Rose bisa mendengar suara pintu yang terbuka, membuatnya dengan cepat beranjak dari duduknya. Sementara dirinya berusaha untuk mengetahui siapa yang datang, kedua tangannya sudah digenggam dengan eratnya. Rose tahu jika ia baru beberapa hari bertemu dengan Hoseok. Namun gadis itu sudah bisa merasakan dan mengetahui jika seseorang yang menggenggamnya saat ini adalah Hoseok.
"Aku sedikit mendengar keributan di luar sana. Ada apa?"
Hoseok hanya memasang senyumnya. Walaupun ia tahu, senyumannya tak akan mungkin bisa dilihat oleh Rose.
"Tidak apa. Aku ingin bertanya, apa bibi akan sangat lama pulangnya?"
"Biasanya, ia akan pulang sore hari. Tapi jika kedai benar-benar ramai, ia bahkan bisa pulang hingga malam."
Hoseok hanya mengangguk. Menarik Rose bersamanya untuk duduk kembali pada sofa di ruang tengah.
"Hoseok, kau belum menjawab pertanyaanku. Ada apa tadi di luar sana? Dan siapa yang berkunjung?"
"Tidak ada apapun. Dan yang datang berkunjung tadi adalah pamanku. Beliau memintaku untuk ikut dan tinggal dengannya."
"Paman?"
Hoseok mengangguk. "Hmm. Maka dari itu, aku ingin bertemu dengan bibi, ingin mengatakan pamit dan terima kasih padanya karena sudah memberikanku tempat tinggal."
Rose belum mengatakan apapun, sembari perlahan melepaskan genggamannya pada Hoseok. Membuat pria itu menatap pada genggaman tangan mereka yang terlepas.
Hampa.
Itulah yang tengah keduanya rasakan tanpa disadari ketika genggaman tangan itu terlepas. Namun Hoseok bisa langsung menetralkan dirinya. Apalagi ketika mendengar suara pintu rumah yang terbuka. Menampakkan Bibi Gong di sana yang berjalan cepat ke arah keduanya.
Pandangan wanita itu beralih pada Hoseok. Dengan kedua mata yang berkaca-kaca, seolah airmata yang sedari tadi ia tahan bisa saja keluar kapan saja.
Bibi Gong berniat untuk berlutut. Dan membuat Hoseok yang melihatnya tentu saja dengan cepat mencegah hal itu terjadi.
"Bibi, apa yang mau kau lakukan?"
"M-Maafkan aku. Kumohon, maafkan aku."
Hoseok semakin dibuat tak mengerti dengan sikap Bibi Gong padanya. Ah, dia mengingatnya sekarang. Apa mungkin jika Bibi Gong melihat berita pagi ini?
Pria itu memilih untuk menarik Bibi Gong bersamanya, menjauh dari Rose yang juga masih dibuat bingung dengan semua situasi ini.
"Bibi, bisakah kau berjanji padaku?"
"Apapun itu, Tuan--"
"Ck, jangan panggil aku seperti itu."
"Tapi aku harus. Aku benar-benar minta maaf karena tidak mengenali anda sebagai putra--"
"Bibi," Hoseok kembali memotong ucapan Bibi Gong, "bibi sudah mendengar berita pagi ini, bukan? Dan ayahku datang kemari tadi untuk menjemputku."
"Benarkah? Apa aku harus membantu anda, Tuan Muda?"
Hoseok menyerah untuk memperingatkan Bibi Gong agar dia tak memanggilnya dengan sebutan itu. Memilih membiarkannya saja.
"Tidak perlu. Ada paman Kang yang sudah mengurusnya. Aku hanya ingin pamit pada bibi saja. Dan juga, aku ingin mengucapkan terima kasihku pada bibi."
"Tidak perlu. Aku benar-benar tulus untuk membantumu. Dan sekali lagi, aku benar-benar minta maaf karena tak mengenalimu."
Hoseok hanya menggeleng dengan senyumannya. Pandangannya kembali beralih pada Rose di sana. Lalu menatap pada Bibi Gong, seolah mengatakan keinginannya untuk mendekat pada Rose.
KAMU SEDANG MEMBACA
rose ❌ hoperose
Hayran Kurgu[18+] ✔ Cintaku seperti mawar merah Mungkin indah sekarang Tapi duri yang tajam akan menyakitimu Cintaku seperti mawar merah Ya, aku mungkin harum Tapi semakin kamu mendekat, semakin aku akan menyakitimu. ----- ©iamdhilaaa, 2018