MBAK HAYATI, KEHILANGAN PENGLIHATAN SETELAH OPERASI CAESAR

111 18 0
                                    

by: Rizza Nasir

Mbak Hayati ini kakak sepupu saya. Ibunya adalah Mbakyu ayah. Mbak Yeti, kami biasa memanggilnya begitu. Melahirkan 6 bulan lalu. Sebenarnya saat itu dokter sudah mengatakan kanndungannya baik-baik saja dan bisa lahir normal. Tapi Allah punya rencana lain, tiba-tiba saja tubuhnya panas tinggi. Gejala tipus, begitu diagnosis dokter waktu itu. Katanya bayi di rahimnya juga merasakan panas tubuhnya yang tinggi itu. Kalau tidak segera dikeluarkan khawatir tidak selamat.

Harus caesar hari itu juga. Bahkan untuk sekedar sikat gigi saja tidak boleh! Pokoknya harus sekarang secepatnya! Lahirlah bayinya. Perempuan. Bayi itu diberi nama Agya. Singkatan dari Agung dan Hayati. Selayaknya ayah dan ibu baru mereka sangat senang dengan lahirnya Agya. Agya adalah cucu keempat budhe. Empat sudah cucunya. Siapa yang tidak bahagia? Ternyata kebahagiaan ini hanya bertahan beberapa hari saja. Setelah hari itu penglihatan Mbak Yeti berkurang. Terus berkurang hingga akhirnya sama sekali tidak bisa melihat. Hitam. Gelap.

Stress! Pastinya! Itu yang terjadi pada Mbak Yeti dan mungkin juga Mas Agung suaminya. Tapi saya lihat Mas Agung masih tegar, setidaknya setiap saya bertemu, tidak pernah terlihat sedih atau menangis. Meski dia tidak bisa menyembunyikan di raut mukanya." Aku khawatir!"

Seminggu setelah melahirkan Mbak Yeti harus kembali opname. Panas lagi! Bahkan harus suntik insulin. Sementara Mbak Yeti menjalani perawatan, Agya di rumah bersama buliknya. Lepas ASI, karena ibunya terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan, dikhawatirkan itu berdampak pada Agya. Agya harus menjadi bayi sufor sekarang. Sesekali disusui juga oleh buliknya, Mbak Nia namanya, kebetulan Mbak Nia juga punya bayi, namanya Zoya. Sesekali Mbak Nia juga menyusui Agya, tapi yang mendominasi tetap sufor.

Tak hanya penglihatannya menghitam, tetapi perutnya juga sakit. Terutama di bagian ginjalnya. Terlalu banyak obat! Mulai dari obat dokter, herbal sampai air apalah-apalah itu. Semua sudah dijalani. Kakinya susah untuk berjalan. Seluruh tubuhnya sakit. Tubuhnya seperti berontak. Karena itu dia sering menangis sendiri bahkan teriak-teriak!

Mbak Yeti domisili di Bojonegoro dan keluarga saya di Kediri, awalnya saya tidak percaya saat ibu bercerita tentang kondisi Mbak Yeti, yang jadi kurus, tirus dan seperti kehilangan semangat hidup sejak penglihatannya hilang. Berat badannya yang dulu nyaris sembilan puluh hanya tinggal enam puluhan saja. Saya jadi percaya, ketika Mbak Yeti sering sekali sms, “Sibuk? Telepon aku!” atau tiba-tiba miscall. Itu artinya dia butuh teman bicara Jika sudah begitu saya paling tidak bisa bilang tidak. Dia hanya butuh teman bicara, mendengarkan semua ceritanya, keluhan dan kesedihannya sejak penglihatan itu hilang. Dicurhati tentang hal semacam ini sungguh menyesakkan. Saya hanya bisa mendengarkan, sesekali menggodanya agar dia tertawa.

Dokter mendiagnosa dia terkena toksoplasma. Dia juga pernah menjalani MRI. “Di MRI itu rasanya seperti di kuburan Sa, apakah begitu nanti kalau mati ya” ceritanya suatu hari. Hasil dari MRI itu menyatakan kalau ada masalah pada korneanya.

Dulu saya berpikir kalau ini malpraktik. Tapi Mbak Yeti menyanggah, “Enggak kok luka caesarku baik-baik saja”

Sejujurnya saya tidak terima dengan jawaban itu. Penglihatannya hilang setelah caesar, apa itu bukan malpraktik namaya? Entahlah! Lagipula saya juga tak tahu kalau memang betul mal praktik harus menuntut siapa dan harus bagaimana. Yang jelas Mbak Yeti sudah pernah mengkonfirmasi ke dokter caesarnya. Tapi ya begitulah!

Kami memilih mengusahakannya. Mencari pengobatan. Mengikhlaskan semua ini sebagai bagian dari ujian hidup. Tak hanya bagi Mbak Yeti, tapi bagi kami semua. Setelah Mbak Yeti sakit, kami semua generasi anak-anak ini menjadi semakin akur dan klop. Alhamdulillah!

Sepuluh hari sebelum idul Fitri saya pulang dari Jogja, saya dan adik-adik langsung ke Bojonegoro untuk menengok Mbak Yeti, karena dari seluruh keluarga hanya saya yang belum menjenguknya. Benar saja. Mbak ginuk-ginuk saya itu sekarang jadi slim, sedikit tirus dan mata yang sembab. Oh!

CURHAT PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang