20

713 99 4
                                    

"Baiklah, Nona Park. Saya akan membuka perban yang ada di kedua mata anda. Dan saat perban ini telah dibuka, cobalah untuk membuka kedua mata anda dengan perlahan agar anda juga bisa menyesuaikan diri dengan cahaya yang ada di sini."

Rose hanya mengangguk ketika mendengar ucapan sang dokter padanya. Gugup? Tentu saja gadis itu rasakan saat ini. Karena dirinya sebentar lagi akan bisa melihat, dan itu benar-benar membuatnya takut, jika mungkin saja ini tak akan berhasil.

Ketika kedua perbannya telah terbuka, gadis itu perlahan membuka kedua matanya. Untuk yang pertama kali, gadis itu sedikit merasakan sakit karena untuk ke sekian lamanya akhirnya ia bisa melihat cahaya. Terkadang berkedip-kedip untuk menyesuaikannya sebelum akhirnya terbuka dengan sempurna.

Pandangan Rose mulai mengelilingi. Menatap wajah-wajah yang kini sedang menatapnya. Namun yang menarik perhatiannya kali ini adalah sosok seorang pria yang berdiri di dekatnya. Perlahan mulai mendudukkan dirinya di samping gadis itu.

Rose melirik pada uluran tangan yang pria itu berikan padanya. Dengan perlahan pula, gadis itu memilih untuk mengambil uluran tangan itu. Pun dengan sang pria yang menggenggamnya dengan begitu lembut.

Rose mengenalnya. Rose mengenal sentuhan ini. Sentuhan inilah yang selalu ia sukai. Maka gadis itu tersenyum setelahnya. Sebelum mengembalikan tatapannya pada sang pria, yang juga ikut tersenyum ketika menatapnya.

"Kau menepati janjimu padaku. Kau benar-benar ada di sini."

"Aku memang selalu berada di sisimu, Rose."

Setelahnya, Rose membawa dirinya mendekat. Memeluk Hoseok di sana dimana pria itu membalas pelukannya.

Kebahagiaan itu dirasakan keduanya tentunya. Rose bahkan mengeratkan pelukannya pada Hoseok. Begitu bahagia karena akhirnya ia bisa melihat kembali. Dan yang paling membahagiakan baginya adalah pria itu yang menjadi orang pertama yang ia lihat setelah ia bisa menggunakan kedua mata barunya.

Hoseok melepaskan lebih dulu pelukannya. Menangkup wajah Rose dengan pancaran kebahagiaan yang sama seperti yang gadis itu rasakan saat ini.

"Rasanya, aku ingin menangis saat ini. Kau benar-benar Hoseok, kan?"

"Ini aku, Rose. Kau benar-benar melihatku saat ini."

Dan satu bulir airmata itu turun begitu saja membasahi pipinya. Namun itu tak bertahan lama karena Hoseok yang menghapus airmata itu dengan cepat.

Pandangan Rose beralih. Pada Bibi Gong di sana yang bahkan sudah mengeluarkan airmatanya. Membuat Rose mengulurkan tangannya pada seseorang yang merawatnya selama ini bersama dengan ibunya.

"Bibi, kemarilah."

Dan tak menunggu waktu yang lama, Bibi Gong mendekat pada Rose di sana. Dan pelukan itu akhirnya keduanya lakukan. Tentunya dengan airmata yang kini menghiasi kedua wajah wanita itu. Tenang saja, itu hanya airmata kebahagiaan yang tengah mereka keluarkan.

"Sayang, kau benar-benar bisa melihat kembali. Bibi benar-benar bahagia untukmu."

Bibi Gong menangkup wajah Rose, sekaligus pula menghapus sisa airmata di wajah Rose. Rose yang mengetahuinya hanya tersenyum, ikut pula menghapus airmata di wajah Bibi Gong.

Hari ini, tak akan pernah dilupakan oleh Rose sama sekali. Ketika akhirnya ia bisa melihat kembali. Dikelilingi oleh orang-orang disayanginya. Dan jangan lupakan pula, jika ada sebagian dari milik Ibunya yang kini berada di tubuhnya. Dan Rose pastinya tak akan pernah menyia-nyiakan itu. Bahkan ucapan terima kasih rasanya tak cukup ia ucapkan untuk mendiang Ibunya.

"Eomma, kau ibu yang terbaik yang ku miliki. Dan aku akan hidup bahagia setelah ini."

.

rose ❌ hoperoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang