26. Putus

1.3K 55 0
                                    

"Sayang bangun, Efian udah nungguin" teriak Bunda Dina yang kini masih sibuk menyiapkan sarapan dimeja makan.

"Udah bangun bun, bentar lagi turun" sahut Dina.

"Selamat pagiii bunda, ayah" sapa Kinan kakak sepupu Dina namun ia sudah menganggap kedua orang tua Dina seperti orang tuanya sendiri. Kinan sering sekali menginap dirumah Dina karena ia ingin menemani adiknya itu yang selalu saja nakal kepadanya namun ia sangat menyayanginya.

"Brisik lo kak!" ujar Dina yang baru turun dari tangga.

"Syirik aja lo!"

"Lo kali yang syirik" ujar Dina tak mau kalah.

"Lo!"

"Lo!"

"Lo!"

"Udah nggak usah ribut" ucap Bunda Dina melerai mereka berdua. "Efian sudah menunggu kamu, bunda udah bikinin bekal untuk kamu bawa kesekolah dan jangan lupa teman-temanmu dibagi ya" lanjutnya.

"Siap bunda" ucap Dina.

"Berangkat dulu bun, yah. Assalamualaikum" ujar Dina sambil menyalimi tangan ayah dan bundanya dan diikuti oleh Efian.

"Lo nggak pamit sama gw" ucap Kinan.

"Nggak penting!" sahut Dina sambil lari menghindar dari Kinan.

"Adek terlaknat!" teriaknya.

"Kakak terlaknat! Nanti sore gw kerumah lo mau ketemu kak Rizki" teriak Dina dan masih terdengar jelas.

"Kak Rizki nggak mau ketemu lo!"

"Bodoamat!"

❤❤❤❤

Turun dari Motor, banyak sepasang mata yang menatap mereka sinis. Merasa risih dengan tatapan itu pun membuat mereka geram ingin menerkamnya.

"Apa lo liat liat!" ketus Ria.

"Idih siapa yang ngeliatin lo! Dasar cabe kiloan!" ujar Rena.

"Ngaca! Lo pikir lo bukan cabe?!" ujar Safira yang kini mulai emosi dengan Rena cs.

"Cabe ngehina cabe!" ejek Kayna yang kini tiba-tiba datang.

"Bacot lo cabe!"

"Kalian tuh sama sama cabe jadi nggak usah saling hina" ujar Kayna sambil tersenyum sinis.

"Lo pikir lo bukan cabe! Lo butuh kaca atau perlu gw beliin yang besar!!" ucap Karin.

"Nggak butuh!" ujar Kayna sambil melangkah menjauhi mereka.

"Pergi lo!" usir Keenan.

"Santai dong" Rena tak mau kalah.

Mereka tidak menggubris Rena cs karena mereka sudah muak dengan kelakuannya yang tidak pernah capek untuk menghina seseorang.

"Kita kekelas dulu," pamit Desti.

"Ok" jawab mereka.

"Gimana?" tanya Elza ragu.

"Siap"

Mereka merubah penampilannya menjadi berbeda 90° dari sebelumnya. Satu sekolah pun menjadi heboh melihat mereka berubah menjadi seperti dulu.

Suasana kelas begitu ramai, tidak seperti biasanya kelas menjadi ramai seperti ini. Dina dan teman-temannya merasa aneh dengan suasana kelas yang biasanya sepi ketika ada mereka kini menjadi sangat ramai seperti pasar.

Squad Seven ✔ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang