Kini Dina dan 6 temannya sudah berada diruangan berAC yang kedap suara. Ruangan yang dipenuhi alat musik klasik dan modern, banyak piagam serta piala-piala yang tersimpan rapih didalam etalase. Mereka sedang menghafal lagu dan menghafal nada-nada yang akan mereka tampilkan saat latihan.
Saat mereka sedang fokus menghafal tiba-tiba pintu yang tertutup menjadi terbuka menandakan ada orang yang membuka pintu itu. Mereka menengok ke pintu dan ternyata ada Pak Sutisno yang sedang berdiri didepan pintu yang dibelakangnya ada beberapa cowok. Mereka hanya acuh setelah menengok ke pintu itu karena mereka memilih untuk kembali fokus menghafal.
Pak Sutisno memasuki ruangan dan diikuti oleh beberapa cowok dibelakangnya. Pak Sutisno menghampiri mereka.
"Tumben sekali kalian sudah datang" ujar Pak Sutisno.
"Sudah dong Pak" balas karin dengan bangganya. Pak sutisno hanya membalasnya dengan geleng-geleng.
Pak sutisno mengarahkan dan menjelaskan dengan detail bagaimana latihan yang baik agar bisa tampil maksimal. Mereka mendengarkannya dengan baik dan fokus agar bisa memahami apa yang disampaikan oleh pak Sutisno.
❤❤❤❤
Kini latihan sudah selesai. Pak sutisno sudah pergi dari ruangan dan kini tertinggal hanya mereka yang sedang merapihkan alat musik yang berantakan.
Setelah mereka merapihkan alat musik dengan rapih. Mereka akan bergegas pulang tetapi sebelum mereka pulang mereka ingin berbicara dengan para cowok yang kini masih diruangan itu. Mereka menghampiri cowok itu dengan raut wajah penuh pertanyaan.
"Kita mau bicara sama kalian" ujar Safira.
Mereka hanya membalasnya dengan anggukan. Jujur saja mereka pasti bingung karena baru pertama kalinya mereka berkomunikasi bersama.
"Apa kalian yang ngasih coklat dilaci kami?" tanya Safira dengan suara yang sedikit lembut walaupun sebenarnya ia sangat malu untuk bertanya seperti itu.
Mereka hanya membalasnya dengan muka bingung. Bagaimana tidak, mereka tidak merasa memberikan coklat dilaci mereka. Ya, memang pagi itu mereka menyapa tapi bukan mereka yang memberikan coklat itu.
"Jawab!" ujar Karin dengan suara sedikit keras.
"Bukan kita yang ngasih coklat itu" jawab salah satu cowok itu.
"Terus siapa?" tanya Ria bingung.
Mereka hanya saling pandang memandang satu sama lain. Mereka masih bingung dengan apa yang terjadi. Kalau bukan mereka terus siapa yang memberikan coklat itu. Aneh, satu kata untuk kejadian itu.
"Aneh" gumam Dina heran.
Safira memberikan sebatang coklat dan surat kepada salah satu cowok itu agar mereka mengaku dengan apa yang mereka perbuat.
"Baca suratnya disitu ada nama lo" pinta Safira.
Cowok itu membuka surat yang diberikan oleh Safira dan membacanya.
Ya, memang benar di dalam surat itu terdapat namanya. Algean nama yang terpampang nyata dibawah surat itu. Raut mukanya bingung dan terkejut melihat namanya yang bertuliskan dibawah surat itu. Tulisan pada surat itu berbeda dengan tulisannya dan ia juga tidak merasa menulis surat itu. Tetapi, ia tidak asing lagi dengan tulisan itu.
Ia mendekati salah satu temannya yang dari tadi masih diam tidak berkutik.
"Fion" panggil Algean sambil berdiri didepan Fion.
Fion. Salah satu nama yang juga terdapat pada surat itu. Mila yang menerima surat atas namanya langsung terkejut dan bingung.
"Iya ada apa Al" sahut Fion dengan muka tanpa dosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Squad Seven ✔ (Completed)
Fiksi Remaja(Selesai) Belum Revisi PERINGATAN!!! Ini cerita wattpadku yang pertama jadi maklumin saja ya kalau banyak typo atau salah kata. ------ Dalam sebuah persahabatan tidak perlu memandang seberapa lama kita bersama. Pandanglah rasa kepeduliannya disaat...