Istri Dzalim

508 55 3
                                    


Tobalik, seorang pemuda yang berasal dari keluarga miskin. Sejak kepindahannya ke kota, ia memulai kehidupannya dari nol, bekerja sebagai tukang angkat telor di sebuah pasar tradisional. Kemudian berpindah kerja ke sebuah perusahaan konstruksi, sebagai office boy.

Beberapa tahun kemudian, Tobalik berkenalan dengan Mira, seorang gadis manis yang berpenampilan menawan, bekerja sebagai marketing di anak perusahaan tempatnya bekerja. Setelah menjalin hubungan asmara selama beberapa bulan, akhirnya mereka mengikrarkan janji sehidup semati, walaupun dengan kehidupan ekonomi yang belum membaik.

Mereka menyewa sebuah rumah sederhana, dekat dengan stasiun kereta. Kehidupan sederhana yang mereka jalani terlihat begitu bahagia. Empat tahun kemudian, lahirlah seorang bayi mungil berjenis kelamin laki-laki. Namun, sayangnya anak tersebut mengalami cacat, kedua kakinya lumpuh. Walaupun sudah mengupayakan dengan semaksimal mungkin, namun Panji, putera semata wayang mereka tidak dapat berjalan normal.

Mira memutuskan untuk berhenti bekerja. Dia ingin berkonsentrasi mengurus Panji. Tidak ingin menyia-nyiakan anugerah Tuhan, walaupun terlahir dalam kondisi tidak sempurna,

Karena hanya dia sendiri yang menjadi tulang punggung keluarga, Tobalik berusaha bekerja dengan tekun dan bersemangat. Dia berharap semoga karirnya dapat meningkat dan mendapat penghasilan yang lumayan.

Lima tahun kemudian, Tobalik berhasil menduduki posisi sebagai kepala bagian. Loyalitas dan kecerdasannya dalam mengambil keputusan, beberapa kali telah menyelamatkan perusahaan dari kerugian. Hanya dalam waktu tiga tahun, Tobalik sudah mencapai level direktur, dengan gaji hingga puluhan juta perbulan. Belum lagi bonus tahunan yang mencapai angka ratusan juta.

Kehidupan Tobalik mulai membaik. Sebuah rumah mewah telah dimilikinya. Mobil sedan berkelas juga menjadi kendaraannya sehari-harinya. Banyak wanita muda berusaha mendekati dan mencuri hatinya. Tobalik tidak menampik, namun tidak berani bermain api terlalu jauh. Sekadar have fun belaka.

Sementara itu, Mira semakin hari terlihat semakin menua. Kegiatannya mengurus Panji, membuatnya terlihat lebih tua dari umurnya yang sekarang. Kulitnya menjadi kasar dan tidak cerah. Tidak lagi halus. Energi Mira banyak terkuras untuk melayani Panji. Urusan penampilan menjadi nomor dua.

Dibandingkan dengan para wanita cantik di luar sana, yang berada di sekeliling Tobalik, Mira tampak terlalu sederhana. Sekilas orang yang belum mengenalnya akan mengira dirinya adalah seorang pembantu atau baby sitter. Perangainya yang kalem dan pendiam menambah kebenaran akan penampilannya yang begitu bersahaja. Beda jauh saat dirinya masih bekerja, Mira adalah gadis muda yang senantiasa memakai make up dan mengenakan busana yang up to date.

Suatu hari, Tobalik mendengar rekan bisnisnya membicarakan penampilan isterinya. Mereka membandingkan Mira dengan isteri-isteri mereka. Bagaikan langit dan bumi. Bahkan ada yang menyelutuk : "Kalau Pak Tobalik berkenan, tuh si Murni, si Angel atau si Susi yang aduhai akan bersedia menjadi isteri simpanannya. Mereka lebih pantas daripada si Mira yang kolot dan kampungan..."

Kalimat demi kalimat di atas amat mengganggu batinnya. Dia merasa apa yang digosipkan teman-temannya tidak ada salahnya. Isterinya yang dahulu sempat menjadi bunga di kantornya sekarang berubah menjadi layu, tidak menarik dan layak untuk digantikan dengan yang baru, yang lebih segar dan menarik dipandang mata.

Setelah dua tahun bergelut dengan pertempuran di batinnya, ditambah dengan semakin masifnya godaan wanita di lingkaran kehidupannya, akhirnya Tobalik merasa inilah saat terbaik baginya untuk mengakhiri pernikahannya yang sudah berjalan empat belas tahun.

Tobalik menyiapkan tabungan sebesar 500 juta dan membelikan sebuah rumah di pinggiran kota untuk isteri dan putera tunggalnya yang saat ini sudah berusia delapan tahun. Tobalik merasa dirinya adalah suami yang bertanggung jawab karena telah menyediakan tempat tinggal dan uang tabungan dalam jumlah besar untuk kelanjutan kehidupan Mira bersama Panji. Hatinya merasa tenang dan plong karena sudah menunaikan kewajibannya.

CURHAT PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang