43. Khawatir

1K 50 0
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Efian merasa bosan saat berada diruangannya sendiri. Ia berharap jika malam ini Dina datang lagi untuk menemuinya.

Algean dan Keenan sudah berpamit untuk pulang sekitar 30 menit yang lalu. Kayna sudah pulang bersama kedua orang tua Efian. Efian meminta kepada mama dan papanya untuk istirahat di rumah karena ia tak mau jika orang tuanya sakit karenanya.

Ponselnya berbunyi menunjukan ada notif panggilan. Dengan sigap ia mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo"

"Hallo, ini gw Rizki kakak sepupu Dina."

"Oh, iya kenapa kak?"

"Dina lagi sama lo nggak? Soalnya bunda cariin Dina terus"

"Tadi Dina kesini tapi sekarang udah pulang"

"Kalau dia gak sama kamu terus kemana?"

"Mung.....,-

Sebelum ia selesai berbicara panggilan sudah berakhir. Kini rasa kekhawatiran menghampiri dirinya.

Efian mencoba menelfon Dina namun hasilnya nihil. Sudah seratus panggilan, puluhan chat yang ia kirim masih saja ia belum mendapat balasan dari Dina.

Tak ada cara lain ia segera memanggil salah satu sahabat Dina.

"Hallo"

"Hallo, lo udah baikan? Gws bro"

"Udah. Lo liat Dina?"

"Lah tadikan sama Algean kerumah sakit"

"Tadi udah ketemu tapi dia pulang duluan jadi gak bareng pulangnya sama Algean. Kasihan bundanya nyariin"

"Lo udah coba hubungi dia?"

"Gak dibales"

"Yaudah gw sama temen-temen nyari dulu ntar gw kabarin lo lagi"

"Oke. Cepet ya"

"Sabar napa!"

Efian mematikan panggilannya dan beralih menatap pintu putih diruangannya yang masih tertutup rapat.

❤❤❤❤

Suasana kota yang dingin, lampu yang indah menerangi kota dan suara kendaraan yang masih berlalu lalang menemani malam ini. Taman kota yang sangat indah mampu menenangkan hatinya. Tempat dimana ia menemukan masalah pertama bersama Efian.

Bangunan dan gedung yang menjulang tinggi dengan megahnya. Langit yang indah terlihat dimatanya. Bulan dan bintang kini menjadi teman dalam kesunyiannya. Rasanya ia ingin menangis untuk hari ini, ia sangat bodoh! Ia meninggalkan Efian tanpa menucapkan pamit.

Kesunyiannya kini berubah menjadi ramai ketika kelima sahabatnya datang menghampirinya. Rasanya ingin sekali ia kabur untuk mendapat ketenangan namun semuanya sudah terlanjur.

"Lo dicariin bunda" ucap Fira dengan datar.

"Ngapain disini?" tanya Karin.

"Kasihan Kak Rizki sama bunda lo nyariin lo terus" imbuh Mila.

"Terus?" jawabnya.

Semua sahabatnya menarik napas dengan gusar. Rasanya ingin sekali membunuhnya jika itu tidak dosa.

"Pulang Dina. Ini udah malam, udah jam setengah 12 jadi lo harus pulang ya" ujar Ria dengan nada pelan untuk mencoba bersabar.

"Lo gak mau pulang apa? Lo mau jadi gembel disini, hah?" ujar Fira.

"Ini udah malem. Kita pulang sekarang!" pinta Karin.

"Pulang! Kasihan Efian khawatir sama lo" ujar Desti.

"Kenapa lo nggak ngabarin yang dirumah sih! Lo kan punya hp. Kalau lo pulang telat lo bisa ngabarin kita atau Efian atau yang lainnya kan?!" omel Mila.

Dina tidak memperdulikan sahabatnya. Ia hanya berlalu pergi meninggalkan sahabatnya yang tak berhenti mengoceh untuk memintanya pulang.

Kakinya tiba-tiba berhenti begitu saja. Matanya kini tak mampu berkedip. Ia tak bisa berkata-kata lagi. Ia sudah takut ketika melihat Rizki dan Kinan nenatapnya dengan tajam.

"Kok disini?" tanyanya dengan ragu.

"Kenapa?"

Dina hanya menundukan kepalanya. Ia sangat takut jika sudah berhadapan dengan Kinan dan Rizki, walaupun setiap hari mereka selalu bercanda ria bersama tapi tetap saja jika Dina pulang telat mereka tak segan-segan untuk mengomel ataupun memarahi Dina hingga pagi nanti. Mereka tak ingin jika ada yang terjadi dengan Dina karena mereka sengat menyayangi Dina.

"Pulang atau uang jajan lo selama seminggu gak gw kasih!" ancam Kinan.

Dengan kaget ia memberanikan untuk mengangkat kepalanya agar terlihat jelas muka Rizki dan Kinan yang pastinya sedang marah padanya.

"Aghh! Sial beraninya ngancam!" batin Dina.

Mata kinan beralih menatap sahabat Dina yang dari tadi hanya melihat kejadian itu.

"Makasih udah bantu nyari" ujar Kinan dengan santai.

Fira, Desti, Ria, Karin, dan Mila hanya membalasnya dengan anggukan.

"Kakak nggak pernah ajarin kamu pulang telat tanpa kabar ya! Kamu tau? Bunda sama Ayah nyariin kamu. Kasihan Ayah baru pulang kerja harus cari kamu. Kita pulang!!" oceh Rizki.

"Apasih alai banget!" ucap Dina.

"Alai?! Ini udah jam setengah 12 dan lo belum pulang! Itu alai? Adek gw yang cantik sejak kapan lo berubah jadi begini?" ujar Kinan.

Rizki dan Kinan memang sangat crewet jika adiknya sudah kelewatan. Mereka sangat menyayangi Dina sampai Mereka rela jika ia harus mengomeli Dina sampai 24 jam. Sudah 2 kalinya Dina membuat Bundanya khawatir dan sudah 2 kalinya Rizki dan Kinan harus mengomeli Dina.

Saat Rizki sedang sibuk mengomeli Dina tiba-tiba ada notif pesan masuk. Ia langsung membukanya.

Bunda
Kamu udah ketemu sama Dina? Kalau udah cepat bawa Dina pulang ya. Ayah sama bunda khawatir dengan Dina. Kamu jangan marahin dia yang kedua kalinya yaa. Bilang kakak mu jangan marahin dia. Kalau kamu sama kakakmu marahin Dina, kalian bertiga nggak boleh keluar rumah selama satu bulan penuh kecuali sekolah.

Rasanya Rizki ingin sekali membanting hpnya. Ia belum puas memarahi Dina namun sudah dilarang oleh bundanya.

"Din, pulang sekarang!" pinta Rizki.

"Iya"

Dengan lesu ia meninggalkan sahabatnya yang hanya diam tak berkutik sedikit pun untuk membantunya. Rasanya ingin sekali ia memarahi sahabatnya yang seperti patung tak bernyawa hanya diam tanpa ekspresi.

❤❤❤❤

Jangan lupa vote dan comment ya😂

Jangan lupa baca next partnya yaa

Squad Seven ✔ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang