Sorot cahaya matahari yang menembus celah dari gorden tipis menggerakan sepasang kelopak mata yang terpejam. Menarik kesadaran si pemilik mata dari tidur lelapnya. Kernyitan pada dahinya tampak jelas saat sebelah tanganya mencengkram rambut gelapnya. Kepalanya berdentam seperti di pukul benda keras.
Menggelengkan kepala pelan menjadi usaha Dewa untuk mengusir denyutan di kepalanya. Saat merasa sedikit membaik, Dewa memaksa tubuhnya bangkit dari kasur. Ia menatap sekeliling untuk memastikan keberadaanya.
Kamar utama rumahnya dengan Rere.
Dewa terkejut menatap sosok Rere yang tidur meringkuk di sofa besar di samping pintu closet milik mereka. Mata Dewa terbelalak saat melihat lebam di rahang kiri Rere.
Mengabaikan rasa pening yang semakin menusuk, Dewa berjalan cepat meski sempoyongan dan berlutut di samping Rere. "Sayang, bangun. Obati dulu rahang Kamu." Dewa mengusap pipi Rere pelan.
Kerjapan mata Rere melegakan Dewa. Saat kedua mata Rere terbuka, wanita itu hanya diam menatap Dewa. Lagi-lagi Dewa merasa ada ganjalan di hatinya. Dia membalas tatapan datar Rere. Dan sebuah ingatan menghantam kepalanya lagi. Dia terduduk lemas menenggelamkan wajah diantara lututnya.
Tubuh Dewa menegang saat merasakan jemari Rere mendarat di puncak kepala Dewa. "Remember something?" tanya Rere masih dengan suara serak khas orang bangun tidur. Dewa menatap Rere dengan sudut mata yang basah.
"Rere sorry, gue nggak tau harus bawa kemana si bego ini. Gue pikir kalian ada sedikit masalah yang harus diselesaikan berdua." ucap Haikal saat membaringkan Dewa di sofa bed di depan televisi. "Jadi gue antar Dewa pulang."
"Iya, terimakasih Haikal." ucap Rere. Dia mengantar Dewa sampai depan.
Laki-laki itu berbalik dan menatap Rere. "Dewa cerita soal lo yang sempat di jodohkan dengan Evan Handoko." Rere sebenarnya terkejut, tapi Dia memilih diam dan menatap Haikal datar.
"Saat ini Dia merasa kurang superior sebagai laki-laki dan suami. Gue harap masalah sebenarnya cepet selesai dan mendengar hasil perdamaian." Haikal sedikit tertawa di akhir kalimatnya sebelum meninggalkan Rere.
Saat kembali masuk Dewa sedang berjalan sempoyongan menuju kamar mereka. Rere bergegas membantu suaminya berjalan dan berbaring di ranjang. Ia membuka sepatu yang masih di kenakan Dewa. Melepas seluruh kancing kemejanya. Membiarkan Dewa tidur dengan kaos tipis yang biasa dipakai untung lapisan kemeja.
Tangan Rere di genggam Dewa saat Ia selesai menyelimuti Dewa. "Seharusnya Kamu tolak Aku ketika Aku mengusulkan pernikahan ini." ucap Dewa datar.
"Tidurlah, Kamu akan menyesali hal ini besok jika dilanjutkan." ucap Rere kembali merapikan selimut.
Kedua mata Rere terbelalak saat Dewa menepis selimut dengan kasar sampai memukul rahangnya. "Kenapa, Re?" ucap Dewa tak menyesali perbuatanya. "Apa sekarang kamu juga sedang menyesalinya? Dan Ayah juga menyesal karena pernah merestui Kita."
"Re.." bisik Dewa dengan mata yang sudah meluruhkan air dari kedua matanya.
"Mandilah." ujar Rere setelah selesai melipat selimut tipis yang Ia gunakan semalam. "Baru setelah itu kita bicara apa yang kamu inginkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You (TAMAT)
General FictionMarried By Accident. Alasan mengapa Rere dan Dewa menikah. Bukan, mereka bukanlah remaja yang 'apes' karna pergaulan bebas di kota metropolitan. Mereka menikah memang setelah 'Accident' yang sebenarnya. Rere yang notabene perempuan intovert yang m...