Akhirnya bel istirahat telah terdengar kini mereka telah menyelesaikan semua koridor yang ada disekolahan. Mereka pergi menuju kekanti dengan perutnya yang sudah lapar.
"Kalian mau pesan apa?" tanya Mila.
"Seperti biasa" jawab Ria mewakili teman-temannya.
"Kalau kalian?" tanya Mila kepada Fion, algean, efian, enata, keenan, elza, dan ersyad.
"Samain aja biar gampang beb" jawab Fion tanpa dosa.
"Jijik gw" ujar Mila.
"Mil gw minuman aja" ujar Dina.
"Lo kan belum makan" ucap Karin.
"Gw udah kenyang" balas Dina.
"Kalau lo sakit gimana?" tanya Efian khawatir.
"Nggak akan" jawab Dina menyakinkan.
"Yaudah gw pesan makanan sama minuman dulu" ujar Mila.
Seperti biasa sambil menunggu pesanan datang mereka hanya bercanda ria dengan cerita receh yang mereka miliki.
"Zah lo beneran mau pindah ke bandung?" tanya Ria penasaran.
"Nggak tau. Gw sih nggak mau ninggalin kalian tapi mau gimana lagi ini keputusan yang terbaik" jawab Izah.
"Kapan lo pindah?" tanya keenan.
"Sabtu" jawabnya singkat.
"Kita baru akrab tiba-tiba lo mau pindah aja" ujar Fion.
"Hmmm.....Mau gimana lagi ini udah keputusan yang terbaik bagi gw" jelas Izah.
"Semoga lo betah disana, bisa dapat teman yang lebih dari kita" ucap Dina dengan berat hati. Sebenarnya ia tidak ingin melihat teman kecilnya pindah walaupun akan bertemu kembali.
"Nggak akan ada yang bisa gantiin kalian berenam. Walaupun nanti gw dapat teman yang lebih banyak atau sedikit dihati gw tetap ada kalian yang udah mau diajak susah seneng bareng" Izah memeluk teman-temannya.
"Gw salut sama persahabatan kalian" sahut Ersyad yang kagum dengan persahabatan mereka.
"Kenapa?" tanya Desti.
"Gw liat kalian selalu bersama. Nggak pernah marahan, nggak pernah ada yang egois satu sama lain, dan yang terpenting kalian saling menjaga satu sama lain" jawab Ersyad kagum.
"Persahabatan kalian yang udah bikin seluruh SMA ini jadi iri" sambung Efian.
"Jangankan iri, hampir semua yang melihat kalian selalu bersama ingin mencoba bersahabat sama kalian. Maksud gw pengen berteman sama kalian" imbuh Keenan.
"Jangan liat dari kebersamaan kita masa sekarang. Kita memang selalu bersama tapi asal kalian tau yang kalian liat setiap hari tidak seperti yang kalian liat waktu dulu" jelas Dina sambil menatap sahabat-sahabatnya. "Masa sekarang mungkin kita bisa dikatakan selalu bersama tapi kalian tidak pernah tau bagaimana masa dulu yang kita jalani bersama. Dari masa dulu kita belajar bahwa tidak seharusnya kita saling marahan, egois, selalu bikin kesal setiap ketemu, nggak pernah akur, selalu debat masalah sepele, salah paham, dan segala macam. Tapi hal itu yang membuat kita dewasa, membuat kita bisa berintropeksi diri sendiri, bisa membuat kita menjadi lebih baik lagi dan saling peduli satu sama lain" lanjutnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Nggak nyangka kita bisa lewati masa-masa itu semua" Karin bangga sambil memeluk sahabat-sahabatnya dan tanpa sadar mereka berenam meneteskan air mata.
Saat mereka sedang bercerita tiba-tiba Mila datang membawa pesanan. Sungguh merusak moment yang berharga!
"Pesanan datang" teriak Mila. "Loh kok kalian pada nangis gitu?" tanyanya.
"Tadi kita klilipan" jawab Safira.
Mila hanya ber oh ria walaupun sebenarnya ia sangat penasaran kepada sahabat-sahabatnya.
"Yaudah makan" pinta Mila yang kini masih dibingungkan dengan semuanya.
"Bodoamatlah" batinnya.
"Makanan gw mana?" tanya Dina.
"Lo kan nggak pesan makanan" jawab Mila yang kini kesal dengan tingkah sahabatnya yang aneh.
"Yaa, gw laper pake banget lagi" ujar Dina dengan muka memelas.
"Mil gw minuman aja, gw udah kenyang" ujar Mila dengan menirukan gaya bicara Dina.
"Haha" mereka terkekeh melihat muka Dina yang kesal dengan tingkah Mila.
"Makan punya gw aja din" Efian yang beralih duduk disamping Dina.
"Nggak usah. Makasih" tolak Dina.
"Entar kalau lo sakit gimana? Kasihan teman-teman lo sama orang tua lo din" ucap Efian khawatir.
"Bersifat biasa aja nggak usah terlalu kaya gitu" ketus Dina. Yang lain hanya menatap mereka berdua bingung.
"Udah lah kalau lapar terima aja din" ujar Algean.
"Bisa diem nggak!" bentak Safira dengan menatap Algean dengan tatapan tidak suka.
"Apa!" Algean menatap balik.
Safira hanya mendengus kesal.
"Udah nggak usah ribut. Kalau kalian mau pacaran nggak usah dikantin" ujar Ria.
"Apaan sih lo ya. Nggak jelas!" ketus Safira.
Kini mereka kembali hening hanya ada suara sendok dan garpu yang terdengar dimeja mereka. Dina kini hanya menatap teman-temanya kesal. Tak sengaja ia menginjak kaki Efian yang ada disamping kakinya. Efian yang merasakan sedikit sakit hanya menatap Dina karena ia tahu kalau Dina masih kesal.
Kini semuanya sudah selesai makan tidak ada lagi yang berkutik dengan sendok dan garpu. Namun Dina masih menunjukan rasa kelasnya dengan teman-temanya yang tidak tahu bagaimana nasib perutnya yang menahan lapar.
"Mukanya biasa aja" ejek Fion yang melihat muka Dina yang kesal.
"Diem!" bentak Dina yang emosinya kini sudah meningkat.
"Tadi nangis sekarang berubah jadi macan. Hahaha" ejek Efian yang terkekeh melihat muka kesal Dina.
"Haha ngakak boleh tuh" imbuh Elza.
Dina hanya mendengus kesal dan berdiri dari tempat duduknya.
"Mau kemana lo?" tanya Algean.
"Mau bunuh diri!" ujar Dina kesal.
"Ciee.. Ngambek lo" goda Desti.
"Hhahaaha, ciee ngambek nih yaa" sambung Efian yang masih terkekeh melihat tingkah Dina.
Dina tidak membalas perkataan teman-temanya ia langsung pergi meninggalkan kantin dan entah akan pergi kemana.
Teman-temanya masih terkekeh dengan tingkah Dina seperti itu.
"Udah woi! nggak usah ngetawain lagi. Kasihan dia," teriak Ria.
"Lagi asik juga" sahut Algean disela tawanya.
"Dia kalau udah ngambek susah buat baiknya" ujar Ria sedikit keras agar teman-temanya berhenti tertawa.
"Gw lupa njir,- kita harus kejar dia" ujar Safira.
"Ngapain"
"Kejar dia lah. Asal kalian tau dia kalau udah ngambek buat ngembaliin lagi keaslinya tuh susah apalagi posisi dia masih lapar" jelas Safira.
"Dia kalau makan banyak?" tanya Efian.
"Iya" jawab Safira singkat.
"Mampus gw keceplosan! Gw malu maluin Dina didepan Efian dong kalau gini. Agrhh, sorry." batinya sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan.
"Gw kekelas dulu" pamit Efian tanpa berkata lagi ia langsung pergi meninggalkan kantin.
Yang lainpun hanya memandangnya bingung. Mereka juga ikut meninggalkan kantin untuk mengejar Dina. Namun, mereka tak tahu jika Efian juga akan menuyusul Dina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Squad Seven ✔ (Completed)
Teen Fiction(Selesai) Belum Revisi PERINGATAN!!! Ini cerita wattpadku yang pertama jadi maklumin saja ya kalau banyak typo atau salah kata. ------ Dalam sebuah persahabatan tidak perlu memandang seberapa lama kita bersama. Pandanglah rasa kepeduliannya disaat...