Menelusuri Ibukota London dengan berjalan kaki memanglah sangat menyenangkan. Banyak orang yang berlalu lalang untuk sekedar jalan-jalan ataupun bekerja.
Disinilah mereka, Covent Garden yang terletak sebelah timur Westminster sebelum Camden. Di area ini terdapat pusat perbelanjaan, aneka makanan dan hiburan, sampai para seniman jalanan atau bisa dibilang juga pengamen.
Uniknya, para pengamen di sini tidak hanya bermain musik, tapi juga akrobat, sulap, aksi lucu-lucuan, sampai bernyanyi opera di tangga pasar.
Seketika tawa mereka meledak kala melihat pesulap yang dilihatnya sangat lucu.
"Hhh mukanya njir. Gue ngakak!" ujar Fira diakhir tawanya.
Desti yang tidak bisa menahan tawanya pun masih belum puas untuk berhenti. Mukanya memerah, matanya sudah berkaca-kaca tak sanggup menahan tawa.
"Kita kesana yuk," ajak Mila.
Mata Mila berbinar senang menatap bangunan-bangunan kuno yang disetiap bangunannya terdapat tumbuhan yang menyelimuti tembok.
Di hari yang cerah ini mereka mengukir sebuah kisah kebersamaan mereka yang selalu mereka impikan sejak kecil.
"Fotoin kita dong," pinta Ria kepada Izah yang sedang memegang kamera yang dibawanya.
Kamera itu mengarah kepada Ria dan Dina yang kini sudah siap untuk berpose.
"Satu... Dua... Tiga." seru Izah.
Satu gambar terekspos dengan jelas dilayar kamera. Membuat bibinya tersenyum menatap gambar jepretannya itu.
"Nih, liat. Keren kan?" Izah memperlihatkan hasil jepretannya itu kepada Dina dan disusul oleh Ria yang juga ingin melihat hasilnya.
"Apanya yang keren? Masa gue sama Ria nya yang keliatan cuma kepalanya. Tubuhnya lo kemanain bambankk!" omel Dina.
"Itu udah keren. Nggak ada photografer yang sekeren gue." dengan rasa percaya dirinya Izah menyibakan rambut panjang yang dibiarkan tergeri itu.
Dina dan Ria menatapnya malas. "Fir, fotoin kita dong." teriak Dina kepada Fira yang jaraknya tak jauh darinya.
"Kita foto bareng buat keperluan insta story." ucap Dina kepada para sahabatnya.
Fira mengambil alih kamera yang diberikan oleh Dina.
"Sialan gue nggak diajak." ucapnya seraya mengarahkan kameranya kepada keenam sahabatnya yang sudah berdiri sejajar menatap kearahnya.
"Satu lagi." ujar Mila.
"Satu lagi satu lagi," timbal Karin.
"Satu lagi."
"Gantian dong!" protes Fira.
Keenamnya kini berdecak kesal menatap kearah Fira dengan geram. "Kan cuma lo yang bisa ambil foto bagus. Kalo yang lain nggak bagus jangan salain gue." ujar Desti. Ia mengambil kamera dan mulai menotak-atik serta mengarahkannya kepada teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Squad Seven ✔ (Completed)
Novela Juvenil(Selesai) Belum Revisi PERINGATAN!!! Ini cerita wattpadku yang pertama jadi maklumin saja ya kalau banyak typo atau salah kata. ------ Dalam sebuah persahabatan tidak perlu memandang seberapa lama kita bersama. Pandanglah rasa kepeduliannya disaat...