1. Bu Jasmin

7.5K 217 10
                                    

Happy reading ...

Jangan lupa vote and comment

🌿🌿🌿🌿


Langkah kakinya berhenti di ujung koridor sekolah matanya menyipit memandang sepanjang koridor. Dilihatnya sepi tak ada satupun orang disana, bahkan suara langkah kakipun tidak terdengar lagi, bagaimana tidak ini masih sangat pagi bahkan matahari belum sepenuhnya menyinari bumi.

"Nyesel gue berangkat pagi." ujarnya sambil menghentakkan kaki.

"Lo ngapain?" suara itu. Ya,suara seseorang yang baru saja menyapanya, ralat bukan menyapa melainkan menanyakan keberadaannya disini.

Ia membalikan badannya ragu, takut-takut yang menyapanya barusan hantu, kan ngeri sendiri.

"Ngapain lo?" tanyanya lagi.

"Sekolah." sesingkat itu ucapnya tanpa memperdulikan siapa yang menyapanya tadi.

"Iya, gue tau lo ke sekolah mau sekolah." balasnya.

"Kalau udah tau ngapain nanya." ucapnya datar dan pergi meninggalkan cowok yang bertanya tadi.

Dia melangkahkan kakinya menelusuri koridor untuk menuju kelasnya. Dengan perasaan yang kesal karena seumur hidupnya ia tidak pernah berangkat ke sekolah sepagi ini.

"Gara-gara kakak gue pulang gue harus berangkat sepagi ini." omelnya.

Sesampainya dikelas ia duduk di tempat duduknya. Di kelas hanya ada dua atau tiga orang yang sudah berangkat. Jam sudah menunjukkan pukul 06:35 kelas masih sepi dan teman-temannya pun belum kelihatan batang hidungnya.

"Udah jam segini kelas masih  sepi." gumamnya dengan melihat jam yang melingkar di tangan kirinya.

Tak lama kemudian teman satu kelasnya berdatangan. Teman-temannya pun datang dengan suara khasnya yang menggelegar. Ya, menggelegar mereka sangat cerewet bila sudah bertemu. Seperti suasana pasar padahal mereka hanya bertujuh.

"Tumben lo berangkat pagi Fir." ujar salah satu temannya yang kini duduk disebelahnya.

Fir? Iya Safira. Dia memang tidak suka jika harus berangkat pagi. Diantara semua temannya dialah yang paling malas untuk berangkat pagi.

"Kalau kakak gue nggak pulang, gue nggak bakalan berangkat sepagi ini." ujarnya dengan wajah kesal. Ia juga bodoh, mengapa sepolos itu dirinya saat di suruh kakak-nya untuk berangkat pagi. Kenapa dia harus mau jika ada mulut untuk menolak.

"Gue kira lo kesambet apaan, eh ternyata kakak lo pulang." imbuh Izah dengan muka polosnya.

"Kakak lo pulang, pasti dirumah lo banyak oleh-olehnya dong." sambung Mila dengan senyum sumpringahnya. Mengingat jika ia dan teman-temannya pesta makanan di rumah Fira pasti akan sangat menyenangkan.

"Makanan aja terus yang lo pikirin!" ketus Karin sambil berjalan ke tempat duduknya. Memang Mila itu memiliki berat badan yang lebih kecil dari teman-temannya. Namun saat makan Mila dan Ria lah yang lebih utama dari yang lain.

Ternyata berat badan tidak menjamin untuk mengukur tingkat kelahapan dalam makan.

"Pikiran lo makanan terus tapi badan lo tetep aja kurus. Heran gue!" Dina merasa heran dengan keadaan badan Mila yang tak kunjung bertambah sejak kecil dulu.

"Nggak usah diheranin. Dia kalau sama kita makannya banyak tapi kalau dirumah nggak dikasih makan sama emaknya." ujar Safira sambil terkekeh.

Semuanya hanya terkekeh dengan ucapan yang di lontarkan oleh Safira. Sepertinya teman-temannya itu setuju dengan ucapannya.

Dalam kamus persahabatan mereka sepertinya tidak akan ada kata baper dalam masalah ungkapan. Walaupun keseriusan pasti ada namun, canda tawa adalah satu dari kesatuan yang selamanya akan selalu ada.

🌿🌿🌿

Bel masuk pun berbunyi kini semua kelas yang tadinya ramai menjadi sepi. Semua murid mengikuti pembelajaran dengan baik. Tapi tidak dengan kelas Dina dan teman-temannya, mereka sibuk menggoda guru yang sedang mengajar dikelasnya. Semua guru sudah hafal dengan kelakuan mereka yang selalu saja berbuat ulah dan tidak bisa diam. Mereka bisa disebut dengan sebutan Squad seven. Ya, mereka beranggotakan 7 orang aneh. Siapa lagi kalau bukan Fira, Desti, Dina, Karin, Mila, Ria, dan Izah.

"Assalamu'alaikum anak-anak." sapa Bu Jasmin guru Agama dengan nada bicara yang ramah kepada muridnya.

"Wa'alaikumsalam bu," balas semua murid.

"Ibu makin cantik aja~" Goda Safira.
Bu jasmin membalasnya hanya dengan senyum manisnya. Sudah biasa memang mendengar godaan-godaan dari setiap siswa.

Bu Jasmin adalah guru yang cantik di sekolahnya. Tidak hanya cantik, dia juga mempunyai hati yang lembut tidak mudah marah jika digoda oleh murid-muridnya. Bisa dibayangkan jika seorang Bu Jasmin ini memang sangat di gemari oleh setiap siswanya.

"Baik anak-anak kita belajar tentang menutup aurat atas perintah Allah SWT..... Bla..bla..bla..." Bu Jasmin menjelaskan materi yang akan dibahas. Dari pengertian, tujuan, dan segala macam materi yang bersangkutan dengan bab tersebut.

Semua murid mendengarkan penjelasan dari Bu Jasmin dengan fokus. Terkecuali Dina dan teman-temannya yang sibuk sendiri dengan kesibukkannya masing-masing.

"Gue pinjam bolpoint lo yang merah Din." ucap Desti yang duduk didepan Dina. Tak lupa ia juga menoleh ke belakang untuk mengambil bolpoint yang akan di pinjamnya.

"Nih" balas Dina dengan menjulurkan tangan kanannya yang memegang bolpoint merah.

Desti mengambil bolpoint itu dari tangan Dina dan melanjutkan kesibukkannya untuk menggambar. Kegemarannya selain bermain musik ia juga gemar menggambar.

"Hoaamm... Gue ngantuk banget. Jadi pengen tidur." ujar Izah dengan suara sedikit keras yang bisa didengar oleh seluruh makhluk yang ada didalam kelas. Sungguh aneh tapi nyata yang jelas Bu Jasmin menoleh kearah Izah dengan tatapan tak bersahabat.

"Nggak usah kenceng-kenceng ogeb!" bisik Dina kesal karena terganggu dengan suara izah yang keras.

Dina yang melihat raut wajah Bu Jasmin yang berubah pun merasa tidak enak karena temannya yang satu ini sungguh seperti tidak punya mau.

"Izah!" panggil Bu Jasmin.

"Iya Bu guru cantik, ada apa manggil saya?" tanya Izah.

"Kamu kalau ngantuk bisa keluar dari kelas terus cuci muka dan kembali kekelas. Jangan bikin teman-temanmu terganggu" ujar Bu Jasmin masih dengan nada halusnya.

"Nggak ah bu aku males keluar kalau disuruh cuci muka. Kalau disuruh tidur di UKS aku sih yes!" ujar Izah dengan muka tak berdosa.

Bu Jasmin hanya tersenyum dan mengelus dadanya agar selalu sabar jika berhadapan dengan ketujuh siswinya yang aneh bin ajaib itu.

"Kamu nggak mau ikut pelajaran ibu?" tanya Bu Jasmin.

"Ha? Mau lah. Kalau nggak mau ngapain dari tadi aku dikelasm" jawabnya polos.

Dina yang berada disampingnya merasa kesal sendiri melihat tingkah sahabatnya itu."Lo bisa jawab yang bener dikit nggak sih? Jawab yang sopan dikit sama bu guru cantik" bisik Dina.

Izah mengangguk. Sebenarnya Izah memang sengaja melakukan itu agar dikeluarkan dari kelas. Matanya sudah tidak tahan. Rasanya ingin tidur sekarang juga. Ia benar-benar lelah untuk menahan matanya yang sudah kantuk itu.

Bu Jasmin melanjutkan pembelajaran para murid masih setia mendengarkan penjelasannya. Tidak disangka Karin dan Ria masih sibuk dengan ponselnya entah apa yang dilakukan oleh mereka. Mungkin mereka sedang stalking cogan atau sekedar membalah chat yang mungkin tidak berguna itu.

-

-

-

Jangan lupa vote gaes. Karena vote dari kalian berharga banget:)

Next part jangan lupa:)

Squad Seven ✔ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang