Setia kepada Pasangan yang Mandul

218 16 0
                                    

Apa yang akan Anda lakukan jika mengetahui pasangan tidak bisa memberikan keturunan?

Menceraikan atau menikah lagi?

Saat menikah dengan seseorang tentu selayaknya kita menerima dia satu paket. Bukan hanya kelebihan tetapi juga kekurangannya termasuk kenyataan yang baru diketahui setelah menikah, yaitu mandul!

Pernikahan mendorong kita untuk mengasihi pasangan dalam keadaan apapun, menerimanya sebagai mana adanya. Setiap keluarga memiliki masalah masing-masing.

Ada yang diuji dengan keadaan perekonomian yang tidak mencukupi, suami pengangguran, gaji istri lebih tinggi, suami selingkuh, istri keras kepala, cerewet, suami yang suka memukul, atau anak yang terlibat pergaulan bebas dan narkoba.

Tidak ada keluarga yang tanpa masalah, jadi kemandulan tidak dapat dijadikan alasan untuk bercerai atau menikah lagi. Keluarga kita diberi ujian seperti ini, tetapi di baliknya kita mungkin diberikan kemudahan dalam bentuk lain.

Lihat kembali kebaikan pasangan, memang benar dia belum bisa memberikan keturunan. Namun alangkah mulianya jika turut merasakan beban yang ada di dalam hatinya. Bukan hanya kita yang ingin memiliki keturunan, pasti pasangan pun sangat merindukannya.

Pikirkanlah perasaan suami atau istri yang mandul, pasti sedih dan merasa tidak berguna sebagai wanita/pria. Jika kita yang mandul, jauh di dalam lubuk hati pasti tetap ingin suami atau istri menerima serta tetap mencintai apa adanya.

Jangan bairkan kebersamaan sekian tahun harus diakhiri karena satu hal yang di luar kehendak pasangan atau diri kita sendiri. Bersama-sama mencari solusi dan hikmah karena belum tentu kelak menemukan pasangan sebaik pendamping kita sekarang. Meninggalkan pasangan dan mencari yang lain adalah bentuk ketidaksetiaan.

Banyak pasangan suami istri yang sudah sangat lama bersabar menanti keturunan dan diketahui ternyata suami atau mungkin istrinya mengalami suatu gangguan yang menyebabkan sulit memiliki keturunan.

Namun mereka mampu bertahan, tetap bersabar, saling menghormati, dan tidak menyalahkan pasangan. Pada akhirnya saat mereka sudah pasrah ternyata sang istri pun bisa hamil. Artinya kesabaran selama ini membuahkan hasil. Namun bagaimana seandainya memang tidak diberikan keturunan juga?

Beranikah kita mempertanyakan keadilan Tuhan?

Mengapa Tuhan tidak memberikan kepada kita keturunan padahal di luar sana banyak yang mengaborsi kandungan atau menyiksa anak dengan sangat keji?

Mengapa Tuhan seolah tidak adil padahal kita sangat merindukan seorang anak yang pasti akan sangat kita sayangi. Bagaimana agar kita mampu seperti pasangan suami istri yang walaupun tidak dikaruniakan anak namun tetap bisa bahagia dan setia satu sama lain?

Pasangan yang tetap setia walau tidak memiliki keturunan memiliki pemahaman kalau tujuan menikah bukan hanya melanjutkan keturunan. Anak hanyalah salah satu dari tujuan menikah.

Menikah utamanya untuk bisa berbagi suka-duka dalam kondisi sakit-sehat di antara pasangan. Menjadikan keluarga sebagai suatu jalan untuk ibadah bersama dan memberi manfaat maksimal bagi sesama.

Banyak hal yang bisa dilakukan meski tanpa keturunan apalagi anak juga tidak bisa menjamin kebahagiaan dalam rumah tangga. Jika memiliki keluarga namun kita selalu melukai hati pasangan malah pernikahan itu tidak bermanfaat apa-apa bahkan sia-sia karena tidak ada cinta kasih yang seharusnya menjadi nafas dalam keluaga.

Ingatlah kembali janji pernikahan untuk tetap setia di kala susah maupun senang, sakit maupun sehat, kaya maupun miskin. Tetap mendampingi satu sama lain.

Anak bukanlah satu-satunya tujuan pernikahan karena merupakan anugerah Tuhan. Manusia kadang-kadang lupa dan beranggapan kalau anak itu diciptakan oleh sepasang suami istri.

Padahal manusia tidak bisa menentukan anugerah dalam bentuk apa yang akan Tuhan beri dalam rumah tangganya. Jangan mudah memvonis kekurangan pasangan apalagi yang berkaitan dengan masalah keturunan karena semua itu tidak lepas dari kehendak-NYA.

Jadi, meskipun kita divonis mandul, tetap layak untuk menikah dan memiliki pasangan hidup yang setia.

Bila tetap ingin memiliki anak, ada baiknya mengadopsi kemudian merawatnya seperti anak sendiri. Apalagi sang anak sangat haus akan kasih sayang, bukankah itu perbuatan mulia karena telah menolong seorang anak?

Sesungguhnya anak adopsi itu memang benar anak kita sendiri namun Tuhan memberikannya dengan cara lain.

Jangan memperlakukannya hanya sebagai 'pancingan' saja karena sang anak juga titipan Tuhan yang diberikan melalui orang lain.

Betapa banyaknya bayi-bayi terlantar yang membutuhkan uluran kasih. Jika kita mengadopsi salah satu di antara mereka, keinginan untuk memiliki anak terpenuhi dan janji pernikahan tidak dilanggar.

Mengasuh anak kandung ataupun adopsi esensinya sama saja, yang penting kita merawat dan membesarkan seperti anak sendiri. Seorang anak tidak selamanya berasal dari rahim kita dan tidak harus memiliki hubungan darah.

Tetapi jika dengan ketulusan sebagai orang tua kita terus mencintainya, maka dia akan menjadi anak kita seumur hidup. Bila kita mempertanyakan keadilan Tuhan, mungkin sudah terlalu mengikatkan hati pada dunia yang fana ini. Padahal dunia ini hanyalah sementara.

Belajarlah menerima kenyataan namun tetap berusaha dan berharap. Kita banyak mengetahui orang-orang hebat. Dia tidak pernah dilupakan padahal telah meninggal ratusan tahun yang lalu. Kita bahkan tidak tahu apakah dia memiliki keturunan atau tidak, yang kita tahu kalau dia memiliki karya besar yang banyak sekali menolong orang.

Jadi, kita tidak dikenang dengan ada tidaknya keturunan namun karya nyata dan sumbangsih yang diberikan untuk kebaikan dunia. Usia kita adalah tentang menemukan dan menjalankan tujuan hidup; mengukir sejarah, manfaat bagi sesama, dan memperlihatkan kemuliaan Tuhan.

Sayangnya banyak orang yang hanya fokus berkembang biak kemudian mati. Nikmatilah hidup sebagai sepasang suami istri yang saling mengasihi dan mendekatkan diri pada Tuhan. Ada anak bersyukur, tidak ada anak tetap bersyukur.

Keturunan itu adalah hak dan urusan Tuhan. Manusia bisa berusaha tetapi tidak boleh memaksa.

Hidup kita tidak dinilai dari berapa banyak keturunan, namun dari bagaimana kita memperlakukan setiap yang dititipkan pada kita apakah harta, talenta, atau mungkin anak adopsi kita!

Mengasihi dan merawat anak yang terlantar sudah menunjukkan kita adalah orang tua yang punya tanggung jawab meskipun tidak pernah melahirkan sama sekali!

Thanks for share

Salam,

Penulis dan pengelola fan page Facebook: Unconditional Love to My Husband

Rahayu Setiawati

CURHAT PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang