" tanya Ayah saat Dewa mengulurkan mangkuk Rere.
Gerakanya terhenti, bukan hanya Dewa karna Rere langsung menoleh dan menatap Ayahnya terkejut. "Ayah, Kita kan lagi makan. Kata Bunda nggak boleh sambil ngobrol apalagi bisnis." Rere meraih sendoknya. Kelihatan sekali gerakan menyuapnya yang kaku karna gemetaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You (TAMAT)
General FictionMarried By Accident. Alasan mengapa Rere dan Dewa menikah. Bukan, mereka bukanlah remaja yang 'apes' karna pergaulan bebas di kota metropolitan. Mereka menikah memang setelah 'Accident' yang sebenarnya. Rere yang notabene perempuan intovert yang m...