Dengan suasana memanas mereka sudah berada di atas gedung yang mampu merasakan keindahan kota.
"Apa yang perlu diselesaikan?" tanya Mila dengan nada tidak suka.
"Kalau kalian gak tau apa-apa nggak usah ikut campur!" sambung Ria.
"Kalau tidak ada yang perlu di bicarakan kita pergi!" ujar Dina dan mencoba berdiri dari posisi duduknya. Namun, kini ia merasa berbeda, kakinya terasa sangat sakit untuk membuatnya berdiri.
"Din, lo kenapa?" tanya Desti.
"Cuman kesleo, nggak papa"
"Tapi....,-
"Duh.... Manja banget sih jadi orang!" cibir Kayna.
Mereka hanya saling pandang memandang tanpa ada yang menjawabnya. Safira mengisyaratkan sahabatnya agar pergi dari rooftop tersebut. Dengan cepat para sahabatnya langsung berdiri secara bersamaan.
"Mau kemana?" tanya Algean.
"Pulang lah" jawab Safira.
"Kenapa kalian main pergi aja? Kita belum bicara"
"Kenapa nggak dari tadi? Capek diem terus"
"Yaudah duduk"
Dengan kesal mereka kembali duduk ditempat semula.
"Gw nyuruh kalian kumpul disini buat nyelesaiin masalah yang udah terjadi di antara kita, terutama masalah lo An sama Dina" ujar Algean dengan memandang satu persatu temannya.
"Gw tanya sama lo Kay, kenapa lo selalu ngelakuin hal konyol ke mereka? Apa lo gak punya kerjaan selain itu?" tanya Algean kepada Kayna.
"Sesuatu yang membuat gue menyenangakan itu....saat mata gue lihat lo semua bertengkar, dan dari itu, gue menang lawan kalian. khususnya buat lo dan Efian" kayna menujuk Dina dengan telunjuknya lalu matanya mengabsen satu persau orang di sekitarnya. "rasanya kebahagiaan gue bertambah saat gue liat lo sama Efian bertengkar dan bila perlu kalin berdua gak bakal bersama lagi" finis kayna dengan dengan smirk nya.
Algean tertawa sinis "lo pikir kita semua bego dengan tingkah laku lo yang kaya anak kecil!" Algean menatap Kayna dengan tatapan tidak suka. "Nggak! kita nggak segampang itu buat tertipu dengan tingkah konyol lo" lanjutnya.
"Ternyata gw bodoh! Gw terlalu peduli sama lo. Gw nggak akan pernah bisa maafin kebusukan lo!" dengan rasa kecewa yang amat dalam Efian meninggalkan Kayna.
"An," panggil Enata.
"Kebusukan lo terlalu busuk buat di ingat. Gw nggak abis pikir kenapa lo lakuin ini semua?" ujar Dina.
"Lo masih tanya kenapa gw lakuin ini semua? Dasar bego! Gw kaya gini karena lo udah ambil Efian dari gw. Gw nggak rela kalau lo bisa sama-sama lagi. Dan gw akan selalu jauhin lo sama Efian!" dengan senyum sinis Kayna meninggalkan mereka yang kini hanya melihat kepergiannya.
"Lo terlalu mengambil jalan pintas tanpa lo tau gimana akhirnya" ujar Fira kepada Algean.
"Gw ngelakuin ini semua buat Efian, gw nggak mau kalau dia bisa terjerumus dengan kebusukan Kayna. Gw nggak tega liat lo semua dijadikan permainan busuknya buat dapetin Efian" jelas Algean.
"Terus Efian gimana?" tanya Desti.
"Din, gw boleh minta tolong?" pinta Ersyad kepada Dina.
"Apa?"
"Gw mau lo nyusul Efian, cuman lo yang bisa bikin dia tenang. Gw nggak mau kalau Efian terlalu menyesali dengan semuanya" jelas Ersyad.
"Gw gak mau!" tolak Dina.
Mereka sangat kaget dengan jawaban yang dilontarkan Dina. Mereka tidak menyangka dengan perkataan Dina tentang Efian. Teman-temannya tau jika sebenarnya ia sangat rindu berbicara dengan Efian namun, mereka tak tau lagi harus bagaimana.
"Din,"
"Kalian bisa minta bantuan sama Kayna kenapa harus gw?" ujar Dina.
"Lo liat tadi kan? Efian udah kecewa dengan sifat buruk Kayna yang udah ngancurin hubungan lo sama dia. Jadi, lo harus samperin dia dan buat dia tenang. Lo maafin dia dan kalian kembali lagi udah selesai masalahnya. Gitu aja susah!" ujar Fira.
"Tapi...,-
"Gak usah tapi- tapian" Mila sedikit mendorong badan Dina agar segera pergi menyusul Efian.
Dengan langkah ragu ia menelusuri koridor sekolah untuk menuju kelas Efian. Ia tak tahu harus kemana lagi untuk mencari Efian.
Dengan langkah cepat ia memasuki kelas 12 IPA 3 kini tidak ada satu orang pun yang ada didalamnya. Kini ia tak tahu lagi harus kemana untuk mencari Efian. Ia mengotak-atik ponselnya untuk mencoba menelfon Efian.
"An, lo dimana sih?" gumamnya dengan khawatir.
Disisi lain kini Efian pergi dari kelasnya untuk menuju parkiran. Sebelum ia pergi, ia melihat Dina berjalan menuju kelasnya.
Dengan kecepatan penuh ia melintas meninggalkan sekolah. Jalanan yang ramai membuat dirinya susah untuk mencapai kecepatan penuh. Ia sangat kecewa dengan Kayna yang sudah membuat dirinya merasa bersalah dengan Dina. Pikirannya kini sudah kacau ia tak tahu lagi harus bagaimana.
Kecepatan kendaraannya kini sudah tidak bisa ia kendalikan dengan baik. Kecepatan penuh yang membuat dirinya kini hilang kendali. Dari arah berlawanan ada truk yang juga berkecepatan sama, kini ia tak tahu bagaimana harus menghindarinya.
"Aaaaaa"
Dengan mata tertutup dan dipenuhi dengan darah di kakinya menjadikannya ia susah untuk menggerakan badanya. Banyak orang yang melihat kejadian itu, ia langsung di bawa kerumah sakit.
Dengan rasa khawatir Dina menerima notif panggilan dari Efian.
"Hallo An, lo sekarang dimana? Lo baik-baik aja kan? Maafin gw An"
"Maaf ini dari pihak rumah sakit, Efian sedang berada di UGD karena mengalami kecelakaan"
"Apa?" kini kakinya sudah melemas, ia tak sanggup untuk berkata-kata lagi. Teman-temannya kaget ketika melihat tubuh Dina melemas dengan mata yang sudah berair.
"Din, lo kenapa? Cerita sama kita" ujar Desti.
"Efian kecelakaan"
"Apa!"
"Lo gak bercanda kan Din?" ujar Keenan tak percaya.
"Nggak usah banyak omong kita kerumah sakit sekarang" ujar Algean.
Dengan langkah cepat mereka menuju parkiran untuk pergi kerumah sakit. Rasa khawatir kini telah menghantui mereka. Tak ada yang mereka pikirkan Kayna, kini mereka hanya memikirkan keadaan Efian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Squad Seven ✔ (Completed)
Teen Fiction(Selesai) Belum Revisi PERINGATAN!!! Ini cerita wattpadku yang pertama jadi maklumin saja ya kalau banyak typo atau salah kata. ------ Dalam sebuah persahabatan tidak perlu memandang seberapa lama kita bersama. Pandanglah rasa kepeduliannya disaat...