"Bunda minta maaf ya."
Dewa tersenyum dan mengangguk. "Dewa pantas dapat pukulan dari Ayah, Bun." Bunda menggeleng mendengar kalimat Dewa. "Dewa lalai untuk jaga Rere. Bahkan Dewa menyakiti Rere. Maaf ya Bun. Sepertinya Dewa terlalu memaksakan rasa suka Dewa sebelum Dewa siap membahagiakan anak Bunda."
Bunda menepuk pelan bahu Dewa. "Yang Bunda lihat, Rere bahagia sama Kamu. Dia lebih bersemangat menjalani kehidupanya. Meski di awal pernikahan kalian Rere kelihatan canggung." Bunda tersenyum mengingat betapa kakunya interaksi Rere dan Dewa di awal pernikahan mereka.
"Bunda merasa melakukan hal baik untuk menebus kekecewaan Rere atas perceraian Bunda dan Mas Kean dengan merestui kalian. Terimakasih ya, Dewa."
"Dewa yang seharusnya berterimakasih, Bun."
Suara deheman berat mengintrupsi percakapan Dewa dan Bunda. Ayah Rere baru saja keluar dari kamar rawat Rere. Tadi Ia meminta untuk ditinggal berdua dengan putrinya.
"Bunda pamit ya, titip Rere."
"Pasti, Bun. Ayah dan Bunda hati-hati di jalan." Ayah Rere hanya mengendik bahu dan langsung berbalik meninggalkan Dewa dan Bunda.
Dewa masuk ke kamar rawat setelah lift yang membawa kedua orangtua Rere tertutup. Dia melihat Rere masih duduk menunggunya. "Kamu udah janji mau peluk Aku semalaman." tagih Rere dengan senyuman.
Tak bisa menahan senyum meski dengan menahan perih karena ujung bibirnya yang robek, Dewa mendekat dan ikut berbaring di atas bankar. Memiringkan tubuh agar Rere mendapat sisi lebih luas.
"Sudah nyaman?" tanya Dewa membenarkan letak selimut Rere yang di jawab dengan anggukan.
"Kamu.. beneran nggak terganggu Aku-"
"Boleh minta usap rambut Aku?" Rere memotong ucapan Dewa. Ia tahu Dewa pasti merasa takut untuk menuruti keinginan Rere dengan berbaring bersama di atas bankar karena ucapanya tempo hari. Dan Rere ingin menebusnya.
Dewa tak membalas kalimat Rere. Tanganya bergerak halus mengusap kepala Rere yang bersandar di dadanya. "Re?"
"Hm."
"Maaf untuk segala kesakitan yang Aku buat. Aku terlalu menyepelekan masa laluku yang buruk dan lupa memperbaikinya. Kamu jadi ikut menanggung akibat dari masa laluku." bisik Dewa tepak dipuncak kepala Rere.
Rere mendongak menatap wajah sendu milik suaminya. "Terimakasih sudah mau jadi suami Rere." Dan Rere mendaratkan sebuah kecupan pada sudut bibir Dewa.
*****
"Morning." sapa Dewa saat Rere membuka kedua matanya.
Dewa tampak lebih segar dengan rambut yang sedikit basah. Wajahnya tampak cerah meski di bagian rahangnya sedikit membayang hitam karena belum bercukur. Rere tersenyum dan membalas sapaan Dewa dengan menggenggaman tangan Dewa.
"Mau mandi?" tawar Dewa.
"Kamu sudah mandi?" tanya Rere balik.
"Iya. Tadi subuh Aku mandi sekalian ganti baju. Bunda semalam bawain baju ganti buat Kita." Dewa membantu Rere untuk duduk.
"Re, Papa sama Mama mau jenguk Kamu." ucap Dewa setelah pindah duduk di atas bankar Rere. "Vanya juga."
"Terus?" Wajah Rere terlihat bingung.
Dewa meraih tangan Rere dan mengusapnya halus. "Aku takutnya Kamu masih kurang nyaman sama Mama. Maaf ya, Mamaku suka cerewetin Kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You (TAMAT)
General FictionMarried By Accident. Alasan mengapa Rere dan Dewa menikah. Bukan, mereka bukanlah remaja yang 'apes' karna pergaulan bebas di kota metropolitan. Mereka menikah memang setelah 'Accident' yang sebenarnya. Rere yang notabene perempuan intovert yang m...