Saya kok gak kepikiran buat nyinyirin yang foto² bareng keluarga di hari raya, ya. Saya malah seneng liat foto teman² dengan keluarganya masing² sedang berkumpul, silaturahmi, dan jalan² ke tempat² wisata di kampung halaman.
Bahkan foto teman² di dunia nyata yang sering saya temui sehari² dan yang saya kenal seluruh anggota keluarganya pun, tetap menyenangkan hati untuk saya lihat. Sejak kemarin entah sudah berapa likes dan loves saya berikan untuk postingan foto² itu.
For me, seeing my friends and their family together brings a lot of positives vibes.
Terlebih saya tau diantara teman² saya itu ada yang baru saja rujuk dengan istrinya setelah berbulan² rumah tangga mereka dilanda krisis. Dan saat sang suami mengupload foto mereka bersama ketiga putra putri mereka, tanpa sadar saya ikut tersenyum lega. Ternyata mereka baik² saja.
Juga ada di antara teman² saya itu yang selama bertahun² ke belakang menjalani pernikahan jarak jauh, long distance marriage. Sebagai alumni LDM Jakarta - Kuala Lumpur tahun 2011-2014, saya tau persis bahwa kebersamaan bersama keluarga itu priceless. Dan jika mereka mengapresiasinya dengan foto bersama lalu mengunggahnya di media sosial, saya sangat memahami itu.
Diantara teman² saya itu, ada juga yang jaraang sekali selfie² atau aplot foto pribadi. Sekali²nya ya cuma pas lebaran. Sehingga saya baru tau bagaimana wajahnya dan bagaimana keluarganya. Diantara mereka itu, ada customer² yang selama ini hanya pernah bermuamalah dengan saya lewat WA dan inbox. Padahal lewat mereka lah Allah titipkan rejeki untuk saya. Maka melihat mereka berfoto bersama keluarga masing² adalah salah satu cara saya mengenal mereka lebih baik lagi.
Katanya, picture speak a thousand word. Ada banyak cerita di balik sebuah foto. Kita tidak tau ada apa di balik senyum bahagia di hari raya tapi mari kita berpikir bahwa itu artinya semua orang tengah bergembira.
Bagi yang memilih tidak mengunggah foto keluarganya di hari raya, ya tidak apa². Itu pilihan kok. Mau upload atau tidak, itu hak masing² orang.
Yang salah, ketika orang merasa lebih baik, lebih hijrah, lebih soleh/solehah hanya karena tidak berfoto di media sosial. Lagipula setiap orang proses hijrahnya berbeda². Dan nasehat sebaiknya diberikan saat diminta. Kalo gak diminta ujug² ngasih nasehat, itu berarti kamu hobi kultum. Kuliah terserah antum. Terserah orang mo suka kek, mo nggak kek, yang penting nasehat dulu.
Jangan biasakan jadi orang yang mudah menyakiti dengan lisan walau dari jauh. Sedangkan ada riwayat seorang wanita yang rajin beribadah tapi Rasul tetap nyatakan ia tidak akan masuk surga jika lidahnya masih gemar menyakiti orang lain.
Mudah²an kita tidak jadi yang demikian.
Tertanda. Mamah Uwi yang sering aplot foto keluarga, foto makanan, foto jalan², dan terutama foto jastipan.
From Fb Dwi Sugiarti
KAMU SEDANG MEMBACA
CURHAT Pasutri
Non-FictionMembaca Ini Akan Membuka Cakarawala Pengetahuan Tentang Kehidupan Dari Segala sisi Cinta,Pernikahan,Anak,Rumah Tangga Jangan Lupa Vote :)