Ruangan itu begitu sangat remang. Berbagai rak yang berisi banyak tumpukan buku sudah bagaikan perpustakaan kecil bagi pemilik ruangan itu. Ditambah dengan suasana yang begitu tenang, suasana yang selalu ia inginkan dan ia sukai.
Tok Tok
Tak beralih dari bacaan buku yang sedang ia genggam saat ini, dirinya bisa mendengar suara pintu ruang bacanya yang kini terbuka. Menampakkan seseorang yang sekiranya usianya sedikit berada di atas dirinya. Kini mulai membungkuk dengan senyuman yang membuat kedua sisi di ujung matanya mengerut.
"Bagaimana?"
Suaranya kini mulai menggema. Namun belum beralih dari bacaannya.
"Tuan Muda belum bisa kemari, Tuan."
Ia tidak terkejut sama sekali mendengar itu semua. Hanya mengeluarkan senyuman tipisnya dengan membalik halaman bukunya.
"Tidak apa. Jika begitu, kau harus tetap mengawasi dia. Tapi tetap, aku ingin bertemu dengannya secara langsung. Kau tahu? Aku sedikit merindukan putra kecilku yang ceria."
Pria itu hanya tersenyum mendengar ucapan sang Tuan.
"Tuan Muda tumbuh dengan baik, Tuan. Anda tidak perlu khawatir tentang keadaannya."
"Aku tahu. Dia mirip dengan ibunya. Dimana dia tinggal sekarang?"
"Tuan Muda tinggal di daerah dekat dengan sekolah taman kanak-kanaknya dulu."
Sang Tuan terdiam. Bahkan kini menghentikan bacaannya. Menatap dengan mata yang tertegun dan perasaan haru yang menyelimutinya.
Sebuah senyum ia berikan pada sang asisten. Lalu kembali beralih pada bacaannya setelahnya.
"Bantu dia jika dia memerlukan sesuatu. Dan berusahalah terus untuk membujuknya agar ia mau kemari dan bertemu denganku."
"Baik, Tuan."
Sang asisten membungkuk hormat. Turut undur diri dari hadapan sang Tuan dan menutup pintunya secara perlahan.
Dan keduanya sama sekali tak mengetahui, jika seseorang telah mendengar percakapan keduanya. Satu tangan telah terkepal dengan jelasnya. Namun wajah itu masih bisa untuk menunjukkan ketenangannya.
"Jadi, anak haram itu kembali? Menarik."
Lalu senyuman itu terbentuk. Tentu saja sebuah senyuman yang mengandung banyak arti. Ia berbalik menuju kamarnya. Mengambil kunci mobil miliknya dengan cepat sebelum benar-benar berlalu pergi.
.
.
Senja sudah hampir menjelang. Langkah keduanya kali ini begitu ringan padahal sudah banyak hal yang mereka lakukan hari itu. Namun rasa lelah itu seolah tak mereka rasakan. Karena keduanya menikmati hari itu. Persis seperti kata sang pria sebelumnya. Bahwa hari itu, mungkin akan jadi hari yang paling indah untuk keduanya. Dan memang benar adanya. Bahkan sang gadis tak tahu, sudah berapa kali hari ini ia menarik ujung bibirnya untuk membentuk sebuah senyuman.
Hoseok menghentikan langkahnya. Menahan pergerakan Rose pula dan kini membuat gadis itu dibuat bingung olehnya.
"Bisakah kau tunggu di sini sebentar?"
"Hmm? Ada apa?"
Hoseok mengelilingi pandangannya. Dan menemukan sebuah bangku yang letaknya tak terlalu jauh dari mereka.
Sementara Rose, dirinya tak menolak ketika Hoseok kini menariknya. Walaupun gadis itu masih dibuat bingung dengan apa yang dilakukan pria itu.
"Kau duduk saja dulu di sini. Aku akan kembali sebentar lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
rose ❌ hoperose
Fanfiction[18+] ✔ Cintaku seperti mawar merah Mungkin indah sekarang Tapi duri yang tajam akan menyakitimu Cintaku seperti mawar merah Ya, aku mungkin harum Tapi semakin kamu mendekat, semakin aku akan menyakitimu. ----- ©iamdhilaaa, 2018