"Makanlah." ucap Rere setelah selesai menyiapkan makan siang yang sangat terlambat dan makan malam terlalu awal.
Pukul dua siang Rere menyuruh Dewa untuk membersihkan diri dan sholat dhuhur. Dewa benar-benar terdiam saat kalimat terakhir Rere memukulnya telak. Dewa bahkan baru ini menemukan Rere yang seperti ini.
Sementara Rere menyiapkan makan siang untuk Vanya dan Haikal. Dewa mandi dengan bersih dan menunaikan sholat dhuhur. Beruntung Bundanya mengantar makanan di saat yang tepat. Sehingga Rere tak perlu repot menyiapkan banyak menu.
"Makasih." bisik Dewa menerima semangkuk sup ayam yang di buatkan Rere. Ia merasa bersyukur karna Rere masih sudi membuatkan sup ayam untuk penghilang pengar.
Rere tak menanggapi ucapan Dewa. Ia hanya menegak jus jeruk kemasan yang tersedia di kulkas. Memakan bitterballen yang sempat Ia bawa dari rumah Bunda.
"Kamu nggak makan?" tanya Dewa setelah melirik Rere cepat.
"Ini makan."
Tak ada ucapan lainya. Dewa kembali menekuri mangkuk sup ayamnya. Rere bangkit untuk membuang kotak jus jeruk dan mencuci kotak bekalnya. "Cuci mangkuk dan gelasnya setelah selesai makan."
Dewa tersedak dan mengangguk cepat. Ia menatap kepergian Rere, hal yang tak pernah di lakukan Rere. "Ah iya." Rere berbalik menatap Dewa. "Kamu bisa tidur di kamar utama, Aku akan tidur di kamar atas."
*****
Dewa menatap langit-langit kamar. Dia merasa gelisah sepanjang sisa hari karna Rere tak keluar sama sekali. Bahkan Dewa seperti orang tolol yang menatap ke arah tangga.
"Jangan menjadi suami Rere kalau Kamu masih bersikap seperti pecundang. Cukup Saya yang bersikap seperti itu dan bertanggung jawab. Karna Saya jelas meragukan Kamu untuk bertanggung jawab."
Ucapan Ayah mertuanya kembali terngiang di kepalanya. Bahkan denyut bekas pukulan dan tatapan kemarahan Ayah mertuanya masih teringat segar. Meski Dewa masih sober, Ia mendengar dengan jelas ucapan Ayah mertuanya.
"Kamu bisa memilih, tinggalkan Rere dan tetaplah jadi pecundang selamanya atau berusaha keras menjadi lelaki yang kompeten untuk Dia. Saya jelas bisa memaksa Rere meninggalkan bajingan seperti mu dan mencarikan laki-laki yang kompeten untuk menjadi suaminya."
Menendang selimut tebalnya. Dewa keluar kamar dan menaiki tangga menuju kamar yang di tempati Rere. Dewa kembali meragu saat sampai di depan kamar yang dihuni Rere.
Suara derit pintu di belakangnya sukses menegangkan tubuhnya. Dia langsung berbalik dan mendapati Rere berdiri di sana. Memakai piyama berwarna ungu muda.
"Kenapa di situ?" tanya Rere datar. Dewa menelan ludah. Dengan bodohnya, otak kotornya melihat Rere berwajah datar tampak seksi.
"Re.. Aku.. "
"Selain dari pengakuan Kamu, Aku nggak mau mendengar kalimat yang tidak penting."
"Dan setelah Aku ngaku?"
"Kita bisa pikirkan kedepanya." Dewa mengangguk patuh.
*****
Rere membuka pintu utama dan menemukan Mama Dewa berdiri disana bersama Vanya. Dengan sopan Rere menyalim tangan Mama mertuanya dan mempersilahkan duduk.
"Dewa mana, Re." ucap Mamanya datar dan dingin.
"Dia di kamar. Rere panggilkan dulu Ma." ucap Rere sama-sama datar dan berlalu ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You (TAMAT)
General FictionMarried By Accident. Alasan mengapa Rere dan Dewa menikah. Bukan, mereka bukanlah remaja yang 'apes' karna pergaulan bebas di kota metropolitan. Mereka menikah memang setelah 'Accident' yang sebenarnya. Rere yang notabene perempuan intovert yang m...