Bel pulang telah berbunyi. Dina masih menunggu Efian didepan kelasnya. "Efian lama banget sih," ocehnya.
Ia merasa kakinya sudah terlalu pegal menunggu Efian yang dari tadi tak kunjung datang.
"Efian mana sih?"
"Atau jangan-jangan dia udah pulang duluan?" tanyanya pada diri sendiri.
Tidak ada jalan lain. Ia akan pulang menggunakan angkot ataupun bis kota. Karena ia sudah meminta Rizki untuk tidak menjemputnya. Ia melangkahkan kakinya untuk keluar dari sekolah. Namun, saat dua kali melangkah tangannya sudah dicekal oleh seseorang.
"Mau kemana?" tanya seseorang itu.
Dina menoleh. Ia tahu jika seseorang itu pasti Efian. Dan benar, memang dia benar-benar Efian.
"Ngapain nanya gituan? Ga guna banget sih! Untung gw sayang kalau ga gw gampol lo pake kayu balok!" Dina mengoceh dalam hati.
"Mau kemana?" tanyanya lagi.
"Lepas! Gw mau pulang" Dina mencoba untuk melepaskan cekalan Efian. Namun, nihil. Tangan Efian yang lebih kuat membuat dirinya susah untuk melepaskan.
"Biar gw anter," Efian menarik Dina untuk ke mobilnya. Walaupun kakinya sedikit pincang tapi tak membuatnya kesusahan.
Dina kini sudah ada dimobil Efian. Jika sudah seperti ini pasti dia tidak akan bisa melarikan diri untuk keluar, walaupun punya banyak alasan.
"Lo kenapa ga nungguin gw? Biasanya lo nungguin gw kan didepan kelas," ujar Efian tanpa rasa bersalah.
"Gw tadi nungguin lo bego!" ucap Dina dalam hati.
Apa dia tidak tahu jika bel pulang sudah berbunyi sekitar 45 menit yang lalu? Ah, rasanya Dina ingin mengecoh namun moodnya tidak stabil.
Efian mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Dina hanya menatap suasana kota yang ramai tanpa memperdulikan Efian disampingnya.
-----
Fira, Mila, Ria, Desti, dan Karin sudah berada dirumah Dina. Mereka ingin menghabiskan waktu bersama tanpa ada orang tambahan.
"Lama banget sih," Karin merasa kesal dengan sahabatnya yang kini tak kunjung pulang.
Mereka sudah menunggu lama di depan rumah Dina. Padahal bibinya sudah meminta untuk masuk namun mereka menolak karena merasa tidak enak.
Mereka melihat mobil Efian yang berhenti didepan mereka. Dengan cepat Dina langsung turun dari mobil dan menghampiri mereka.
"Kenapa baru pulang?" tanya Fira ketus.
"Masuk dulu aja. Entar gw ceritain" ujar Dina dengan sahabatnya. Ia menghampiri Efian yang masih ada didepan rumahnya. "Lo pulang sekarang! Gw ada urusan sama sahabat gw!" ujar Dina.
"Oke," Efian menyalakan mesin mobilnya dan mengendarainya begitu saja tanpa berpamit kepada Dina.
Dina mengeluarkan napasnya gusar. Ia tak tahu apa yang terjadi kepada Efian. Mungkin kejadian di kantin tadi, tapi dia tak ingin mempusingkan soal itu.
Ia berjalan menuju ke kamarnya. Orang tuanya sedang berada di luar kota, sedangkan Rizki dan Kinan sedang ada dikampusnya karena mereka masih ada kelas.
Sahabatnya menatap Dina penuh tanda tanya? Bagaimana tidak? Muka yang ditekuk seperti pakaian itu membuat sahabatnya merasa beda dengan dirinya.
"Kenapa muka lo di tekuk gitu?" tanya Desti heran.
Dina hanya menggelengkan kepalanya.
"Cerita," pinta Desti.
Dina masih saja membalasnya dengan gelengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Squad Seven ✔ (Completed)
Teen Fiction(Selesai) Belum Revisi PERINGATAN!!! Ini cerita wattpadku yang pertama jadi maklumin saja ya kalau banyak typo atau salah kata. ------ Dalam sebuah persahabatan tidak perlu memandang seberapa lama kita bersama. Pandanglah rasa kepeduliannya disaat...