ANAK PANCINGAN

136 25 4
                                    


"Hamil lagi ya?" tanyaku suatu kali saat bertemu dengan seorang tetangga.

"Nggak kok mbak, ini hamil pertama. Yang ini dulu pancingan" katanya sembari menunjuk seorang laki-laki kecil dihadapannya.

Aku yang bukan siapa-siapa saja sesak mendengarnya. Apalagi jika nanti si anak telah tumbuh dewasa kemudian sebutan sebagai anak pancingan terlanjur melekat.

Pak, bu, setiap rumah tangga, pasangan suami istri pasti mendambakan buah hati. Kalaupun ada yang tidak itu pasti hanya sebagian kecil saja. Dan ketika penantian itu tak jua berujung, salahkah jika memutuskan mengadopsi?. Tentu saja tidak, yang salah saat kita adopsi tujuannya untuk memancing agar cepat hamil. Apalagi justru bercerita pada semua orang kalau buah hati yang kita timang bukanlah anak kandung.

Pernahkah berpikir dampak psikologis anak kelak?. Pasti hancur dan terluka. Jika memang ingin memberitahukan kepada si anak, beritahu dengan cara yang baik. Jangan sampai melukainya, jangan sampai si anak berpikir bahwa dia tak berharga. Bahwa dia terbuang. Tetap peluk dia, jangan pernah berpikir dia bukan darah daging mu.

Ingat, saat pertama kali memutuskan mengadopsi, saat itu pula segala kewajiban sebagai orangtua dimulai. Jika setelah itu Tuhan mengijinkan kamu hamil, itu berkah, tetap sayangi anak adopsi mu, jangan ada beda.

Percayalah, meski darah mu tak pernah mengalir dalam tubuhnya tapi jika kasih sayang mu tulus, anak mampu merasakan.

Aku tidak tahu bagaimana hukum anak pancingan dalam suatu agama. Tapi bagi ku yang awam ini, kata "anak pancingan" terasa begitu menyakitkan.

Namun tak bisa dipungkiri, hal semacam ini sangat sering terjadi pada masyarakat kita.

Aku berharap, semoga semua pasangan yang belum dukaruniai buah hati disegerakan memiliki.

Dan yang telah memutuskan adopsi, semoga kasih sayang nya tak akan pudar sampai kapanpun.

Dan semoga kita mampu menjadi orangtua yang baik.

Aamiin.

CURHAT PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang