Rose mendecak, ketika Hoseok menolak sodoran sendok berisi bubur yang ia berikan. Meletakkan sendok itu di mangkuknya setelahnya.
"Oppa, kenapa menolaknya? Oppa bahkan baru saja makan beberapa suap saja."
"Tak apa. Aku sudah cukup."
"Ck, mana bisa begitu? Oppa mau sembuh dengan cepat, bukan? Maka Oppa harus memakan bubur ini."
Hoseok mengalihkan pandangannya pada Rose, menghela napasnya setelahnya. "Lalu bagaimana denganmu? Kau sudah makan hari ini?"
Rose ikut menghela napasnya di sana. "Oppa tak perlu pikirkan aku. Oppa harus pikirkan kesehatan Oppa jika Oppa ingin cepat-cepat keluar dari rumah sakit."
"Rose, ibumu mengatakan padaku jika kau akhir-akhir ini tak bisa menjaga pola makanmu. Bahkan saat aku koma saat itu, kau lebih parah daripada ini. Kau tahu? Kau mungkin saja bisa sakit nanti jika aku belum juga sadar dari komaku. Dan saat aku bangun, aku akan menyalahkan diriku karena aku lagi-lagi menyakitimu tanpa sadar."
Rose tertegun di sana, mendengar nada bicara Hoseok yang sedikit meninggi di akhir kalimatnya. Dan seolah tahu jika ia melakukan kesalahan, Hoseok menghela napasnya, memilih untuk mengalihkan pandangannya dari Rose dan merunduk setelahnya.
"Oppa tak pernah menyakitiku, bahkan satu kalipun."
Hoseok perlahan menatap pada Rose di sana, dimana gadis itu kini memilih untuk mengambil satu tangan pria itu dan menggenggamnya.
"Jadi Oppa jangan berpikir lagi seperti itu. Oppa juga jangan berpikir lagi untuk pergi dariku. Karena jika Oppa pergi, itulah hal yang menyakitiku, Oppa."
Rose membiarkan satu bulir airmata membasahi wajahnya, menatap pada Hoseok setelahnya. "Kumohon, jangan berpikir untuk pergi dariku, Oppa."
Hoseok tak mengatakan apapun, hanya kini menarik Rose untuk mendekat padanya. Dimana gadis itu tak menolaknya, menerima begitu saja ketika pria itu memeluknya. Dan tangisan gadis itu tak ia tahan, memeluk sang kekasih dengan eratnya.
"Maafkan aku, Rose."
Hanya itu yang bisa Hoseok katakan saat itu. Masih mengelus surai sang kekasih hanya untuk menenangkannya.
"Kau mau mendengar sesuatu?"
Rose tak menjawab apapun, hanya kini memilih untuk merenggangkan pelukan keduanya sembari menatap pada Hoseok.
Pria itu hanya tersenyum, sebelum memilih untuk sedikit memberi tempat kosong bagi Rose. Pun dengan Rose yang semakin mendekat, membuat keduanya berbaring bersama di atas ranjang rumah sakit itu.
"Aku bermimpi tentang eomma saat aku masih dalam masa komaku."
Rose dengan cepat menengadah untuk menatap pada Hoseok. "Benarkah?"
Dan dijawab anggukan oleh Hoseok, semakin menarik Rose ke dalam pelukannya. "Ingatan itu begitu sangat jelas di kepalaku. Saat aku masih di sekolah taman kanak-kanak dulu, eomma pasti akan selalu datang padaku. Beliau seperti tahu jika aku selalu memiliki masalah. Tapi sayang sekali karena saat itu aku tak tahu jika dia ternyata adalah ibu kandungku yang sebenarnya."
Rose menghela napasnya, mengelus dengan lembut lengan Hoseok seolah menenangkannya. "Semua itu sudah berlalu, Oppa. Oppa sudah mengetahui semuanya sekarang, bukan? Aku yakin jika eomma akan selalu menyayangimu walaupun ia sudah tak ada. Dia akan selalu melihatmu, Oppa."
Hoseok tak menjawab apapun, hanya tersenyum dan kembali memeluk Rose setelahnya.
"Aku juga bertemu dengan eomma di mimpiku itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
rose ❌ hoperose
Fanfiction[18+] ✔ Cintaku seperti mawar merah Mungkin indah sekarang Tapi duri yang tajam akan menyakitimu Cintaku seperti mawar merah Ya, aku mungkin harum Tapi semakin kamu mendekat, semakin aku akan menyakitimu. ----- ©iamdhilaaa, 2018