70.London

641 24 6
                                    

Desti menyibakan gorden putih yang menutupi kaca besar itu. Pemandangan yang pertama dia lihat adalah suasana Kota London yang ramai. Pagi seperti ini sudah banyak orang yang berlalu lalang.

"Lepasin tolol! Gue masih ngantuk." teriak Dina dari dalam. Desti yang mendengarpun langsung menoleh ke sumber suara.

"Apasih lo brisik banget." ujar Desti kepada Dina yang masih menutup matanya.

Dina membuka satu matanya itu. "Ria tuh ganggu." ujarnya.

Desti mencari seseorang yang disebut namanya barusan. Tidak ada. "Lo ngelindur?" tanya Desti heran.

"Nggak." ucap Dina dengan nada kesal. Dia memang paling tidak suka jika di ganggu tidurnya.

"Terus?"

"Ck. Lo apaan sih brisik banget. Udah tidur aja." dengan kesal Dina menutup tubuhnya dengan selimut.

"Udah jam 8 pagi. Lo kira ini jam berapa?"

Mendengarkan ucapan Desti membuat Dina yang berada di dalam selimutpun melotot kaget tidak percaya.

"Serius lo?" tanya Dina.

"Kapan gue boong sama lo? Cepet bangun. Lo mau ditinggal jalan-jalan buat hari ini?" tanya Desti membuat Dina langsung bangkit dari tidurnya.

"Sial! Kenapa lo nggak bangunin gue sih." omel Dina seraya berjalan menuju kamar mandi. Dengan rambut acak-acakan serta handuk yang di sampirkan diatas bahunya, ia mengomel tidak tanpa jeda.

"Udah nggak usah brisik. Mandi sana yang bersih." tegur Desti. Dina yang sedang mengomel pun langsung diam.

Desti menggelengkan kepalanya. Temannya yang satu ini memang sulit dibangunkan dan sulit untuk mandi. Jika tidurnya terganggu dia akan mengomel dari pagi sampai siang. Jika laparpun dia akan marah-marah tidak jelas. Ajaib memang.

"Des, Din cepetan sarapan." teriak Izah dari balik pintu yang tertutup itu.

Desti yang sibuk dengan ponselnya pun berkata tanpa menoleh, "iya. Lagi nungguin Dina bentar."

"Din cepetan udah di tunggu!" teriak Desti.

Dina yang baru saja membuka pintu kamar mandi pun terlihat buru-buru. "Sana lo. Ntar lo ngintip lagi." ucap Dina seraya menyiapkan baju yang akan di pakai.

"Kurang kerjaan banget gue ngintip lo." jawab Desti.

"Siapa tau aja. Awas lo ya kalo ngintip mata lo bintitan." ancam Dina.

Desti hanya acuh mendengarnya. Dia lebih fokus menatap layar ponselnya dari pada harus menggubris ucapan Dina.

Tidak ada 5 menit Dina sudah siap dengan style-nya sekarang. Desti yang sudah melihat Dina pun langsung menyambar tas kecilnya yang berada di atas kasur dan pergi berlalu meninggalkan Dina.

Dina yang merasa di tinggalpun kini mengikuti di belakangnya.

"Aduh, lo kalo jalan jangan cepet-cepet dong." protes Izah yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Lo-nya aja yang lelet!" jawab Karin.

"Woi, lo berdua! Cepet kesini." teriak Dina yang masih berdiri ditempatnya semula.

Keduanya melangkahkan kaki ke arahnya. Mengikuti intruksi yang baru saja ia katakan itu. "Apa?"

"Gue tuh ud..." baru saja Dina ingin berbicara tangannya sudah di tarik oleh seseorang. "Sialan! Lepasin tolol."

Orang itu adalah Desti yang menggeret dirinya agar segera sampai ke meja makan tanpa ada yang namanya berhenti terlebih dahulu untuk bergosip ria atau keperluan lain.

Squad Seven ✔ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang