Ginar menyambut kedatangan Dewa dengan senyuman lebar. Ia berdiri saat sosok Dewa semakin dekat dengan meja yang Ia tempati. Semalam Ginar sangat bahagia karna untuk pertama kali Dewa mengirim pesan lebih dulu dan mengajak bertemu.
"Kamu kelihatan kurang sehat." basa-basi Ginar setelah Dewa duduk tanpa menanggapi senyuman lebarnya.
Sebelah alis Dewa naik menatap Ginar. Sorot matanya datar dan kesal. "Gimana gue bisa sehat kalo penyakitnya datang terus tanpa tahu malu." sindir Dewa. Meski paham Ginar hanya terkekeh mendengar sindiran Dewa.
"Aku bisa periksa-"
"Hari Kamis depan, lo bisa jadwalin buat tes DNA gue dan Diego. Terserah mau di rumah sakit tempat lo kerja atau dimana pun gue nggak peduli." Dewa membuka ponsel dan memainkannya.
"Jadi Kamu percaya kalau Diego anak Kita?" tanya Ginar menggebu. Dia tak menutupi rasa senangnya.
Dewa menaikan pandangan menatap Ginar dengan heran. "Gue jadi ragu lo bisa lulus dari kedokteran dengan otak sempit gitu." ucap Dewa tajam. Saat ini Dewa benar-benar melupakan tata krama yang pernah Ia pelajari. Dewa bahkan tidak bisa berpura-pura bersikap baik terhadap Ginar. Saat ini Dewa terlalu dipenuhi rasa marah dan menyesali masa lalunya.
"Gue harap lo nggak memanipulasi hasil tes nanti." Dewa bangkit dari kursinya.
"Kita bisa makan siang bersama, Wa." ajak Ginar ikut berdiri saat Dewa bergegas akan pergi.
Dewa memasukan ponsel kedalam saku. "Setelah jelas siapa Diego, gue harap lo tahu diri untuk tahu batasan. Gue pria beristri." Dewa mengangkat tangan kirinya yang tersemat cincin pernikahannya. Ia tak mengindahkan ajakan Ginar.
Tanpa menunggu balasan, Dewa berbalik dan melangkah keluar dari restoran. Ia benar-benar lelah dengan keadaan seperti ini. Berpisah rumah dengan Rere benar-benar menyiksa. Dalam dua tahun belakangan Dewa terbiasa hidup teratur dalam rawatan Rere. Dari Ia bangun sampai Ia memejamkan mata, Rere adalah orang pertama dan terakhir yang ada dalam pelukanya.
"I'am miss you so bad, baby."
*****
"Mbak Rere."
Rere menaikan pandangan dari cake yang sedang Ia hias. Dia menemukan salah seorang karyawan toko Bunda memanggilnya dari arah pintu penghubung dapur dengan counter yang memajang aneka kue.
"Dicariin Mas Dewa." serunya lagi. Karyawan itu langsung berbalik dan kembali melayani pelanggan yang cukup ramai di depan.
Meski enggan, Rere melepas krim yang di pegangnya. Melepaskan celemek coklat muda dan menggantungnya di kapstok dekat lemari penyimpanan hiasan kue. Pandangan Rere menyisir beberaa meja yang ada di lantai satu. Dia menemukan Dewa ada di ujung ruangan. Benar-benar di sudut, tidak di dekat jendela kaca besar sebagai ganti tembok ataupun jendela yang menghubungkan outdoor yang ada di samping kanan toko.
Dewa berdiri dengan senyum lemah. Ada binar bahagia saat tatapan mereka bertemu. "Hai, Re. Maaf Aku melanggar-" ucapan Dewa terhenti. Dia merasa kesakitan dengan keadaan mereka. Pelupuk matanya memanas melihat kebisuan Rere.
Meski sangat pendiam, Rere tak pernah bersikap dingin. Sikap diam Rere terbilang ramah karna Dia akan tersenyum dengan tulus saat tatapanya bertemu dengan orang yang dikenalnya.
"Sebentar." sela Rere memecah kebisuan di antara mereka.
Rere berjalan sedikit cepat menghampiri counter. Mengatakan beberapa kalimat dan menunjuk croisant dengan saus coklat. Setelah karyawan Bunda mengangguk, Rere berbalik dan kembali duduk di hadapan Dewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You (TAMAT)
General FictionMarried By Accident. Alasan mengapa Rere dan Dewa menikah. Bukan, mereka bukanlah remaja yang 'apes' karna pergaulan bebas di kota metropolitan. Mereka menikah memang setelah 'Accident' yang sebenarnya. Rere yang notabene perempuan intovert yang m...