"Sudah izin Dewa tadi?" tanya Bunda. Rere menggeleng. Tadi pagi Rere lupa untuk izin ke toko Bunda sebelum ke kantor untuk mengantar makan siang seperti biasa.
Bundanya hanya menggeleng pelan. Ia tahu Dewa tidak akan memarahi Rere, hanya saja sepanjang jalan Rere akan merasa gelisah. Kebiasaan putri semata wayangnya ini tak pernah hilang sejak kecil. Apalagi hari ini Rere mengendarai mobilnya sendiri.
"Rere pamit ya, Bun. Makasih ya oleh-olehnya." Rere mencium pipi Bunda.
Bunda mengernyit saat mesin mobil Rere tak bisa hidup setelah beberapa kali dicoba. Wanita akhir 40-an itu mendekat dan mengetuk kaca jendela mobil. "Kenapa?"
"Nggak tau, Bun. Perasaan baru dua minggu lalu selesai di service sama montir langganan Ayah."
"Coba sini Bunda liat." Rere menurut. Dia keluar sebelum Bunda menggantikanya duduk di balik kemudi tanpa menutup pintu.
Masih sama, mesin mobilnya tak mau hidup. Bunda berdecak saat menemukan bensin Rere yang mendekati nol.
"Kalau pakai mobil itu isi bensin dong Ren, habis ini mah bensinya." Rere meringis. Ia lupa kalau kemarin seharian keliling tak mampir ke pom bensin sama sekali.
"Bun anterin ke kantor Ayah dong." pintanya. Seakan menemukan ide untuk makan bersama kedua orang tuanya.
Bunda mendengus. "Itu Audy mu kan masih disini, pakai aja. Ini biar nanti di anter sama pegawai Bunda."
Rere tersenyum kecut. Bundanya jelas tahu kalau Ia memiliki maksud lain dengan alibi pasaran seperti ini.
*****
Dewa langsung memarkir mobilnya di garasi. Dia menatap mobil Audy hitam yang terparkir ditempat biasa mobil Rere parkir. Tidak biasanya tamu memarkir mobil ke garasi.
Senyumnya terbit saat melihat Rere sudah berdiri di depan pintu memakai baju tidur warna putih dengan garis baby pink di ujung lenganya.
"Aku buat soto sapi." sambut Rere setelah Dewa mendaratkan kecupan di dahinya.
"Kangen." balas Dewa tak nyambung. Rere hanya tersenyum mendengarnya.
Sebelah alis Dewa naik saat tak menemukan siapapun di rumah mereka. Bahkan lampu ruang tamu sudah redup. Rere memang terbiasa mematikan lampu kalau tidak perlu.
"Nggak ada tamu?" Rere menoleh heran dan menggeleng. "Itu Audy didepan milik siapa sayang?"
"Oh itu mobil Aku yang di toko Bunda. Tadi mobil Aku yang yang biasa bensinya habis."
Ada sebuah cubitan tak kasat mata di dadanya. Dewa menggeleng pelan. Ia janji tak akan mempermasalahkan hal seperti ini.
Dewa mengerjap merasakan sentuhan disebelah lenganya. Ia membuka mata dan menemukan Rere menatapnya ragu. "Maaf ya, tadi lupa nggak izin dulu." ucap Rere pelan.
Menarik kedua sudut bibirnya, Dewa menarik Rere masuk kedalam pelukanya. "Lain kali bilang ya. Aku kan bisa jemput kamu di toko Bunda." Dewa merasakan anggukan Rere di dadanya.
Ah Dewa lupa kalau wanita yang di nikahinya benar-benar penurut. Bahkan terlalu menurut.
*****
"Lama banget." seru Haikal. Pria itu memakai pakaian kasual serba hitam.
Siang ini Dewa terpaksa memenuhi permintaan Haikal untuk makan siang bersama. Dia berjanji akan membantu urusan kepindahan Haikal yang cukup mendadak ini. Kebetulan Mamanya juga sedang mengajak Rere keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You (TAMAT)
General FictionMarried By Accident. Alasan mengapa Rere dan Dewa menikah. Bukan, mereka bukanlah remaja yang 'apes' karna pergaulan bebas di kota metropolitan. Mereka menikah memang setelah 'Accident' yang sebenarnya. Rere yang notabene perempuan intovert yang m...