12

687 112 2
                                    

Kedua tangan gadis itu masih bertaut. Tentu saja karena rasa gugup yang kini sedang ia rasakan. Namun ia berusaha untuk tak terlalu menunjukkannya.

"Nona Park, kau gugup?"

"Ne? Ah, iya. Hanya sedikit."

"Tidak apa. Anda telah memilih pilihan yang bagus untuk memeriksa keadaan anda. Aku yakin, jika anda akan bisa melihat kembali."

Rose hanya memberikan senyumnya. Pun dengan dirinya yang kini memulai prosedur untuk pemeriksaan bagi dirinya yang akan memulai operasi untuk kedua matanya.

Waktu berjalan dengan cepatnya. Pemeriksaan itu telah selesai, tinggal menunggu bagaimana hasilnya yang membuat Bibi Gong dan Rose kini menunggu.

"Nona Park bisa melakukan operasinya secepatnya jika ia mau. Karena donornya sendiri sudah saya siapkan dari lama."

Bibi Gong tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Menatap pada Rose yang juga terlihat sangat bahagia saat ini.

"Kau dengar itu, Rose? Kau akan bisa melihat lagi nantinya dengan cepat."

Rose hanya mengangguk menjawabnya. Ia hanya merasa sedang bahagia saat ini dan sampai tak bisa mengeluarkan kata apapun.

"Jika boleh tau, siapa yang telah mendonorkan matanya untukku?"

Sang Dokter tampak terdiam. Pun dengan Bibi Gong yang juga ikut penasaran setelah mendengar pertanyaan Rose.

"Sebenarnya, aku tidak bisa memberitahu pendonor pada pasien, karena ini adalah permintaan dari sang pendonor. Tapi kurasa, aku harus memberitahu anda berdua."

Rose dan Bibi Gong tak banyak bertanya lagi. Hanya mendengarkan ucapan sang Dokter.

"Sebenarnya, Nyonya Hong datang padaku beberapa minggu yang lalu. Dan beliau ingin jika dia menjadi pendonor mata bagi putrinya. Dan itu anda Nona Park."

Keduanya tentu saja terkejut. Tak pernah membayangkan jika Hong Joo Yi akan mendonorkan kedua matanya bagi Rose. Bahkan dia tak menceritakan apapun pada keduanya.

"Aku tidak mau."

Penolakan itu berasal dari Rose. Tentu saja, bagaimana bisa dia menerima begitu saja kedua mata milik Ibunya? Oh tidak, itu akan semakin membebaninya selama dia hidup nantinya.

"Rose--"

"Bibi, aku tidak mau. Sudah cukup aku merepotkan eomma. Dia mengangkatku sebagai putri saja itu sudah lebih baik. Jangan sampai lagi dia memberikan kedua matanya untukku."

"Sayang, dengarkan bibi."

Rose tak menolak, ketika Bibi Gong kini mengenggam kedua tangannya.

"Bibi tahu, kau pasti akan merasa terbebani dengan ini semua. Tapi, kau harus melakukannya, nak. Kau mau menyia-nyiakan dan menolak pemberian terakhir dari ibumu?"

Rose belum mengatakan apapun. Otaknya saat ini berusaha untuk mencerna semua perkataan Bibi Gong.

"Bibi yakin, ibumu di atas sana pasti akan sangat bahagia melihat putrinya bisa melihat kembali. Melakukan apapun yang kau mau tanpa adanya halangan. Itulah mengapa ibumu mendonorkan kedua matanya untukmu. Itu semua tak lebih karena dia begitu menyayangimu, nak."

"T-Tapi, jika aku menggunakan kedua mata dari eomma, bagaimana nanti dia akan melihatku di atas sana sementara aku menggunakan kedua matanya?"

Rose bisa merasakan sebuah sentuhan lembut di pipinya. Pun dengan sebuah senyuman lembut yang Bibi Gong berikan padanya.

"Tuhan pasti akan memberikan yang lebih baik bagi ibumu. Jadi, kau tidak perlu khawatir lagi jika ibumu tak bisa melihatmu di atas sana."

Rose menghapus dengan cepat airmata yang sempat turun membasahi pipinya. Dalam hati kini mulai menyetujui semua ucapan Bibi Gong padanya.

rose ❌ hoperoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang