"Gean, lo yakin Efian gak ada dirumah?" jika Efian tak ada dirumahnya, lantas ia harus cari kemana lagi untuk sekedar mengetahui keberadaannya?
Algean berdiri didepan pintu gerbang yang menjulang tinggi. Sepi. Rumah itu sangat sepi tak seperti biasanya. Algean berteriak memanggil seseorang yang mungkin ada didalam. Ya, ada seseorang yang membuka pintu gerbang dan menyapa Algean dengan ramah. Mungkin orang itu yang Algean panggil.
"Maaf, Efiannya ada?" tanya Algean dengan ramah.
"Efian sama ibunya pergi dari kemarin dan belum pulang juga sampe sekarang. Mungkin besok mereka akan pulang," jelasnya.
"Kalo boleh tau, kemana mereka pergi?" tanya Dina penasaran.
"Maaf, saya tidak tau kemana mereka pergi."
"Makasih ya, kami permisi dulu" pamit Algean.
Algean berjalan menuju mobilnya. Ia tak tau harus membawa Dina kemana untuk menemukan kabar Efian. Sahabatnya itu memang bisa membuat semuanya khawatir.
"Gean, besok mereka pulang?" tanya Dina.
Algean hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"Kalo mereka belum pulang juga gimana?"
"Besok gw anterin lo kesini lagi" sahut Algean. Mungkin dengan perkataan itu bisa membuat Dina menjadi sedikit tenang.
Algean melajukan mobilnya meninggalkan rumah Efian. Algean membawa Dina menuju rumah Desti. Teman-temannya sudah mengabarinya jika mereka ada dirumah Desti.
Beberapa mobil dan motor terparkir rapih di perkarangan rumah Desti. Hanya ada satu mobil yang menghalangi mobil Algean untuk masuk. Terpaksa Algean harus memarkirkan mobilnya dipinggir jalan.
Dina dan Algean masuk tanpa mengucapkan sepatah katapun untuk menyapa mereka.
"Ada yang galau terus nih" sindir Karin.
"Cerita sama kita!" pinta Desti.
Dina tersadar dari lamunannya. Ia menatap satu persatu sahabatnya siapa tau ada yang kurang. Dan yaaa, sahabatnya masih saja kurang satu dan itu Izah. Dasar Izah sok sibuk huhuhu!
"Nggak ada yang perlu diceritain. Lo semua pasti tau masalah gw gimana? Kenapa gw bisa kaya gini? Terus lo semua paham betul siapa yang buat gw kaya gini" ujar Dina. Ia benar benar sangat merindukan Efian.
"Lo ga coba ngabarin dia dulu?" ucap Ria.
"Gw udah ngabarin dia ratusan pesan disemua akun sosmed yang gw punya. Tapi, tetap saja gak ada balasan satu pun" bibirnya kini sudah bergetar. Matanya sudah berkaca-kaca. Mungkin kali ini ia akan menangis didepan kelima sahabatnya dan keenam teman Efian.
Desti yang tau Dina akan menangis. Ia segera bangkit dan memeluk Dina dengan erat. "Lo pasti bisa tahan air mata lo," bisik Desti.
Enata mencoba menelfon Efian. Namun hasilnya tetap sama. Tak ada jawaban yang mereka dengar.
Algean sudah mencoba menelfon Maya. Bunda Efian yang sangat dekat dengannya. Namun hasilnya tetap sama.
Tak ada yang bisa mereka lakukan untuk mendapat kabar dari Efian selain menunggu.
"Gean, lo yakin ga ada satu katapun Efian pamit sama lo?" tanya Ersyad.
Algean hanya bergeleng lemah. Tak seperti biasanya Efian pergi tanpa berpamit dengan sahabatnya. Walaupun itu mendadak, biasanya Efian selalu meluangkan waktu untuk berpamit dengan sahabatnya.
"Kemana sih tuh anak?" tanya Keenan.
"Kayna? Ya kayna. Lo bisa hubungi dia sekarang. Siapa tau dia tau kabar Efian atau nggak bundanya" ujar Fion. Semua menjadi setuju dengan perkataan Efian tadi. Lagipula jarang sekali ia mendengar ucapan fion yang masuk akal. Biasanya Fion hanya bisa bercanda tanpa melihat situasi.
Algean mencoba mengirimkan pesan kepada Kayna. Siapa tau Kayna sedang bersama dengan keluarga Efian.
Kayna
Sibuk.Mendapat jawaban singkat dari Kayna membuat Algean yakin jika Kayna sedang bersama keluar Efian.
"Dia jawab apa?" tanya Keenan.
"Dia cuma jawab sibuk"
Semua terdiam. Tak ada lagi yang ia pertanyakan tentang jawaban Kayna. Sudah di pastikan bahwa keluarga Efian pergi bersama Kayna. Maya selalu percaya dengan sikap manis Kayna yang ia lihat. Tanpa melihat sisi lain dari Kayna saat tergila-gila dengan Efian.
Mungki sudah saatnya jika Dina harus terbiasa melihat kekasihnya bersama dengan Kayna. Perempuan yang sangat menginginkan dirinya menjauh dari Efian. Namun, semua itu tidak akan terjadi. Ia tau jika Efian sangat mencintainya jadi ia tetap percaya jika Efian akan selalu memilihnya.
Sudah 2 hari tanpa kabar saja sudah membuat dirinya merasa khawatir. Bagaimana jika mereka harus merasakan berbeda negara dalam waktu 1 tahun? Mungkin bisa saja membuat keduanya gila.Thank you
Jangan lupa votte dan comment:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Squad Seven ✔ (Completed)
Teen Fiction(Selesai) Belum Revisi PERINGATAN!!! Ini cerita wattpadku yang pertama jadi maklumin saja ya kalau banyak typo atau salah kata. ------ Dalam sebuah persahabatan tidak perlu memandang seberapa lama kita bersama. Pandanglah rasa kepeduliannya disaat...