Pukul 07.00 waktu Indonesia barat. Pintu gerbang sudah ditutup dengan rapat. Bel sudah berbunyi dengan tepat, membuat sekolah menjadi sepi dan sunyi. Semua siswa telah masuk kekelasnya. Tak ada yang telat ataupun yang sedang berlalu lalang di koridor.
Jam pelajaran telah dimulai. Rasa kantuk dan malas kini telah dirasakan oleh kelas 11 IPA 2. Kelas yang biasanya ramai dipenuhi ocehan dan nyanyian itu menjadi sepi seketika. Mereka harus mendengarkan ocehan Bu Maryam yang sudah setengah jam mengoceh tanpa memberikan materi.
Fira yang dari tadi menahan kantuknya, kini ia hanya memanfaatkan waktu untuk tidur. Begitupun juga Ria dan Karin yang ikut menutup matanya dan terlelap kealam mimpi.
Dina dan Desti hanya menyibukan dirinya untuk membaca novel milik Siti teman satu kelasnya yang suka membaca dan mengoleksi puluhan novel.
Mereka tidak ada yang mendengarkan ocehan Bu Maryam sedikitpun. Sedangkan Mila, iya dengan sigap mendengarkan ocehan Bu Maryam. Ia tak mau jika harus dihukup di lapangan dan hormat selama 3 jam sampai jam istirahat.
"Mila," panggil Bu Maryam dengan suara lantang.
"I-iya bu," sahutnya gugup. Ia merasa jantungnya berhenti berdetak jika sudah mendengar Bu Maryam memanggil namanya.
Bu Maryam berjalan menghampiri mejanya dengan membawa penggaris panjang ditangan kanannya. Dengan susah payah Mila membangunkan Karin yang ada disebelahnya.
Brak
Satu gebrakan yang sangat menyerampan kini telah melayang didepan meja Dina. Dina dan Desti yang sibuk dengan novelnya kini hanya bisa diam dan kaget.
Brak
Satu gebrakan saja sudah bisa membangunkan Fira dan Ria yang dari tadi terlelap di dalam mimpi. Dengan ekspresi kagetnya ia menatap Bu Maryam yang ada didepannya yang kini menatapnya tajam.
"Kalian berlima ibu hukum!" tegasnya.
"Iya udah tahu bu," sahut Fira dengan santai.
Mendapat sahutan dari Fira membuat Bu Maryam melototkan matanya. Benar-benar murid yang tidak pernah merasa bersalah. Selalu saja buat ulah tanpa ada rasa prihatin atau sadar dengan ulahnya.
"Berdiri di lapangan dan hormat kebendera sampai bel istirahat! Tidak ada penolakan kalian harus kerjakan itu sekarang juga!!!" tegasnya dengan suara lantang.
Tanpa berpikir panjang Ria, Fira, Dina, Desti, dan Karin segera keluar dari kelas dan berjalan menuju lapangan. Sudah biasa mereka mendapat hukuman seperti itu. Tapi, kali ini berbeda. Mereka harus melalukannya 3 jam sedangkan biasanya mereka hanya 1 atau 2 jam. Pasti sangat melelahkan sekali hari ini.
Semua penghuni sekolah yang lalu lalang menatap kearah mereka. Ada rasa kasihan ketika melihat mereka harus mendapat hukuman seperti itu. Untung saja cuaca hari ini mendung jadi tidak ada rasa panas yang mereka rasakan saat ini. Mereka berharap segera turun hujan agar mereka bisa merasakan rasanya dihukum dibawah air hujan yang membasahi dirinya. Mereka akan menari-nari ataupun bermain air disana. Ah, pasti sangat seru jika dilakukan bertujuh.
Dari dulu memang mereka sangat suka bermain hujan. Mereka rela sakit dari pada harus melewatkan masa indah dibawa air hujan.
Sudah setengah jam mereka berdiri ditengah lapangan. Namun, hujan belum turun juga. Lama sekali hujan turun. Jika hujan turun mereka akan segera memanggil Mila untuk ikut menari dan bermain bersama mereka.
Rintikan air kini mulai turun. Bibir mereka terangkat dan menampakan senyum bahagia. Rasa rindu terhadap masa kecilnya kini akan segera terpenuhi.
Tangan kanan yang mereka gunakan untuk hormat. Kini mereka gunakan untuk saling merangkul satu sama lain. Bibir yang tak bisa pudar dari senyum bahagia yang mereka ciptakan.
Hujan semakin deras.
Bukannya meneduh mereka lebih memilih untuk tetap diam menikmati derasnya air hujan yang jatuh. Mila yang merasa khawatir dengan kelima sahabatnya itu, segera meminta izin kepada Bu Maryam untuk menemui sahabatnya. Walaupun ia harus punya seribu macam alasan agar Bu Maryam mengizinkannya keluar.
Senyum dibibirnya terukir. Melihat sahabatnya yang bersenyum lebar menatapnya. Ia segera berlari agar bisa merasakan derasnya air hujan bersama sahabatnya.
"Gw rindu masa kita dulu," ucap Dina.
"Gw juga" sahut Karin.
"Gw masih ga nyangka kalau kita bisa sekuat ini untuk mempertahankan persahabatan kita" kata Ria.
Mereka saling berpelukan. Ada rasa kehangatan diantara mereka. Rasa kebahagiaan yang terukir dibenak mereka.
"Gw rindu Izah," tiga kata yang diucapkan Desti mampu membuat kelima sahabatnya diam membisu. Memang mereka sangat merindukan sosok sahabat yang kini sudah lama tidak bertemu. Bagaimana mau bertemu? Mengabari saja tidak. Mereka sudah berkali-kali mengabari Izah namun hasilnya nilih.
"Gw juga rindu dia," sahut Dina.
"Udah ga usah sedih, Izah pasti ngabarin kita kok" Karin mencoba menguatkan sahabatnya. Ia tak tahu lagi harus bagaimana melihat sahabatnya sedih seperti itu. "Jam istirahat kan masih 2 jam lagi, Jadi kita puas puasin ujan ujanan" lanjutnya.
Mereka menikmati derasnya air hujan ditengah lapang yang luas. Mereka mengabaikan siapapun yang memanggil mereka. Mereka tidak ingin diganggu. Mereka masih ingin menghabiskan waktu hukuman mereka untuk merasakan derasnya air hujan bersama.
Thank you
Jangan lupa next partnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Squad Seven ✔ (Completed)
Fiksi Remaja(Selesai) Belum Revisi PERINGATAN!!! Ini cerita wattpadku yang pertama jadi maklumin saja ya kalau banyak typo atau salah kata. ------ Dalam sebuah persahabatan tidak perlu memandang seberapa lama kita bersama. Pandanglah rasa kepeduliannya disaat...