Meet You |34

4.3K 300 8
                                    

Tangan Dewa gemetar menerima amplop yang diberikan Ginar kepadanya. Dengan berani Ginar mengantarnya ke ruang rawat Rere. Untunglah kedua orangtua Dewa sudah pulang.

"Amplop ini masih tersegel utuh. Aku nggak mau dicurigai telah memalsukan tes DNA ini." Ucapnya. Ginar menoleh pada Rere. "Aku turut berduka atas musibah yang menimpa Kamu, Re."

"Permisi." tanpa menunggu respon apapun dari Dewa dan Rere. Ginar keluar, menutup pintu dengan pelan.

Keheningan yang ditinggalkan Ginar berlangsung cukup lama. Dewa dan Rere sama-sama terdiam. Tidak ada yang berniat membuka suara dan membuka amplop pemberian Ginar. Sampai pintu kamar inap Rere kembali terbuka. Menampilkan sosok Evan yang juga membawa amplop untuk Rere.

"Mau Kakak bukain?" tawar Evan. Dia paham alasan keheningan ruangan ini saat kedua matanya menatap amplop logo HMC yang ada di meja.

Dengan berat hati Rere mengangguk. Ia akan berusaha menerima kenyataan ini. Evan menarik nafas dan membacakan hasil tes DNA dari Coloumbia Hospital.

"Diego Malik A. dinyatakan 99,9% positif anak kandung Dewa Aksara." Rere hanya diam menatap layar televisi yang gelap.

Meski lirih, Rere mendengar Dewa mengumpati diri. Sebuah suara robekan menyusul. Kertas yang berasal dari amplop yang diberikan oleh Ginar kembali terhempas ke atas meja dengan keadaan terbuka. Salah satu sisi kertas itu terlihat kusut.

"Kakak permisi ya. Jangan terlalu dipikirkan." pamit Evan.

Sebuah desahan nafas cukup keras Dewa keluarkan. Dia mendekati bankar Rere. Disana, Rere hanya diam menatap langit-langit kamar rawatnya. "Maaf."

Rere masih terdiam. Tanganya memilin ujung selimut yang menutup sampai batas perutnya. Ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Meski kemungkinan ini sudah Rere perkiraan, nyatanya ketika mendengar kenyataan itu secara langsung mengantarkan rasa yang berbeda.

"Say something." bisik Dewa meraih tangan Rere. Dia menggenggamnya. Dewa bersyukur Rere tak menepis tanganya.

Kepala Rere menoleh menatap Dewa setelah Ia menarik nafas sedalam mungkin. "Ternyata tetap berat ketika mendengar kenyataanya. Aku sedikit goyah, maaf."

"Itu lebih baik dari yang Aku perkirakan, Re. 'Sedikit goyah' yang kamu rasakan memberiku sebuah harapan. Kamu nggak perlu meminta maaf." Dewa menumpukan dahinya pada punggung tanggan Rere.

"Hei, Aku sudah janji akan berusaha menerima semuanya. Ingat?" ucap Rere. Sebelah tanganya mengusap rambut Dewa.

"Dan itu adalah anugrah untuk hidup kacauku, sayang."

*****

"Diego memang anak Dewa dan Aku tante." ucap Ginar.

Meski sudah menduga melihat dari kemiripan wajah Dewa dan Diego, Mama Dewa masih merasa terkejut. Ini pertemuannya dengan Ginar setelah minggu lalu Ia melihat sosok Dewa kecil pada anak laki-laki yang di gandeng Ginar disebuah restoran cepat saji.

"Bagaimana bisa?" tanya Mama Dewa syok. Dia selama ini hanya tahu bahwa Dewa anak baik dan Ginar anak perempuan yang sopan.

"Maaf harus mengecewakan tante." Ginar menyampirkan rambutnya pada sebelah telinga. Ia merasa gugup. "Kami.. terlalu bebas ketika berpacaran."

"Jadi.. itu bukan sebuah 'kecelakaan'?" tanya Mama Dewa. Suaranya terasa bergetar. Ginar menunduk lalu menggeleng.

Mama Dewa meraih gelasnya. Meneguk minuman yang belum tersentuh sama sekali. Kebenaran ini serasa menamparnya. Bagaimana bisa Dia membela Dewa dulu dengan mengatakan Dewa tidak mungkin meniduri Rere saat mereka tertangkap berduaan disebuah kamar hotel. Menuduh Rere dengan sebutan perempuan liar karena orang tuanya yang bercerai.

Meet You (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang