Dina telah berada di rooftop, hatinya menunjukan bahwa Efian ada disana. Ia melihat Efian yang sedang duduk sambil menatap pemandangan kota.
"An," panggil Dina dengan penuh hati-hati.
Efian tidak menoleh ia hanya menundukan kepalanya. Dina yang melihat itu langsung menghampirinya dan duduk disamping Efian.
"An," panggil Dina lagi. Efian masih saja tidak menoleh kearahnya, hal itu membuatnya sangat kesal.
"An, maafin gw" ujar Dina yang kini tidak ada kata-kata lagi yang harus ia rasakan.
Efian menoleh kearah Dina, ia menatap Dina yang kini sedang menatap lurus melihat pemandangan kota.
"Maafin gw an, kalau waktu itu gw nyuruh lo buat jauhin gw. Jujur saja gw nggak mau jauh-jauh sama lo an, waktu itu gw takut banget kalau lo beneran jauhin gw an. Tapi, kenyataannya tidak! Lo masih tetap didekat gw, dan untuk jauhin lo pun gw nggak bisa" ujar Dina yang kini mencoba menahan air matanya.
Efian tersenyum mendengar penjelasan Dina, ia rasa Dina juga mempunyai perasaan sepertinya.
"Lo kok cuman diem? Gw berasa ngomong sama patung" ujar Dina kesal, ia sudah berbicara namun Efian masih saja tidak menjawabnya.
"Lo ngomong sama siapa?" tanya Efian. Sungguh pertanyaan yang sangat konyol tapi ia sebenarnya sengaja bertanya seperti itu.
"Gw ngomong sama lo Ian!" ujar Dina sambil menoleh kearah Efian dengan kesal.
"Oh lo ngomong sama gw. Kalau lo ngomong sama gw kenapa hadapnya kedepan nggak ke gw"
"Emang harus?"
"Ya, harus!"
"Oh"
Efian mendengus kesal dengan perkataan Dina yang singkat. "Kok gitu?" tanya Efian.
"Kenapa?"
"Nggak gw maafin!"
"Yaudah!" ujar Dina dan berdiri dari tempat duduknya.
"Mau kemana?" tanya Efian sambil menahan tangan Dina.
"Mau cari cogan lah"
"Didepan lo udah ada cogan. Lo mau nyari yang kaya gimana lagi?"
"Yang kaya Zain Malik!" Dina sangat kesal dengan Efian yang selalu membuatnya tidak mood.
"Yakin, lo nggak mau sama gw? Gw aja mau sama lo. Inget permintaan maaf lo tadi, lo sukakan sama gw?" goda Efian. Kini Dina merasakan pipinya sudah memanas, mungkin pipinya udah memerah seperti tomat. Ia sangat malu dan merasa dirinya sedang terbang diatas awan.
"Lepasin tangan gw!" Dina mencoba melepaskan tangannya namun, masih saja digenggam erat oleh Efian.
"Pipi lo merah, lo pakai blush on?" tanya Efian sambil terkekeh melihat tingkah Dina.
"Nggak!"
Efian menarik tangan Dina agar duduk disampingnya. Ia tersenyum penatap Dina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Squad Seven ✔ (Completed)
Roman pour Adolescents(Selesai) Belum Revisi PERINGATAN!!! Ini cerita wattpadku yang pertama jadi maklumin saja ya kalau banyak typo atau salah kata. ------ Dalam sebuah persahabatan tidak perlu memandang seberapa lama kita bersama. Pandanglah rasa kepeduliannya disaat...